Saturday, August 20, 2016

White Helmets, Organisasi HAM Rasa Teroris


Dunia Hawa - Beredar viral foto seorang anak kecil dengan tubuh berdarah akibat rumahnya hancur dibom dan duduk diam di kursi oranye.

Foto itu diklaim sebagai korban pengeboman pasukan Bashar Assad Suriah. Dengan mudahnya gambar dan video itu beredar dimana-mana dengan tujuan akhir mengutuk kekejaman Bashar Assad. 

Perang propaganda untuk membentuk stigma kekejaman Bashar semakin kencang. Salah satunya dilakukan oleh organisasi hak asasi manusia yang diberi nama White Helmets atau Helm Putih.

White Helmets ini selalu ada saat kejadian sebagai yang paling cepat. Bahkan ketika terjadi pemenggalan oleh ISIS kepada warga Suriah setempat, mereka sudah ada disana dan bertindak sebagai tim rescue dengan membungkus jasad. 

Mereka tampak sebagai pahlawan hak asasi manusia. Tapi sebenarnya mereka adalah teroris berbaju LSM. Tugas mereka adalah melakukan propaganda untuk membangun stigma, menanamkan kebencian setahap demi setahap dan akhirnya akan menghembuskan isu sektarian.

WH didirikan pada Maret 2013 di Turki dan dipimpin oleh James Le Mesurier, mantan agen intel Inggris dengan rekam jejak di berbagai kawasan konflik (Bosnia, Kosovo, Irak, Lebanon, Palestina). Dana awal pendirian WH adalah 300 ribu dollar dan selanjutnya menerima donasi jutaan dollar (suplai logistik disediakan oleh Turki).

Telegraph menyebut Inggris telah menggelontorkan 3,5 juta pound. USAID memberi 16 juta dollar. Mesurier juga pernah menjadi staf di perusahaan keamanan swasta ( preman ) yg beroperasi di Irak, Olive and Good Harbour, yang terlink dengan BlackWater.

Model propaganda seperti ini, LSM berbaju HAM dengan rasa teroris, ciri khas perang media untuk membunuh karakter lawan yang ingin mereka kuasai. Mereka sudah menghajar Libya, menguasai Irak dan sekarang bermain di Suriah.

Perhatikan saja cara media internasional seperti BBC, CNN dan lainnya seirama dengan model pemberitaan media radikalis dalam menentukan siapa musuh. Jaringan mereka kuat, berdana besar dan terprogram. Bahkan rencananya, White Helmets akan diberikan hadiah Nobel Perdamaian untuk menguatkan posisi mereka di mata dunia internasional.

Kenapa saya harus mengangkat ini? Karena beginilah yang sedang dan akan mereka lakukan di Indonesia.

Ingat kasus Freddy Budiman yang tiba tiba menjadi malaikat, Santoso yang mendadak menjadi pahlawan dan pembakaran Vihara di Tanjung Balai ?

Model pemberitaan propaganda yang ujung-ujungnya mengangkat isu sektarian dan menjatuhkan kewibawaan aparat juga pemerintah ini adalah pola yang mudah dikenal sebagai lapisan awal untuk membentuk benturan. Diangkat dulu kebanggaan agama sebagai mayoritas, dimunculkanlah tokoh sebagai pahlawan dan berujung pada benturan konflk konflik sesuai peta di masing masing wilayah.

Ketika itu terjadi, akan datang LSM LSM yang mengatas-namakan HAM dengan tujuan meningkatkan kebencian kepada pemerintah melalui propaganda mereka di media, baik mainstream maupun sosial. 

Jadi, kenali pola mereka, modus mereka dan jangan terpancing oleh aksi mereka dalam menguras emosi melalui media. Hilangkan sekat sekat dan kebanggaan suku, ras juga agama sehingga tidak mudah mereka membenturkan kita. Dan terakhir, lawan propaganda mereka dengan propaganda juga. 

Secangkir kopi untuk semua pahlawan media yang terus membongkar aksi busuk mereka dengan keberanian dan keuletan tanpa mengenal lelah.

Disinilah jihad kita...

HOAX Di Jari Anda


Sekalian melihat bagaimana propaganda "mereka" dengan memainkan media untuk menarik simpati dunia dalam mencapai tujuan mereka.

Tidak semua kejadian yang terposting di media itu benar, baik dalam bentuk foto maupun video. Ada "aktor aktor" yang memainkan peran ala Hollywood. 

Sama seperti postingan "anak di Suriah yang terluka dan duduk di kursi oranye" adalah akting semata. Si anak yang tidak tahu apa apa dijadikan aktor untuk dijual kepada dunia dengan provokasi kekejaman Bashar Assad Presiden Suriah.

Video ini terbongkar waktu chaos di Mesir oleh para pendukung Mohammed Morsy...

Mari kenali polanya supaya bisa paham modusnya...

Senjata Pemghancur Masal Itu Bernama HOAX


Sebenarnya contoh mencari simpati melalui penderitaan anak2 bukan merupakan barang baru di negara berkembang termasuk Indonesia.

Coba lihat di pinggir pinggir jalan. Seorang ibu menggendong balita di terik matahari dan mengemis meminta uang. Pasti trenyuh kan? Dan secara otomatis tangan kita terulur untuk memberikan lebih dari yang biasanya kita beri.

Padahal sesungguhnya menggunakan balita atau anak anak dalam mengemis adalah bagian dari trik untuk mendapatkan uang. Banyak terbongkar bagaimana balita itu disewa sebagai "aktor cilik" menjadi peran pembantu. Lebih dramatis dan lebih mengharu biru. 

Bahkan di India lebih sadis. Balita bisa dipatahkan kedua kaki dan tangannya demi meraih lebih banyak simpati. Pernah nonton film Slumdog Millionare? Dimana seorang anak matanya diberi lelehan besi panas supaya buta. Dengan kebutaannya, maka ia diharapkan mendapat lebih banyak uang bagi kelompok preman yang mengkoordinir pengemis.

Pesan dramatis itu bukan hanya ada di jalan jalan tapi juga di medan perang...


Anak anak dan orang terluka dijadikan sebagai alat propaganda. Selain situasi mereka akan menaikkan rating pada media internasional dengan sudut pengambilan gambar yang seru, situasi mereka yang menyedihkan juga dijadikan alasan untuk membenci kelompok tertentu.

Menyedihkan ?

Ow, jangan tertipu. Keterbatasan sudut pandang kamera bisa menentukan kemana anda berpihak. Begitu juga ketersediaan aktor dan aktris sebagai penunjang drama.

Perang di Suriah adalah drama terbesar dan terkompleks di abad ini. Bukan saja banyak yang kebingungan siapa yang benar dan siapa yang salah, perang Suriah adalah perang propaganda terbesar yang dibangun media.

Selain ada perebutan kekuasaan terhadap pemerintahan yang sah, disana ada media media internasional seperti Al-Jazeera yang men-dramatisir keadaan dengan menampilkan perang lebih seru dari situasi sebenarnya. Ban ban dibakar dan asapnya yang hitam membumbung dieksploitasi sebagai "pemboman terhadap satu rumah yang berisi keluarga". 

Diluar media, ada juga LSM HAM seperti White Helmets yang menyediakan aktor dan aktris dengan "darah dan balutan luka" ala sinetron Raam Punjabi. Selain untuk menaikkan rating media, sinetron ini ditayangkan untuk mendapatkan donasi internasional dan like, shares untuk mendapatkan auto surga. Gambar dan video terbaru yang menjadi viral adalah "Anak kecil terluka yang duduk dii kursi oranye".

Satu pola yang sama, drama itu diciptakan untuk mendiskreditkan pihak tertentu, dan dalam hal Suriah untuk membunuh karakter Bashar Assad Presiden Suriah.

Jika akal mau sedikit bekerja, perhatikan keanehannya, bagaimana bisa Bashar Assad mengusir ISIS dari wilayah yang diduduki sekaligus di waktu yang sama membantai warganya yang ia lindungi? 

Tapi sinetron itu harus terus tayang, kalau perlu LSM penyedia aktor seperti White Helmets mendapat Nobel Perdamaian, sebagai penguat.Tujuannya mencari simpati dunia bahwa betapa kejamnya Bashar Assad terhadap rakyatnya sendiri, jauh lebih kejam dari ISIS yang menyerang negaranya. Dan ketika simpati dunia didapat, maka didapatlah restu PBB untuk menyingkirkan Assad.

Mirip dengan penyingkiran Saddam Hussein dengan alasan memiliki senjata pemusnah massal, yang akhirnya dianulir sendiri oleh AS dan sekutunya.

Kasihan memang rakyat Suriah. Selain diserang dari luar dengan senjata berat, mereka juga harus berperang melalui media sosial untuk melawan hoax dan propaganda media internasional. 

Secangkir kopi pagi dan kita harus terus bertanya dalam hati, "bagaimana jika ini terjadi di Indonesia?"

Seruputtt....

foto : [ viral di media seorang bocah di suriah tertidur di antara kuburan kedua orang-tuanya yang terkena bom pasukan pemerintah. Ternyata hanya sinetron yang di setting dengan apik ]

[denny siregar]


Ketika Hollywood pindah ke Suriah, namanya berganti menjadi Syriawood..

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment