Thursday, January 5, 2017

Fitsa Hats dan Konsistensi Bisnis Kuliner

DUNIA HAWA - Siapa yang tidak kenal dengan makanan yang telah menjadi makanan sejuta umat? Sejuta umat? Ya, kecuali mereka yang nyinyir tengtang bau-bau kafir. Pizza Hut, anda pasti familiar dengan nama dan setiap menu di tempat ini.


Meski bukan kuliner asli Indonesia, kehadiran Pizza Hut menjadi satu inspirasi bagi mereka yang ingin maju dalam bisnis dunia kuliner. Salah satu dari sekian banyak restoran cepat saji yang merambah di Indonesia, puluhan tahun, banyaknya pesaing, namun tetap mampu merebut pasar lokal di Indonesia.

Begitu baiknya warga Indonesia, restoran yang masih berdiri tegak bahkan sangat kokoh ini diviralkan kembali. Munculnya kasus Fitsa Hats, membuat nama Pizza Hut menjadi nama yang paling dicari. Apakah ini bagian strategi marketing kuliner restoran cepat saji ini? Tampaknya ya, strategi marketing yang tanpa sengaja dan sukses.

Begitu muncul di media sosial, banyak orang membaca, dan tiba-tiba menginginkan menu pizza, lantas tak tanggung membelinya. Lihatlah di Denpasar sendiri, sejak viral fitsa hats, pesan antar pizza makin laris di kompleks saya. Sebegitu hebatnya, ya?  

“Nama saksinya Habib Novel. Dia kerja dari tahun 92 sampai 95 di Pizza Hut. Tapi, mungkin karena dia malu kerja di Pizza Hut, dia sengaja menuliskan Fitsa Hats,” ujar Ahok usai menjalani persidangan di Kementan.

“Saya waktu itu kurang perhatiin, karena kan saya tanda tangan, ada enam lembar. Ya, nggak mungkin, satu per satu huruf saya teliti,” jawab Novel sebagai konfirmasi.

Pak Ahok ini memang berbakat jadi komika, komedian andal di dunia politik. Tulisan Fitsa Hats menjadi viral. Segala meme, kalimat, lelucon bermunculan yang sedikit tidaknya memberikan tawa pada dunia politik yang aduhai ini. Kemudian beranak pinak menjadi setarbak koffi, Mik Donal, Kentaki Ciken Prett, Jico Donat, sampai-sampai abang Gojek kebingungan melacak restoran baru ini.

Lucu sekali, Pak. Potensi Ahok kini muncul lagi, menggusur yang suka rusuh menjadi hal ringan yang patut ditertawakan bersama-sama. Bukankah negeri kita ini adalah negeri yang lucu? 

Alergi berlebihan kini tengah menjadi racun kebhinnekaan. Alergi dengan non-Muslim, alergi sebutan halal dan haram, alergi cina, alergi kafir. Sedikit-sedikit alergi.

Cobalah tengok bisnis ayam goreng KFC, pizza hut, J.Co Donuts, mengapa bisa sesukses ini? Tidakkah bisnis kuliner yang mengedepankan sajian khas Indonesia bisa melegenda seperti restoran cepat saji dari produk luar? Mari mengupas kiat sukses bisnis yang telah menghasilkan pundi-pundi rupiah yang tidak sedikit ini.

Bagaimanakah kisah sukses perjalanan dua bersaudara melejitkan nama Pizza Hut dalam deretan restoran papan atas? Dan dan Frank, nama besar di balik Pizza Hut ini menerima modal pinjaman dari sang ibu sebesar USD. 600. Kontan, mereka pun membeli beberapa alat bekas yang diperlukan. Sisanya dipakai untuk menyewa gerai kecil guna menjajakan Pizza-nya.

Hasilnya sungguh mengagumkan. Pada tanggal 15 Juni 1958, berdirilah restoran Pizza pertama di Wichita, Kansas. Untuk menarik minat pembeli, mereka membagikan Pizza gratis pada malam perdana kepada sejumlah orang yang 'mampir'. Ratusan orang berjubel untuk mendapatkan gratisan. Apa yang terjadi?

Banyak dari mereka yang komplain dan merasa belum cocok dengan Pizza buatannya. Dalam perkembangannya, hasil produksi mereka sempat merosot tajam. Seiring dengan berjalannya waktu, restoran ini tergilas oleh ketatnya persaingan. Pangsa pasar pun semakin melemah.

Faktornya, di samping kualitas Pizza-nya sangat konvensional, lokasi dan dekorasi yang mereka setting, nampaknya membuat pelanggan tidak nyaman. Kerugian yang mereka tanggung luar biasa besar. Lantas, apakah Dan dan Frank putus asa? Ternyata tidak. Keadaan ini justru membuat mereka terpacu untuk mempelajari kekurangan-kekurangan olahan menu dan lainnya.

Mereka mulai menempelkan papan nama di sisi luar. Karena sempit, papan nama itu hanya bisa memuat 9 huruf. Anda mungkin bisa menebak; kata apa yang pertama mereka tempelkan?

Pizza adalah kata pertama yang tertempel pada papan nama itu. Masih ada space empat huruf di belakangnya. Mereka bingung untuk mencari kata yang tepat di belakang Pizza. Pada saat itulah, seorang anggota keluarganya datang dan mengusulkan kata Hut -yang berarti gubuk- diletakkan tepat di belakangnya. Mereka setuju.

Dari sinilah mereka mulai bangkit dengan semangat baru. Berkat kegigihannya setelah mengalami kegagalan, jumlah pelanggan meningkat drastis. Publik pun mengacungi jempol atas kesuksesannya bangkit dari keterpurukan.

Seiring dengan meningkatnya kepercayaan publik, Pizza Hut terus melakukan upaya-upaya peningkatan pelayanan, diantaranya dengan menambah layanan Home Delivery. Dengan harapan, masyarakat tetap bisa menikmati Pizza Hut tanpa harus bersusah payah ke luar rumah.

Kunci kesuksesan Pizza Hut dapat menembus pasar internasional merupakan hasil kerja keras yang didasari empat nilai budaya kerja yaitu integritas, keunggulan, pengembangan usaha dan keuntungan.

Dalam membangun bisnisnya hingga mendunia, Pizza Hut memiliki komitmen jangka panjang dalam mengembangkan bisnisnya, seperti selalu beradaptasi terhadap perkembangan trend, inovasi teknologi dan selalu berorientasi kepada pasar, serta melakukan riset berkala untuk memantau perkembangan bisnis baik dari sisi brand image maupun customer experience monitoring

Di samping itu, mereka mengembangkan budaya yang mendalam dan kokoh di mana setiap karyawan dapat membangun pola pikir yang berorientasi pada customer dan sales, memberikan brand differenation yang sangat kompetitif, menjalin kelancaran hubungan dengan karyawan dan konsumen, mempertahankan konsistensi hasil yang telah tercapai, yang pada akhirnya akan mewujudkan brand yang digemari oleh konsumen di dunia.

Ada tiga strategi bisnis yang dijalankan oleh Pizza Hut. Strategi pertama yaitu meluncurkan produk baru dengan menyajikan menu lengkap dan trendi, termasuk menciptakan berbagai pizza dan pasta rasa baru disertai aneka macam minuman dengan memerhatikan keinginan kekinian.

Kempleksitas dan ragam menu baru yang disediakan akan menjadikan proses pembuatan lebih lama dari biasanya. Karena itu, proses penyajian harus ditingkatkan kualitasnya.

Untuk mempersingkat waktu penyajian, ada dua cara yang diupayakan. Cara pertama, berinvestasi di mesin – mesin produksi yang tepat dan cara kedua adalah menyingkat waktu penyajian dengan merekrut lebih banyak karyawan.

Strategi kedua untuk merespon industri yang kompetititf, Pizza Hut memperluas sebaran penetrasi secara geografis. Dengan cara membangun lebih banyak gerai dengan atmosfer yang lebih bersahabat dan berkesan restoran keluarga.

Strategi ketiga adalah meraih pelanggan baru dengan menawarkan berbagai paket makanan dengan harga terjangkau dengan tujuan membuat konsumen merasa senang dan ingin datang lagi.

Pizza Hut juga membenahi dari sisi people yang bertujuan untuk dapat berjalannya dengan baik ketiga strategi tersebut, tim manajemen Pizza Hut menghabiskan banyak waktu untuk melatih karyawan yang tujuannya agar produk baru yang dibuat diimbangi dengan layanan baru, penyajian baru, dan kultur baru.

Untuk karyawan yang bertugas melayani pelanggan, penampilan yang baik menjadi bagian yang tak terpisahkan. Pelatihan bagi karyawan front office seperti waitress dan kasir juga ditingkatkan. Bagi pegawai wanita bahkan ada pelatihan kecantikan setahun sekali yang digelar di masing – masing restoran oleh ahli kecantikan.

Agar tercipta kultur pelayanan yang baik, cara melayani pelanggan juga dibakukan dengan nama 10 moment of truths yang di antaranya dengan memberi salam kepada konsumen, mencarikan meja, mempersilahkan konsumen untuk duduk, melayani pesanan, memberi tahu lamanya waktu tunggu, menindak lanjuti kedatangan (menghampiri meja konsumen secara berkala tanpa diminta untuk menanyakan kebutuhannya atau lebih dikenal dengan istilah double-checked), menawarkan menu penutup, menyiapkan bon tagihan dan mengucapkan terimakasih kepada setiap konsumen yang selesai makan.

Dengan berkembang pesatnya Pizza Hut di berbagai belahan dunia, alasan ekonomi menjadi faktor yang mendorong Pizza Hut bekerjasama dengan Pepsico. Kerjasama ini berhasil meraup keuntungan yang lebih besar bagi kedua belah pihak.

Hingga Pizza hut dinobatkan sebagai “The Best Company to Work For” di Dallas by D magazine (Januari 2000) serta merupakan perusahaan nomor satu dalam rantai distribusi pizza di Amerika menurut Restaurant & Institutions “2001 Choice in Chains” survey. Pizza Hut juga dikenal sebagai pemimpin pasar dengan penjualan $25 milyar pizza category semenjak tahun 1971.

Kondisi persaingan yang semakin ketat juga mendorong pizza hut untuk berupaya mengenalkan merek (brand) produknya ke pasar global yang bertujuan agar merek patennya dikenal baik oleh konsumen, bahkan hingga familiar dengan merek Pizza Hut.

Konsistensi dan standarisasi merupakan faktor yang kritis sehingga konsumen sering menjadi setia pada merek. Pizza Hut telah melakukan pengenalan dengan baik di wilayah pasarnya dengan kualitas yang sama sehingga manfaat utama pengenalan merek sebagai penciptaan pelanggan yang loyal dapat tercapai.

Faktor teknologi juga memengaruhi pizza hut dapat bersaing di pasar global adalah adanya produk yang baru dengan menu yang lengkap dan harga yang standar. Tidak hanya pizza rasa baru yang ditawarkan di gerai Pizza Hut, namun ada menu baru yang bervariasi seperti pasta, salad, camilan seperti potato wedges, bruschetta, cake, soup dan variasi minuman baru.

Hal ini tidak luput dari adanya teknologi baru yang akan selalu dikembangkan oleh Pizza Hut. Selain adanya teknologi baru, Pizza Hut juga memodifikasi teknologi pengolahan menu lama yang hampir hilang dari peredaran permintaan konsumen seperti modifikasi pizza seafoodlovers menjadi splitza.

Pizza Hut tidak henti – hentinya dalam mengkreasikan teknologi inovasi pengolahan maupun pembuatan pizza. Semua ini dikarenakan untuk memepertahankan eksisternsi yang telah dicapai oleh Pizza Hut. Salah satu tekologi pengolahan Pizza Hut yang sampai sekarang masih digemari oleh konsumennya adalah stuffed crust.

Selain inovasi teknologi pengolahan, Pizza Hut juga menerapkan teknologi sistem informasi yang dapat menunjang daya saing, di antaranya adalah berinvestasi pada sistem Point of Sale dan operasi toko secara otomatis serta membuka toko secara on line (www.pizzahut.com) di jaringan internet.

Teknologi sistem informasi tersebut dapat digunakan sebagai senjata untuk menjangkau konsumen dimana saja berada, sesuai dengan slogannya yaitu “to be wherever our customer are”.

Sebenarnya sederhana sekali yang dilakukan bisnis kuliner raksasa ini. Hanya butuh konsistensi. Panganan lokal bisa mendunia ketika berhasil mengadopsi konsep suskes yang telah dipaparkan nyata oleh Pizza Hut, bukan Fitsa Hats.

Hidup bergantung pada bisnis kuliner, bukan mustahil kan? Ancaman akan gulung tikar yang menghantui suatu masa nanti, sedapat mungkin diusahakan tidak terjadi, ketika konsistensi itu tetap menjadi pedoman. Mari belajar dari hal-hal positif untuk kuliner Indonesia yang mendunia.

@i gede bayu kesuma


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment