Tuesday, October 4, 2016

Surat dari Denny Siregar Buat Pak Anis Baswedan


DUNIA HAWA

Aku Padamu Pak Anis


Pak Anies yang terhormat,

Sejak pernyataan bapak bahwa sungai Jakarta bersih karena rancangan Fauzi Bowo, saya ini sebenarnya diam dian mengagumi bapak. Bapaklah - menurut saya - orang yang tepat untuk melawan Ahok.

Bapak mampu melakukan hal hal kontroversial yang lebih gila dari Ahok. Dan hebatnya, menjadi pembicaraan dimana-mana, mengisi headline media media online. Saya harus angkat topi dan terimalah salam hormatku ini.

Statement terbaru bapak membuat saya harus meninggalkan kerang ajaib yang biasa saya puja. Bapak ingin melegalisasi kampung yang ilegal. Sebuah langkah jitu yang Ahok tidak mungkin berani melakukannya. Salut.


Dan pasti para PSK dan preman di Kalijodo akan menyambut gembira dan pulang kembali ke Jakarta untuk mendirikan kembali kerajaan mereka. Mereka yang sudah tinggal di rusun akan turun dan kembali ke kampung pulo, tempat mereka berpuluh tahun mencuci, mandi dan berak seenaknya.

Bapak punya pandangan yang romantis, ingin mengembalikan Jakarta seperti seharusnya Jakarta. Jakarta harus kumuh, karena itulah budaya sebenarnya. Ahok kok ingin menjadikan Jakarta seperti Singapura yang bersih dan teratur.. hahaha, ini Jakarta hok, ngacalah...

Bapak ingin Jakarta kembali banjir, karena kalau sudah tidak ada banjir lagi, duh serasa bukan di Jakarta. Jakarta itu seharusnya air dimana-mana jika hujan, setinggi paha kalau bisa sedada. Biar kami bisa nostalgia dengan perahu karet dan pemandangan yang kami rindukan melihat orang mengangkat barang dan reporter tivi yang melaporkan dengan badan setengah tenggelam. Rindu kali kami dengan suasana itu...

Dan nanti ketika banyak orang yang datang ke rumah bapak, membangun rumah petak di depan rumah bapak, menjadikan halaman rumah bapak sebagai tempat berdagang, bapak pasti akan melegalkan mereka. Kalau bisa kasih mereka sertifikat juga. Sungguh mulya hati bapak...

Yang menarik adalah bapak ingin mengembalikan becak ke Jakarta. Becak adalah transportasi yang menggambarkan wajah Jakarta sebenarnya. Ahok ingin menghilangkan macet, sama saja dengan menghilangkan budaya Jakarta. Bapak ingin memeliharanya sebagai bagian dari pendidikan bahwa kita harus menghargai budaya.

Kalau Ahok berfikiran ke depan, bapak ingin kita mundur ke belakang. Kalau bisa helicak, oplet dan delman mengisi kembali transportasi Jakarta. Biar kita bisa jalan sesak-sesakan, saling nyerempet dan saling memaki di tengah jalan. Uuuh suasana yang sangat Jakarta..

Dan kembalikan budaya nilep anggaran itu pak. Kasian anggota DPRD dan birokrat birokrat yang dulu suka main mata, sekarang kehilangan pendapatan. Itu juga budaya yang harus dilestarikan. Tanpa itu, bukan Jakarta lagi namanya. Ahok ingin menghilangkan itu? Mimpi lu, hok...

Haji Lulung pasti kembali tersenyum mesra. Beliau akan kembali menganggarkan USB seharga UPS. Menurutnya, apalah arti sebuah nama yang penting harganya.

Tanah abang kembalikan juga, pak. Sekarang gak macet, kurang seru. Harusnya pedagang pedagang itu kembali membuka lapak memenuhi lebih dari separuh jalan raya. Dan jangan lupa, kasi sertifikat juga mereka pak. Biar legal semuanya...

Visi pak Anies mungkin yang tepat adalah Jakarta Yang Seharusnya. Preman preman dipelihara, orang miskin dijual untuk meraup suara, kali kali penuh sampah supaya semerbak baunya dan bus bus penuh sesak penumpang dengan bau kelek yang tajam. Kami rindu suasana itu, kami rindu pak...

Kalau kerang ajaib biasanya bunyinya kulukulukuk, ketika menyembah bapak saya harus menggantinya dengan kelek kelek kelek...

Ah, saya pasti akan coblos bapak nanti pas di kumisnya...

"Loh, pak Anies gak berkumis den.."
"Pasti nanti berkumis, karena kumis adalah budaya Jakarta juga yang harus dipelihara.. Ingat, ini semua rancangan pak Fauzi Bowo.."

Sudah malam, pak.. Kopi habis dan saya harus tidur.

Ohya, saya tadi googling dengan keyword "Anies adalah Gubernur Jakarta". Tapi kok malah Google menjawab "mungkin maksud anda Ahok adalah Gubernur Jakarta.."

Zzz zz..

[denny siregar]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment