Friday, June 17, 2016

Ketika Tuhan Memakai Orang Kafir untuk Berdakwah


Dunia Hawa - 15 Oktober 2012, Pasangan Joko Widodo (Jokowi) dengan Basuki Thahaja Purnama (Ahok) resmi dilantik menjadi gubernur DKI Jakarta untuk periode pemerintahan 2012-2017. Banyak kontroversi yang terjadi, mulai dari keluarga Jokowi yang katanya berlatar belakang agama bukan Islam, nama Jokowi yang disebut-sebut memiliki nama katolik pada saat masa kecilnya, Ahok yang banyak ditolak oleh golongan ekstrimis islami karena latar belakang agamanya yang bukan Islam sehingga disebut-sebut kafir, serta latar belakang keturunan dan rasnya yang bukan orang Betawi.

Tuduhan – tuduhan tersebut seakan tak berarti ketika mereka berdua duduk di kursi DKI 1 dan DKI 2. Sejak saat itu, perubahan signifikan terasa nyata di DKI Jakarta. Baru 1 hari dilantik, mereka bedua sudah melakukan gebrakan nyata soal tata kelola pemerintahan, administrasi publik, kebersihan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Semakin hari mereka semakin gencar berkarya tanpa memandang siapapun yang bersalah didepan, belakang, samping, atas, dan bawah semua sama saja di mata mereka layaknya dimata hukum.

Mereka berdua memulai proyek-proyek makro yang nantinya akan mengatasi sejumlah permasalah klasik di DKI Jakarta. Mereka bedua memulai pembangunan proyek MRT, strelisisasi jalur Busway, kartu Jakarta sehat, Kartu Jakarta pintar, Penambahan jalur busway, penambahan perangkat busway, e-budgeting, e-money, dan yang pasti transparansi keuangan dan pemerintahan sehingga akuntabilitas mereka berdua semakin tak terbendung.

Tak kalah pula penertiban kawasan tanah abang yang dulunya dikenal semrawut, yang dulunya dikuasai oleh tangan preman-preman beringas sekarang tak lagi mereka mampu menunjukkan batang hidungnya sekalipun. Begitujuga dengan normalisasi berbagai waduk dan kali tak luput dari kerja keras keduanya.

Menjelang tahun 2014, angin positif berhembus panas kepada Jokowi seputar isu pencalonannya menjadi calon RI 1 di seantero jagat Republik ini. meski sempat menepis pada akhir 2013, tetapi pada akhirnya berkat dorongan dan suara rakyat Indonesia yang telah letih akan Government power periode sebelumnya menjadikan Jokowi  menjadi Capres dan dipasangkan dengan mantan Wapres dua periode sebelumnya, Jusuf Kalla (JK).

Sejak saat itu, pusaran pemerintahan DKI makin panas, lebih panas dari bara api yang mencairkan besi padat. Mereka berdalih jika Jokowi terpilih jadi presiden, maka Ahok di Kafir Cinalah yang akan menggantikan dirinya menjadi DKI satu. Mereka yang tidak suka mencari berbagai cara untuk menjatuhkan citra Jokowi dan Ahok. Salah satunya adalah tuduhan korupsi pengadaan bus Transjakarta dimana nilai tidak sesuai dengan fakta dilapangan. Tetapi Tuhan berkata lain, lain dari perkiraan mereka yang sudah benci tersengat dengan Jokowi-Ahok, justru Udar Pristono yang dijerat 13 tahun penjara.

Nafsu para pembenci Ahok semakin beringas, berbagai cara ditempuh agar Ahok masuk penjara dan tidak menjadi DKI 1. Tetapi Tuhan berkata lain, Tuhan membuat jalani istimewa baginya untuk memuluskan langkahnya menjadi DKI 1. Ketika Tuhan memilih Jokowi menjadi RI 1, sudah barang tentu Ahok yang akan menggantikannya. Dan benar saja pada tanggal 19 November 2014, dirinya resmi dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta menggantikan Jokowi. Yang lebih unik, Ahok dilantik oleh mantan koleganya sendiri, Jokowi yang sebelumnya telah dilantik menjadi presiden pada 20 Oktober 2014.

Manusia yang tidak suka dengan Ahok semakin tak kuat melihat kenyataan ini. mereka mau tidak mau akhirnya gigit jari sambil mencari kesalahan mana lagi yang cocok dialamatkan kepada ahok. Saat pelantikan, bukannya tinggal diam, Ahok malah makin beringas setelah ditinggal Jokowi. Mungkin inilah berkah yang diberikan Tuhan kepada bumi dan cakrawala DKI. Ahok memancang Grounbreaking MRT dan sekarang sudah 60% selesai dalam artian 2 tahun lagi warga DKI akan menikmati canggihnya MRT. Pembangunan semakin nyata, pasukan orange semakin semangat menjalankan tugasnya karena gajinya dinaikkan melebih UMP DKI Jakarta, demikian juga petugas taman di seluruh DKI Jakarta, upah mereka dinaikkan.

Makin hari Ahok makin bersinar dengan gebrakannya. Ahok berniat memindahkan warga yang ada di bantaran kali dengan niat agar taraf hidup mereka lebih baik, tidak mudah terkena banjir. Misalkan saja warga di bantaran kali ciliwung yang ada di Kampung Pulo, sebelum mereka relokasi, Ahok telah menyiapkan rumah yang layak bagi mereka. Bagi mereka yang akan dipindhkan nanti ke rumah susun tersebut, mereka akan mendapatkan jaminan Kartu Jakarta Pintar (bagi anak-anak yang masih usia sekolah), Kartu Jakarta Sehat (semua yang tinggal di Rusun), Tenaga dokter (bagi semua warga rusun), transportasi gratis (bagi semua warga rusun dengan menggunakan Transjakarta), Pembiayaan Pendidikan hingga perguruan tinggi (bagi anak warga rusun yang masuk di Perguruan Tinggi Negeri) dan gratis biaya sewa rusun untuk 3 bulan pertama. Demikian juga dengan pelayanan publik, datang saja ke kantor gubernur setiap pagi maka anda dipastikan akan bertemu dengan Ahok. Ahok selalu menyempatkan diri untuk menerima keluhan warganya setiap pagi di depan kantornya, bayangkan gubernur mana yang mau seperti ini setiap pagi mendengarkan keluhan rakyatnya?

Tak pernah ada Gubernur yang mampu melaksanakan bonus-bonus yang melimpah demikian pada periode sebelumnya. Dibalik sosoknya yang dikenal keras dan tidak sopan didepan pubik, tertanyata Ahok lebih manusiawi dalam memanusiakan manusia di DKI Jakarta. Meski demikian, pada saat relokasi, masih ada saja pihak yang tidak setuju dan tidak mau meski telah disosialisasikan sebelumnya. Mungkin mereka punya Backing dibelakangnya macam Ratna Sarumpaet, pengacara DPR, dan anggota DPR macam Haji Lulung, Sanusi, M. Taufik, dan lain-lain.

Meski mengundang dilema pada saat proses penggusuran, dan benar saja hasilnya sesuai dengan target dan harapan. Lihat saja sekarang mereka tidak pernah terkena banjir lagi, banjir seakan-akan takut menyentuh mereka. Satu persatu relokasi dilaksanakan dengan tujuan yang pasti, mereka dipindahkan ke rumah susun yang telah dibangun sebelumnya. Pada saat yang sama, Ahok juga membangun infrastruktur DKI dengan cepat. Pokoknya harus cepat. Semau jalan raya diperbaiki, pelayanan publik diperbaiki, pendidikan semakin diperbaiki, dan birokrasi semakin tidak boleh macam-macam.

Dibalik usaha Ahok yang semakin mendapatkan apresiasi dari rakyat DKI dan sejagat  Indonesia, masih banyak saja masalah yang dituduhkan kepadanya. Misalnya salah satu musuh besar dirinya dipemerintahan, M. Sanusi dari fraksi Gerindra, akhirnya dipenjara karena kasus suap reklamasi, padahal dirinyalah selama ini yang kerap menuduh ahok telah melakukan korupsi terkait reklamasi. Demikian juga pada saat pemindahan warga kalijodo, Ratna Sarumpaet, Ahmad Dani, Yusril, dan Adyaksa Dault bersama puluhan advokat seakan bersatu melakukan pembelaan kepada warga dengan alasan kemanusiaan. Padahal, Ahok menyiapkan rusun yang lebih mewah dari tempat tinggal mereka sebelumnya dan melakukan sesuai prosedur. Sekarang, semua warga kalijodo akhirnya mau pindah karena memang Ahok telah melakukan dengan benar untuk tujuan kebaikan bersama.

Tak sampai disitu, akhir-akhir ini Ahok digoyang kembali dengan kasus korupsi soal pengadaan lahan rumah sakit Sumber Waras. Dugaan ini berawal dari BPK yang menyatakan adanya kerugian negara senilai 191 Miliar, dan sontak para musuh kebuyutan macam haji Lulung, M. Taufik, bahkan Fadli Zon menyatakan bahwa Ahok sudah layak masuk bui KPK. Tetapi tuduhan itu dimentahkan begitu KPK menyatakan bahwa tidak ada tindak pindana dalam hal ini, sekali lagi Ahok lolos dari jeratan para musuh-musuh beringasnya.

Jika Ahok sudah beberapa kali dijerat dengan berbagai tuduhan dan kasus tetapi tidak pernah terbukti, jelas siapa yang salah? Ya haternya, yang tidak suka dengan dia. Mereka yang tidak suka dengan Ahok mengkampanyekan agar memilih pemimpin yang sopan, santun. Pertanyaannya, Ahok tidak santun kepada siapa? Ahok tidak santun kepada orang yang nyolong duit rakyat, yang mencoba menipu pemerintahannya, yang mencoba melaksanakan sistem lama yang korup, dan tentu orang yang tidak mau transparan. Maka tak heran jika Kemnterian dalam negeri, ketua BPK, dan anggota DPR juga pernah menjadi korban marahannya.

Tuhan telah menyiapkan skenario terbaik bagi warga DKI Jakarta bahwa Jakarta harus dipimpin oleh seorang yang katanya “Kafir”. Beberapa hari lagi kita akan menyaksikan 1 juta KTP akan terkumpul untuk mendukung ahok yang maju lewat jalur independen di Pilkada 2017 nanti. Apakah 1 juta KTP itu bukan salah satu karya terbesar Tuhan dalam sejarah demokrasi Indonesia terutama DKI Jakarta? Bayangkan 1 juta orang DKI yang sempat membubuhkan tandatangan dan KTPnya agar Ahok kembali lagi menjadi gubernur DKI, belum lagi mereka yang simpati tetapi belum menyerahkan KTPnya.

Lewat Ahok pula Tuhan mengajarkan bahwa pemimpin adalah pemimpin yang mau mengerti kemauan rakyatnya, mengayomi rakyat, mau mendengarkan pendapat rakyat demi tujuan bersama. Lewat Ahok, Tuhan membuktikan bahwa masih ada pemimpin yang baik dan terbaik diantara orang-orang yang bukan kafir tetapi belum mampu melakukan karya nyata sebesar saat ini.

Tuhan menjadikan Ahok sebagai alat perpanjangan tangannya untuk memimpin segala umat di DKI Jakarta. Tuhan memilih Ahok dari kaum minoritas untuk memimpin kaum mayoritas agar kelak warga  dan jajaran pemeritah di DKI sadar bahwa pemimpin yang baik itu harus benar-benar sesuai dengan keinginan rakyatnya. Tuhan tidak menyia-nyiakan kerja keras ahok, lewat kerja kerasnya Tuhan menghadiahi Ahok dengan terpilih menjadi Man of The Year sebagai gubernur terbaik se Asia pada 15 Maret lalu melalui Majalah Globe. Tak hanya itu, pada 11 Mei lalu, Tuhan mengganjar Ahok dengan berhak membawa pulang 4 trofi sebagai provinsi dengan perencanaan terbaik, provinsi dengan perencanaan inovatif, provinsi dengan perencanaan progresif, dan Millenium Developmen Goals (MDG) 2016, belum lagi penghargaan bergensi lainnya.

Jika demikian, Apakah Tuhan adil dengan memilih Ahok yang katanya kafir dan Cina pula? Tidak. Tuhan tidak pernah tidak adil, hanya pikiran manusia yang merasa suci saja yang selalu menyatakan bahwa Ahok tidak layak memimpin mereka sesuai dengan keyakinan mereka. Dan tahun depan kita akan melihat apa lagi karya terbesar yang diberikan oleh Tuhan kepada DKI, apakah Tuhan masih memakai Ahok yang katanya kafir untuk berdakwah di DKI ini?

[jhon miduk s/ kompasioner

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment