Sunday, June 19, 2016

Kemanusiaan Tanpa Memandang SARA


Dunia Hawa - Tahun 70-80an, di Pontianak belum ada rumah sakit pemerintah. Satu-satunya rumah sakit yang ada adalah milik gereja Katholik, namanya RSU Sungai Jawi. Salah satu bab yang saya tulis dalam buku memoar tentang Emak adalah soal orang sakit di kampung kami.

Ada begitu banyak orang sakit, ada yang nyaris seumur hidupnya. Bahkan ada yang dikenal dengan penyakitnya. Ada yang sakit kaki gajah, di kampung kami disebut untot. Maka orang itu, yang namanya Bujang, dipanggil Bujang Untot. Sepupuku Ali, sakit cowek (congek), orang memanggilnya Ali Cowek.

Ada orang yang menderita seumur hidup tanpa pernah berobat. Emak lah yang waktu itu berdagang dan sering pergi ke kota yang kemudian memperkenalkan orang-orang pada pengobatan rumah sakit. Banyak orang yang sembuh karenanya.

Tujuan berobat tak lain rumah sakit tadi. Keluarga kami sendiri banyak yang pernah opname di situ, termasuk Emak dan Ayah. Baru belakangan pemerintah membangun rumah sakit, yang kemudian diberi nama RS Sudarso.

Orang-orang kampung yang tak mampu, cukup bawa surat keterangan dari kepala kampung, dapat berobat gratis di situ.

Adakah yang dimurtadkan? Sejauh menyangkut keluarga kami, tidak ada. Diajak bicara soal agama pun tidak pernah. 

Saya sangat berterima kasih pada rumah sakit ini. Sampai generasi anak saya pun pernah opname di situ. Mohon maaf, setahu saya umat Islam sendiri belum sanggup punya rumah sakit yang memadai. 

Saya sungguh sedih kalau ada orang-orang yang begitu bersikap bermusuhan kepada orang Kristen, khususnya Katholik. Mereka tanpa pamrih melayani manusia, termasuk saudara-saudara kita sesama muslim. Balasan kita kepada mereka adalah kecurigaan, kebencian, dan permusuhan.

Waraskah itu?

[hasanudin abdurakhman]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment