Saturday, March 19, 2016

Benarkah Aku Manusia?


Dunia Hawa – “Sulit sekali menyadari bahwa dunia ini membentuk sifat-sifat hewan dalam diri kita.

Sejatinya kita manusia, tetapi ketamakan membuat kita menjadi srigala, kemalasan menjadikan kita seperti babi, kedunguan merubah kita seperti kerbau bahkan kita menjadi gabungan dari beberapa jenis binatang. Untung saja Tuhan tidak mewujudkan sifat itu pada rupa kita, sehingga tertutuplah aib yang akan membuat kita menjadi mahluk yang mengerikan.

Dunia ini memang berbahaya. Ukuran-ukuran yang dibuat dan disepakati manusia kebanyakan adalah materi, karena itu yang mudah terlihat. Kita mengejar pengakuan dari manusia lain seolah itu yang terpenting dari semuanya. Dan itu bukan saja dari sisi harta, bahkan keluarga, jabatan dan gelar-gelar.

Semakin rendah diri kita, semakin silau kita oleh predikat-predikat dunia. “Dia profesor, pasti lebih paham daripada lu…” Seakan gelar profesor lebih tahu segalanya dan ukuran dari kebenaran. “Lu siapa? Dia itu ulama.. Ilmunya lebih tinggi dari lu..” Seakan ketika berilmu banyak, dia menjadi paham. Padahal banyak orang berilmu yang dibutakan oleh keilmuannya. “Lu sirik aja kalau dia kaya..” Seakan kekayaan adalah nilai-nilai sejati yang harus digapai.

Lalu untuk apa semua itu, harta, kuasa, ilmu dan segala macam yang kita kejar di dunia?

Ternyata sederhana saja jawabnya, untuk mengetahui siapa diri kita dan apa fungsi kita. Sifat-sifat hewan yang membungkus diri kita selama ini, begitu kuat membungkus sehingga kita menjadi tidak sadar bahwa kita ini sebetulnya manusia.

Seorang ulama besar, Ayatullah Khomeini pernah berkata, “Menjadi ulama itu mudah, lebih sulit menjadi manusia..” Disini kita melihat, bahwa ketika nafsu mengalahkan akal, maka diri kita sesungguhnya hewan-hewan yang berkaki dua. Betapa sulitnya untuk kembali kepada fitrah kita…”

Temanku sudah mengalami banyak proses dalam hidupnya dan sungguh dimataku ia adalah seorang yang kaya. Kebijaksanaan yang dia dapat dalam setiap perjalanan seharga mutiara-mutiara di kedalaman laut. Tidak ternilai ketika ia sudah mampu melihat bahwa materi hanyalah alat saja bukan majikan yang menjadikan kita budaknya.

Pagi ini kuingat kembali nasehat-nasehatnya ditemani secangkir kopi panas, yang membuka memori-memori supaya tetap sadar dan menggerakkan nalar. Menjadi waras di tengah semua kegilaan ini adalah kegilaan itu sendiri.

“Pengetahuan yang terakhir dari seseorang adalah mengenal dirinya.” Imam Ali as

[denny siregar]




Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment