Wednesday, April 5, 2017

Jakarta Bersyariah Itu Mengerikan


DUNIA HAWA - Mantan menteri pendidikan yang dipecat oleh Presiden Jokowi bernama Anies Baswedan, kini mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta. Keikutsertaan Anies pada kontestasi Pilkada DKI Jakarta ini pun sebenarnya sudah banyak menuai kontroversi publik. Sebab, kehadirannya kini sebagai calon gubernur DKI Jakarta diusung oleh dua partai politik yang dulu sering ia kritik dengan pedas, yaitu partai Gerindra dan PKS.

Dulu, waktu perhelatan pilpres 2014, Anies menjadi juru bicara kampanye Jokowi. Ia begitu keras mengkritik Prabowo, petinggi partai Gerindra yang saat itu menjadi lawan Jokowi dalam pilpres. Dan saat ini, Anies begitu mesra dan mengelu-elukan Prabowo, orang yang dulu Anies kririk habis-habisan. Ini menunjukkan bahwa Anies merupakan tipe politisi yang tidak konsisten. Demi nafsu kekuasaan, ia seakan lupa dengan apa telah dulu pernah dia perbuat. Dan anehnya, ai tampak biasa saja, tidak merasa malu dengan pihak-pihak yang dulu pernah ia kritik pedas itu.

Hari-hari berlalu begitu cepat. Dan tanpa terasa, proses Pilkada DKI Jakarta telah terlewati. Hingga kini menyisakan dua pasangan calon yang melaju di putaran kedua. Yaitu pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Rasyid Baswedan–Sandiaga Uno. Pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni gugur pada putaran pertama.

Pencalonan Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta banyak di dukung dan di sokong oleh kelompok Islam radikal. Kalangan Islam radikal ini telah membuat sebuah kontrak kesepakatan politik dengan kubu Anies. Mereka akan mendukung Anies, jika Anies bisa mengakomodir kepentingan mereka.

Sebagaimana kita ketahui bersama, kelompok Islam radikal pendukung Anies ini mengusung kepentingan untuk mensyariahkan DKI Jakarta, atau Jakarta bersyariah. Ya, mereka akan menegakkan Jakarta bersyariah. Dan ini telah disepakati oleh Anies. Bahkan telah beredar spanduk di beberapa tempat di ibu kota, yang menyampaikan pesan bahwa program kerja 100 hari Anies jika terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta adalah menjadikan Jakarta bersyariah.

Tindakan Anies menyetujui kepentingan para pendukungnya untuk menjadikan Jakarta bersyariah itu sangat berbahaya bagi kebhinekaan bangsa Indonesia. Hal ini bisa menimbulkan perpecahan di ibu kota Jakarta secara khususnya, dan bahkan bangsa Indonesia secara umumnya.

Karena kondisi ibu kota tidak hanya di huni oleh penduduk Muslim saja, melainkan juga di huni oleh non Muslim dari berbagai agama lain yang ada di Indonesia. Mereka juga mempunyai hak yang sama dalam hal politik dengan umat Muslim yang menjadi penduduk Jakarta. Jika Jakarta bersyariah di terapkan, tentu ini bisa memicu terjadinya perpecahan, terutama bagi mereka yang berasal dari agama non Muslim.

Apalagi, para pendukung Anies dalam berkampanye mencari dukungan, sering menyebarkan isu SARA. Mereka begitu rasis dengan kelompok lain. Selain kelompok mereka, atau yang tidak sepaham dengan kelompok mereka, tak jarang mereka teriaki sebagai kelompok yang sesat dan kafir.

Pendukung Anies paling gencar menebarkan intoleransi umat beragama dalam pilkada kali ini. Mereka menyerukan kepada seluruh warga Jakarta untuk memilih Anies yang Muslim pada hari pencoblosan pilkada nanti. Mereka membawa-bawa agama untuk kepentingan politik mereka. Mereka mempolitisasi agama. Demi kemenangan dan kepentingan politik, sampai agama juga di bawa untuk berkampanye.

Padahal, ajaran Islam yang menyuruh memilih pemimpin pemerintahan harus Muslim itu juga masih menjadi perdebatan di kalangan ulama Muslim sendiri. Ada juga ulama Muslim yang membolehkan memilih pemimpin pemerintahan dari kalangan non Muslim. Contohnya adalah almarhum Gus Dur, ulama besar Indonesia, sekaligus mantan ketua Nahdlatul Ulama, yang juga mentan presiden Indoensia ke empat.

Namun karena pendukung Anies memang berasal dari golongan Islam radikal, maka siapa saja yang tidak sejalan dengan kepentingan politik mereka, akan dihujat habis-habisan. Bahkan di doakan dengan doa yang sangat tidak baik, bagi siapa saja yang bersebrangan dengan mereka.

Bahkan, belakangan beredar vidio pimpinan kelompok pemdukung Anies, FPI, yaitu Rizieq Shihab, sedang berdoa dalam sebuah acara publik yang diamini oleh banyak pengikutnya. Namun doanya adalah doa-doa yang jelek, bahkan sangat jelek, yang ditujukan untuk siapa saja yang tidak memilih Anies sebagai calon pemimpin Muslim Jakarta. Dan kebetulan, musuh Anies, Ahok, merupakan non Muslim. Jadi tambah menjadi-jadi mereka menyebarkan  intoleransi agama ini.

Sekali lagi, visi Anies untuk Jakarta bersyariah itu sangat berbahaya. Berbahaya bagi keutuhan bangsa dan negara Indonesia. Di tambah lagi mereka memainkan isu SARA. Rasis pada golongan Cina dan non Muslim.

Mereka menyerukan untuk memilih pemimpin pemerintahan Muslim itu juga berbahaya. Karena bisa menjadi pemantik terjadinya permusuhan antar umat beragama. Dan ini jelas, berpotensi memecah belah bangsa dan mengancam keutuhan NKRI.

Jika mereka menyerukan untuk memilih pemimpin berdasarkan agama, maka hal ini bisa menjadikan kelompok dari agama lain untuk melakukan hal serupa. Dan jika semua sudah seperti ini, akhirnya bangsa ini akan menjadi sekte-sekte, masing-masing sekte menjadi bergesekan dan bermusuhan, yang pada akhirnya akan memecah belah bangsa.

Tentu hal ini jangan sampai terjadi di bumi Indonesia yang sangat kita cintai ini. Jangan sampai bangsa ini menjadi seperti negara Suriah, yang terpecah belah akibat konflik sekterian. Mari hendaknya setiap kita agar senantiasa merawat kebhinekaan dan perdamaian di negeri ini.

Dengan demikian, sekali lagi saya sampaikan, demi menjaga kebhinekaan dan keutuhan keutuhan NKRI, visi Anies mengenai Jakarta bersyariah itu berbahaya. Bahkan sangat mengerikan bagi perdamaian dan kebhinekaan bangsa Indoensia yang selama ini telah lama kita jaga. Dan yang paling penting, untuk warga Jakarta jangan sampai ikut terprovokasi dengan model-model kampanye seperti ini. Wallahu A’lam Bhissawaf!

@faturrahman


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment