Friday, April 7, 2017

GP Ansor Menolak Cagub yang Didukung Kelompok Radikal


DUNIA HAWA - Membela kebenaran sebagaimana yang diajarkan oleh Gus Dur bukan perkara mudah. Apalagi pihak yang benar itu berasal  dari kalangan minoritas. Atas nama mayoritas, ada kelompok-kelompok tertentu berteriak-teriak mencaci, mendemo, melakukan tindakan-tindakan brutal, mempersalahkan bahkan anarkhis terhadap pihak yang dianggap minoritas.

Banyak orang menilai bahwa kasus yang menimpa Ahok sebenarnya bukanlah kasus maha berat. Beratnya kasus itu karena ulah beberapa kalangan yang berusaha menyingkirkan Ahok dari kancah pilkada DKI. Di balik ketakutan itu ada banyak kepentingan busuk yang hendak disembunyikan. Mereka takut Ahok menang dan menyingkap hal-hal buruk dan jahat.

Kita sudah sangat paham dengan kasus yang ditimpakan kepada Ahok. Ia diperhadapkan dengan tuduhan dan peradilan yang tidak adil. Fakta-fakta kebenaran yang disampaikan oleh banyak orang tentang Ahok seolah sulit dilihat, dimengerti oleh banyak orang. Sulitnya menangkap fakta-fakta kebenaran itu adalah karena kesengajaan dari pihak-pihak tertentu seperti FPI, HTI, partai politik musuh Ahok mempermainkan dan memperkeruh suasana.

PPP dan PKB partai politik yang berlatar belakang dari kalangan Nahdliyin menyadari benar keadaan itu. Pada pilkada DKI putaran pertama mereka mendukung AHY – Sylvi, kini menjalin kemesraan bersama Ahok – Djarot. Pilihan mereka untuk mendukung Ahok – Djarot tentu bukan tanpa alasan. Alasannya adalah demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

Langkah PPP dan PKB itu bak gayung bersambut dengan Gerakan Pemuda (GP) Ansor. PPP, PKB dan GP Ansor lahir dari kandungan yang sama yaitu Nahdatul Ulama.

Hari ini, Jumat 7 April 2017 Ahok – Djarot bersilaturahmi dengan para pimpinan GP Ansor. Silaturahmi ini menjadi sebuah momen bersama untuk mewujudkan kesatuan NKRI.

GP Ansor merupakan salah satu Badan Otonom Nahdatul Ulama. Sejak semula GP Ansor memiliki visi membela Negara Indonesia yang sah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 1945. Dasar agama Islam dipakai sebagai asas perjuangan agar nilai-nilai Islami yang rahmatan lil alamin dirasakan oleh seluruh bangsa Indonesia yang majemuk.

Sebagai organisasi yang memperjuangkan NKRI GP Ansor pasti gerah dengan kegaduhan negeri ini akibat ulah orang-orang yang ingin mengubah dasar negara, merongrong NKRI dan melakukan makar terhadap pemerintahan yang sah.

Kelompok-kelompok itu saat ini berseberangan dengan Ahok – Djarot. Saat ini mereka berteriak-teriak anti Ahok dengan menyebut Ahok kafir, antek aseng, anti terhadap wong-wong cilik, tukang gusur, dadjal dan sebagainya melalui aksi-aksi bela Islam. Selain mengkafirkan Ahok, mereka menyebut juga bahwa para pendukung Ahok sebagai kaum munafik bahkan juga kafir. Bagi pendukung Ahok – Djarot yang beragama Islam, mereka dikatakan sebagai orang yang keislamannya cetek.

Benarkah  “peluru” mereka untuk menghantam Ahok – Djarot dan pendukungnya semata?

Prof. Dr. Arbi Sanit  menganalisis dan menuturkan, “Aksi bela Islam ini hanya kedok saja. Demikian juga kasus Ahok, hanya sasaran antara. Karena tujuan yang sesungguhnya membangun kota Jakarta sebagai kota syariah serta mendirikan Negara khilafah. Mereka masuk lewat Anies-Sandi. Karenanya, kalau pemilih Jakarta tidak jeli membaca arah dari aksi ini maka bisa terjebak sendiri natinya.” 

Arbi Sanit menyatakan pula bahwa masuknya agenda Islam transnasional melalui Anies-Sandi dan konco-konconya sangat masuk akal. Hal itu bisa dibuktikan dengan memperhatikan ideologi kelompok-kelompok puritan yang cenderung fundamentalis dengan keinginan mewujudkan khilafah di Indonesia melalui Jakarta.

HTI, FPI dan sekutunya yang  gaduh hendak menegakkan khilafiyah tentu berseberangan dengan Nahdlatul Ulama. Bagi NU, NKRI, Pancasila itu sudah final. GP Ansor tentu mengikuti jejak NU yang menyebutkan bahwa NKRI dengan Pancasila sebagai dasar negara merupakan pilihan terbaik bagi Indonesia.

Pertemuan antara Ahok – Djarot dan GP Ansor menegaskan keberpihakan GP Ansor terhadap pemimpin yang bertekad menegakkan NKRI berdasar Pancasila dan UUD 45. Hal itu ada pada pasangan Ahok –Djarot.

Mengapa bukan Anies – Sandi? Kemesaraan dan dukungan dari ormas-ormas intoleran – radikal yang anti NKRI sangat nyata di hadapan Anies – Sandi. Hal itu membahayakan. Bila mereka menang dalam pilkada, hutang mereka pada para pendukungnya sangat banyak. Maka mereka berpotensi dikendalikan oleh keinginan mereka sehingga melalui Anies – Sandi, NKRI kehilangan dayanya.

Sikap GP Ansor mendukung Ahok – Djarot itu dinyatakan secara jelas oleh Abdul Azis,”Kami sangat menolak calon gubernur yang didukung Islam radikal dan Islam garis keras.” Lebih lanjut Azis mengatakan,”Ansor dihina dari zaman Gus Dur sudah biasa. Dibilang kafir, munafik sudah biasa. Tapi kalau sudah merusak tatanan NKRI dan demokrasi, pasti akan kami lawan”. 

Sekarang peta politik Pilkada semakin terang – benderang karena insan-insan beriman yang cinta NKRI. Teladan GP Ansor membela yang benar merupakan tindakan berani demi mewujudkan keutuhan Indonesia.

Karena itu jangan takut mendukung pemimpin yang berjuang mempertahankan NKRI.

Bersama GP Ansor berteriaklah lantang,”Maju Tak Gentar Membela yang Benar”, bukan membela yang bayar.

@wisnu sapto nugroho


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment