Sunday, April 9, 2017

Azis Datang, Anies Ceroboh, Prabowo Meradang


DUNIA HAWA - Entah darimana datangnya ide dukungan oleh Daeng Azis pada pasangan calon gubernur nomor 3 yang berlangsung pada Sabtu sore kemarin, belum diketahui siapa penggagasnya. Yang jelas ini sangat menarik untuk dibahas. Munculnya Azis di acara pengukuhan dukungan yang diselenggarakan oleh Partai Bulan Bintang ( PBB ) menjadi perhatian tersendiri dimata publik. Ada yang menarik disini, Azis datang bersama antek-anteknya dan segera menuju kursi yang disediakan.

Bak tamu besar, kedatangan Azis disambut dengan hangat oleh panitia acara. Azis yang awalnya duduk dibelakang, diarahkan menuju barisan kursi paling depan bersandingan dengan tokoh-tokoh lain yang hadir. Tentu hanya tamu-tamu istimewa yang boleh duduk disana. Posisi Azis duduk pas berada dihadapan Anies yang pada saat itu sedang melakukan sambutan diatas panggung.

Namun anehnya, Anies mengaku tidak tahu jika pria yang biasa disapa Daeng Azis itu hadir bersama tamu undangan yang lain. Bagi saya, tidak mungkin seorang Anies tidak mengenal Daeng Azis, apalagi nama Daeng Azis sempat tenar diberbagai media saat ia berususan dengan hukum soal Kalijodo.

Entah direncanakan atau tidak, yang jelas tak mungkin seorang Azis datang jika tidak diundang. Bisa jadi, Azis diundang oleh panitia dalam hal ini orang-orangnya Yusril atau dari pihak Anies sendiri. Ketika Azis pertama kali datang dan duduk dideretan kursi paling depan, Anies nampak kebingungan dan cenderung buang muka.

Anies pura-pura tidak tahu jika yang datang adalah Daeng Azis. Dari tamu yang hadir, hampir semua yang duduk dideretan kursi paling depan disebut satu persatu namanya oleh Anies dalam sambutannya, kecuali Daeng Azis. Tentu sikap Anies pada Azis tidak mencerminkan sebagai sosok pemimpin sekaligus public figure yang selama ini sering melontarkan kata-kata santun.

Posisi Anies semakin terhimpit, disatu sisi dia butuh dukungan suara dari Daeng Azis beserta antek-anteknya. Disisi lain Anies paham betul dengan image buruk yang masih menempel pada diri Daeng Azies, mengingat Azis adalah pengelola tempat prostitusi sekaligus perjudian. Sangat bertolak belakang dengan cita-citanya yang ingin menjadikan Jakarta sebagai kota bersyariah. Apa mungkin programnya bisa berjalan, jika menjadi gubernur nanti, sedangkan orang yang mendukungnya saja adalah seorang pegiat prostitusi.

Begitulah Anies dengan segala kemunafikannya, didepan publik ia mengacuhkan Daeng Azis, padahal dibelakang dia sangat mengharapkan dukungannya. Dari fenomena ini, publik pun bisa menilai bahwa demi melanggengkan kekuasaan apa pun bisa dilakukan oleh seorang Anies Baswedan.

Dan sepertinya Anies tidak peduli lagi dengan penilaian orang lain terhadap dirinya. Ibarat bunglon, sikap Anies selalu berubah-ubah sesuai dengan nilai takaran politik serta kadar keuntungan yang didapat. Anies bisa menjadi apa saja, yang penting dia bisa berkuasa.

Ambisi Anies dalam melanggengkan kekuasaan begitu mendalam. Awal kiprahnya terjun di dunia politik adalah ketika ia ikut dalam penjaringan Capres yang diselenggarakan oleh Partai Demokrat di 2014 lalu. Meskipun Demokrat gagal melaju mengusung calon sendiri, hal itu tidak membuat Anies patah semangat. Ia kembali hadir dan ikut berpartisipasi dalam tim pemenangan Jokowi-JK.

Kali ini usahanya membuahkan hasil, berkat kerja kerasnya, ia akhirnya didapuk menjadi menteri pendidikan dalam kabinet kerja. Sebelum akhirnya harus dicopot dari jabatannya karena kinerjanya yang kurang memuaskan.

Anies tetap tidak berubah, ambisinya pun kian menjadi-jadi. Rasa frustasi karena kegagalannya menjadi menteri, membuat dia rela menjual ideologi dengan menerima pinangan PKS dan Gerindra untuk dijadikan Cagub DKI. Meski pada awalnya Prabowo sendiri meragukan kapasitas seorang Anies yang sebelum akhirnya diyakinkan kembali oleh PKS.

Dengan resminya pendaftaran Anies ke KPUD DKI sebagai calon gubernur, maka muncullah pasangan calon dengan nomor urut 3 dari barisan sakit hati. Meski setengah hati, Prabowo yakin bisa membawa Anies ke kursi DKI-1. Meskipun sempat khawatir, Prabowo paham betul dengan resiko yang diambil dengan mengusung Anies. Sehingga sangat beralasan, jika seorang Anies justru bisa membahayakan posisinya di Pilpres 2019 mendatang.

Seperti yang terjadi kemarin, hadirnya Daeng Azis di ruang publik justru dapat merugikan posisi Prabowo. Meskipun sebenarnya Anies sendiri mengharapkan dukungan Daeng Azis secara tertutup. Pasalnya citra Daeng Azis sebagai seorang pendukung, sudah cukup jelek. Justru ini akan memunculkan asumsi publik kearah hal yang negatif.

Anies sedang menggali lubang kuburnya sendiri, kecerobohan tim pemenanggannya terkait undangan Daeng Azis, justru dapat menjadi pemicu kekalahannya di 19 April mendatang. Sudah bisa ditebak, pasti Prabowo sangat marah dengan kondisi ini. Mengingat ia pernah berorasi “Kemenangan Anies-Sandi adalah kemenangan Prabowo di Pilpres 2019 nanti”. Jika Anies kalah, justru Prabowo akan babak belur dan semakin tersendat jalannya untuk merebut kursi kekuasaan dari tangan Jokowi.

@handoko suhendra


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment