Sunday, December 4, 2016

Setelah 212, Lalu.Apa?

DUNIA HAWA - Setelah 212 lalu apa? Dirikan daulah Islam? Hukum minoritas dengan hukum Islam? Jelas tidak ada cerita macam itu. Karena apa yang tampak dari 212 bukanlah perserikatan yang kokoh. Dilandasi tujuan masa depan lebih baik.. Atau itu tadi, mengupayakan Daulah Islam. 


Dilihat dari motif kumpul, yang sekedar ego dan emosi politis dadakan, konklusi dari aksi juga malah disumbat oleh jokowi. 

Jalan ummat Islam politik muncul sebagai kekuatan besar hanya sampai di titik menuntut tumbal, bukan membawa kesatuan islam politik yang lebih strategis menuju arah Negara Islam.

Mustahil ada BPUPKI versi syariah.. Atau badan penyelidik upaya negara islam.

Karena masing masing golongan Islam itu punya ego politik tinggi, mesti lewati proses adu keras, saling jambak-jambakan antara jamaah HTI, PKS, Salafi-wahabbi, atau Anshorut Tauhid. Minus NU dan Muhammadiyah yang sudah pasti pilih NKRI. Kalau dua organisasi islam tradisi itu lenyap, upaya indonesia jadi negara islam mustahil lewat jalan damai..

Mirip Suriah, Libya, Afghan, atau Irak ada 4-5 front jihat. Masing masing front tak punya cara lain selain habisi pesaing ke tahta kekuasaan daulah, khilafah, atau mulkan islam. 

Maka dari itu sangat heran mereka bisa satu barisan karena Ahok.. Yang beda.. Yang dimasing- masing group sosmed cakar-cakaran, saling kafir, saling hina, bisa bersatu numplek di Jakarta. Ikatan mereka itu rentan, tipis bak benang, tapi Ahok bisa menyatukannya.

Ironisnya Ahok ini sosok yang paling banyak beri manfaat bagi mayoritas muslim di jakarta agar berdaya dan mampu bersaing.

Ya trouble..

Ahok ini dianggap menista agama. Tapi. Kalau dilihat ulang konteksnya bukan penistaan, kebalikannya Ahok sedang menolong umat Islam dari kesalahpahaman. Ahok mencegah warga agar tidak jauhi program pemberdayaan DKI hanya karena gubernurnya disebut kafir. Warga jangan diperdaya oleh mereka yang salah paham untuk jauhkan warga muslim dari peberdayaan

Karena itu sama saja dengan pembohongan pada tujuan al.islam yang mendukung terangkatnya derajat mustadaffin, orang pinggiran. Di pulau seribu!!! Ahok bicara atas nama kita, Muslim yang selama ini jadi alas kaki elite korup selama 70 tahun Indonesia merdeka. Ahok gantikan suara ustad dan ulama ysng sudah lebih dahulu meminta penguasa dekati warganya dan bangun keberdayaan muslim. 

Ahok punya ibu angkat muslima, mustahil dia sengaja menghardik quran yang diyakini ibu angkatnya. Dan mustahil dia lakukan sengaja karena sudah jelas itu bunuh diri politik, karir, dan segala kebaikan yang dia upayakan.

Jadi mengapa mesti ada ego yang dipertahankan untuk menghukum orang yang beri manfaat pada ummat Islam? 

Jawabannya satu... Irihati. 

Ya. Aktivis Islam dari sejak LHI, Gatot, dan Aher yang susah gaya di media konvensional jadi pesakitan politik, jadi bahan bully media mainstream... dan itu rupanya membuat saudara sebangsa kita yang senang kultum di masjid, mushola jadi sakit hati. Jagoan idaman mereka rontok satu demi satu. Singa mereka dipecat karena partainya ingin kurangi nilai "jihad" parlemen. Sakit hati ini menumpuk. Tidak bisa dikatarsis. Tidak bisa dibendung.. 

Lalu tibalah kesempatan pelampiasan. 

Yang dengan cerdik satu dinasty politik neolib mencium kesempatan emas yang sama, kemudian ikut urun sumbang pada event 411 dan 212. Logistik tak bisa ditarik. 

Apakah kawan kawan kita itu puas? Jelas tidak. Mereka ingin Ahok satu liga dengann LHI dan Gatot. Sama sama pesakitan. Agar harga diri mereka bisa tumbuh lagi menjelang 2019. 

Lalu apa yang bisa kita lakukan? Kita bisa minta maaf karena bully keterlaluan yang kita lakukan utk LHI, Gatot atau Aher. Kita tak nyangka mereka menghargai tokoh mereka bukan sekedar pejabat publik, tapi bak orang tua sendiri. 

Atau kita coba luruskan.. Beritahu mereka bahwa Allah tujuan bersama. Baik Ahok, LHI, Gatot, Aher tujuannya sama sama ke Allah. Tapi ada yang kandas karena godaan. Idealisme pemberdayaan patah. Maka jangan sampai ada yang patah lagi. Jika ahok menyinggung ingatkan. Jika salah dekati dan luruskan. Pintunya selalu terbuka saat menjabat bagi warganya. 

Apalagi setelah 212 ini. Pasti keinginan ummat Islam yang aneh-anehpun akan dikabulkannya. Dan dana nya ada.. Tidak dikorup untuk bancakan dewan. Tidak dikorup untuk bancakan dewan. Tidak dikorup untuk...

Bancakan dewan..

Lihat Video Orasi Sri Bintang Pamungkas Dalam Upaya Mengajak untuk Makar :



@anca usridinata




Pasca 212: Kita Yang Banyak, Selanjutnya Mau Bagamana?

DUNIA HAWA - Banyaknya manusia yang datang pada 2 Desember 2016, atau lebih dikenal dengan kode aksi 212 terus marak dibicarakan, hampir tanpa henti di media sosial, dan menyelinap penuh euforia di grup-grup percakapan yang tak ayal membuat smartphone nge hang. “Bayangkan, 7 juta manusia berkumpul untuk membela AlQuran, berkumpul untuk menuntut atas perbuatan seorang penista agama. Tidak ada seorang tokoh pun di Indonesia yang bisa mengomando sebanyak itu orang untuk bergerak.” Dan diikuti oleh berbagai asma Allah.


7 juta, itu adalah euforia jumlah terbesarnya. Tetapi ada juga yang menyebut 1 juta, 2 juta; tetapi ada yang menghitung dengan logika ruang dan waktu, sehingga tercatat angka 12 Juta orang. (baca_disini) Apapun lah itu, jumlah manusia sebanyak itu memang harus kita akui sangat luar biasa. Itu lah banyaknya umat muslim di Indonesia yang mampu dikumpulkan dalam satu waktu, dan itu belum semuanya.

Ada sebuah tulisan bagus tentang bagaimana aksi 212 ini dibandingkan dengan aksi 411, di mana aksi 411 adalah aksi yang “mengetuk” pintu istana dan gedung wakil rakyat, sementara 212 adalah aksi yang “mengetuk” pintu-pintu langit dengan doa, sehingga diberikan lah hujan yang damai pada hari itu. Sebuah analogi yang bagus bukan, bagaimana kumpulan manusia bermunajat bersama-sama kepada Tuhannya?

Tetapi, kemudian apa yang sebenarnya diharapkan dari sebuah aksi, 411 ataupun 212? Apakah hanya sebatas tuntutan untuk menjalankan proses hukum yang memang sudah berjalan? Atau adakah yang lainnya? Sepertinya, mungkin memang ada, karena sebagai jawaban dari analogi “mengetuk pintu langit”, seseorang dapat berpikir bahwa berdoa adalah selemah-lemahnya sebuah perjuangan. Berdoa adalah bentuk kelemahan. Berbicara pada Tuhan adalah sebuah bentuk kelemahan.

Tidak itu saja, tidak sedikit orang-orang yang tidak bersedia bahwa aksi 212 adalah bentuk dzikir bersama, istighotsah, atau apapun nama ibadahnya. Mereka mengharapkan aksi 212 tersebut adalah sebagai statement, pernyataan mereka terhadap sesuatu yang lebih dari sekadar berdoa. Mereka ingin dianggap, didengarkan dan dituruti. “Pokoknya begini dan harus begini!” Terdengar orasi-orasi yang menyatakan hukum Tuhan di atas konstitusi. Apakah berarti maksudnya manusia harus ditangkap tanpa diadili?

Jadi, bagaimana sebuah kumpulan orang yang banyak ini bisa sampai pada suatu tuntutan-tuntutan yang tampak tidak juga terpuaskan? Bagaimana kah mereka bisa sampai pada kesimpulan bahwa berdoa adalah sebuah kelemahan? Bagaimana “pokoknya-pokoknya” itu pokoknya harus pokoknya?

Aksi yang lanjut berlanjut ini sepertinya menjadi ajang show off force dengan terus bertambahnya para  pesertanya. Entah apa maksud dan tujuan menunjukkan kekuatan di negara yang memang mayoritas Islam. Show off force yang dengan adanya tuturan “berdoa itu adalah selemah-lemahnya perjuangan” atau “aksi super damai 212 tidak boleh hanya menjadi ajang dzikir” malah menunjukkan bahwa aksi ini kemungkinan besar diharapkan untuk memaksakan kehendak.

Namun, untungnya, pemaksaan kehendak yang sangat mungkin berujung pada anarki sama sekali tidak terjadi. Dzikir dan doa dalam rahmat Allah berupa hujan yang mendamaikan hati dan meluruhkan amarah telah berlangsung sesuai harapan “super damai” yang menjadi jargon aksi. Jangan biarkan rasa ketidakpuasan menghantui, dan jangan pernah mengamini kalimat “doa adalah selemah-lemahnya perjuangan”.

Itu adalah sebuah penistaan.


Doa adalah sarana berbicara manusia kepada Tuhannya, sang penguasa alam semesta. Doa adalah sebuah pengakuan bahwa tiada kekuatan yang MAHA untuk dapat mengubah suatu keadaan selain daripada kekuatanNya. Bagaimana tidak, jangankan mengubah keadaan, membolak-balikkan pikiran makhluk pun Tuhan berhak, mampu dan memang bisa melakukannya. Pernyataan tersebut adalah arogansi luar biasa dari seorang makhluk di hadapan Tuhannya. Jangan ditiru, jangan ditiru.

Kembali kepada judul,  setelah kita tahu kita banyak, lalu selanjutnya mau apa? Apakah kita cukup dengan berbangga diri saja bahwa kita banyak, lalu sudah? Debu juga banyak, buih di lautan juga banyak, lalu apa?

Berdoa dan bekerja, itu adalah satu kesatuan jargon Yin dan Yang, yang akan menggerakkan roda perubahan bagi kehidupan ini. Tentu saja dalam bekerja, kita harus membangun dulu fondasi visi dan misi, ingin jadi seperti apakah kita sebagai seorang makhluk, sebagai bagian dari makhluk-makhluk lain, dan sebagai bagian dari alam semesta.

Banyaknya kita itu hendaknya memberikan perubaha yang baik bagi alam semesta, sesuai dengan takdir kita diciptakan ke muka bumi ini: sebagai khalifah atas bumi dan seluruh alam semesta. Pemimpin di atas bumi, dan hamba di hadapan Allah SWT.

Pemimpin itu ngapain sih?


Pemimpin itu adalah mereka yang berada paling depan untuk menarik, memberi contoh, memberi arah, memberi pengertian dan pemahaman, serta sekaligus meluruskan ketika terdapat penyimpangan. Pemimpin itu bukan duduk, sebut harus begini, harus begitu, mestinya begini dan begitu, tetapi tidak mencontohkan bagaimana sesuatu seyogyanya dijalankan.

Maka pada dasarnya, sebagai manusia, kita adalah pemimpin bagi diri kita sendiri. Pemimpin yang dibekali akal dan pikiran untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk, mana yang bermanfaat dan tidak bermanfaat, mana yang kontribusi dan mana yang cuma caci maki. Dengan menyadari peranan kita sebagai pemimpin dan khalifah, seharusnya kita mampu memberi kontribusi yang nyata, bukan hanya rendeng-rendeng berkumpul lalu hanyut. 

Setelah kita menyadari khittah kepemimpinan pribadi, yaitu untuk memberi kontribusi nyata bagi alam semesta sebagai ladang ibadah kita, maka tentunya setiap dari kita yang memiliki pola pikir yang sama akan menemukan kebersamaan. Walaupun bentuk kontribusi yang kita pikirkan bisa saja berbeda-beda, asal tujuannya sama, maka tentu caranya akan dapat kita diskusikan agar dapat sejalan dan seirama tanpa saling berbentrokan.

Setelah cara dan bentuk kontribusi apa yang dapat kita berikan bagi kemaslahatan alam semesta telah kita sepakati, maka perjalanan berikutnya hanya masalah mau atau tidaknya kita mengaplikasikan ide dalam kenyataan. Bukan hanya ide angan-angan, dan tidak pernah berjalan; tapi jangan pula berjalan tanpa idealisme, visi dan misi. Dijamin pada satu titik kita akan berada pada kondisi lost.

Sebagai kesimpulan dari tulisan yang ngalor ngidul ini, mari lah kita sebagai umat manusia, bukan hanya agama tertentu, mulai merenung, berkontemplasi, mensinergikan akal, pikiran dan hati, membuka mata hati dan pikiran, membuka lebar-lebar telinga pada desauan suara alam. Kita harus menemukan kembali esensi kehidupan kita sebagai manusia, kita wajib menata ulang pikiran kita mengenai apa itu ibadah di mata Allah, Tuhan Semesta Alam. Kita perlu menghayati hakikat penciptaan kita sebagai manusia di bumi ini.

Kita bisa memilih menjadi para guru bagi peradaban manusia Indonesia, guru-guru yang menciptakan generasi muda yang gigih dalam bersaing menciptakan penemuan-penemuan, gigih dalam bekerja menciptakan kesejahteraan, gigih dalam berjuang memberantas korupsi, tindak kriminal dan berbagai kejahatan lain. Kita dapat menjadi contoh tentang bagaimana menjadi manusia yang berintegritas, tak goyah pada sogokan harta, jabatan dan iming-iming duniawi lainnya.

Kita bisa menjadi contoh bagi generasi muda, bagaimana menjadikan diri kita berguna bagi seluruh alam semesta, tanpa pamrih, karena keikhlasan dan keyakinan bahwa hanya Allah lah sebaik-baik dan seadil-adilnya pemberi penghargaan.

Niscaya, bila kita telah memiliki pemahaman serupa itu, tidak perlu lagi ada demonstrasi dan aksi, yang ada hanya diskusi di antara kita para manusia untuk bagaimana menyatukan pemikiran dan cita-cita agar menjadi berguna bagi alam semesta. Paling tidak, berguna lah kita terlebih dahulu bagi Indonesia.


Lihat Video Orasi Sri Bintang Pamungkas Dalam Upaya Mengajak untuk Makar :



@reno algamar


KPK Kembali Telusuri Kasus Hambalang, Ibas Siap-siap Dipanggil

DUNIA HAWA - Sepertinya lebaran kuda tidak lama lagi akan segera berlangsung. Salah satu indikasinya adalah mulai diusik kembali kasus Hambalang. Kasus, yang oleh beberapa pemberitaan, banyak dikaitkan dengan Partai Demokrat sudah menjerat elit politik Partai Demokrat masuk ke dalam bui. Kasus Hambalang menghantarkan mantan Menteri Pemuda dan Olah Raga (Menpora) Andi Mallarangeng dan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum masuk penjara.


Kini, Kasus Hambalang dibuka untuk memungkinkan kembali terjeratnya orang-orang yang diduga menerima uang hasil korupsi Proyek Hambalang. KPK yang memeriksa Andi Zulkarnain Mallarangeng alias Choel Mallarangeng sebagai tersangka menyatakan bahwa akan ditelusuri aliran dananya kemana saja.

“Tersangka ini itu berhubungan dengan siapa saja. Terus uang itu kemudian mengalir ke mana aja. Kan dua itu yang selalu diikuti oleh penyidik. Jadi habis itu nanti nemu siapa nemu siapa,” kata Ketua KPK Agus Rahardjo di gedung KPK, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Jumat (2/10/2016).

Dimulainya kembali penelusuran uang dan orang-orang yang terlibat dalam kasus Hambalang ini memberikan sebuah peringatan penting kepada orang-orang yang terlibat. Ada beberapa nama yang diduga juga terlibat dalam kasus ini, namun yang paling menjadi perhatian adalah dugaan keterlibatan Pangeran Cikeas, Edhie Baskoro Yudhoyono, atau yang kerap disebut Ibas.

Nama Ibas memang kerap disebutkan terlibat dalam kasus Hambalang. Nazaruddin yang menjadi peniup peluit Kasus Hambalang dalam beberapa kali kesempatan menyebutkan dengan gamblang keterlibatan Ibas. Kesaksian Nazaruddin dalam Kasus Hambalang ini telah menjerumuskan Andi Mallarangeng dan Anas Urbaningrum sebagai otak korupsi Proyek Hambalang tersebut. Nazaruddin menyebut Ibas menerima uang sebanyak 200.000 dollar AS, setara sekitar Rp 2,3 miliar, terkait proyek Hambalang.

Anas sendiri yang adalah otak dari Proyek Korupsi ini bersama Andi turut menguatkan indikasi keterlibatan Ibas dalam Kasus Hambalang. Bahkan Anis dengan nyeleneh menyatakan kalau dia jadi SBY akan menghantarkan sendiri Ibas ke KPK.

“Ini terkait posisi Mas Ibas yang ramai dibicarakan terkait keterangan Nazar dan Yulianis. Mas Anas berpesan, ‘Seandainya saya SBY, saya akan mengantar sendiri Mas Ibas ke KPK’,” kata Firman Wijaya menirukan pernyataan Anas, seusai menjenguk kliennya di Rutan KPK, Jakarta, Selasa (28/1/2014).

Sudah lebih 2 tahun pernyataan Anas tersebut tetapi sampai sekarang SBY tidak juga mengantarkan Ibas ke KPK setidaknya mengklarifikasi keterlibatannya. Kalau memang tidak bersalah dan terlibat, tirulah Ahok yang datang sendiri ke Kepolisian. Jangan malah menganggap Ahok kebal hukum dan menyuarakan demo terus sampai lebaran kuda.

Desakan untuk mengusut keterlibatan Ibas sudah terus disuarakan oleh publik. Kini, dengan ditelusurinya kembali Kasus Hambalang dan kemana uang mengalir dan siapa saja lagi yang terlibat, maka Ibas diyakini harus siap-siap dipanggil untuk mengklarifikasi keterlibatannya.

“Kami menuntut KPK tidak tebang pilih dalam perkara Century. Kami juga menuntut KPK menangkap Ibas karena diduga terlibat skandal korupsi Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional Hambalang,” kata Koordinator Total Keadilan (Tangkap), Kurnia, saat berorasi di depan Gedung KPK, Jakarta, kemarin.

Ibas menurut saya memang harus mempersiapkan diri dengan baik menghadapi Kasus Hambalang ini. Menghadapi dengan sendirian tanpa diwakili oleh pengacara, Ayah, maupun Ibunya. Ibas harus dilatih mental menghadapi pengadilan supaya bisa menyampaikan pernyataan tegas bukan tidak tahu dan tidak ada. Karena yang akan dihadapinya adalah para mantan kolega yang terluka karena masuk penjara tanpa pernah dikunjungi. Ibas harus siap berhadapan dengan Angelina, Nazaruddin dan Anas. Andi dan Choel sepertinya sangat sulit untuk mau mengungkap keterlibatan Ibas, karena “loyalitas” mereka.

Saya berharap Ibas tidak usah takut jika dipanggil bersaksi oleh KPK. Tidak perlu juga buat alasan apapun untuk menghindari panggilan. Kalau memang benar tidau usah takut, kalau memang benar biar segera bisa diselesaikan. Daripada hidup terus dengan perasaan was-was karena nama terus disebut-sebut dalam Kasus Hambalang. Cara terbaik menyelesaikannya adalah dengan menghadapi, bukan menghindari.

Saya sendiri berharap Kasus Hambalang ini bisa segera selesai dengan baik. Tidak perlu menunggu lebaran kuda atau Jokowi mengunjungi mantan atau dikunjungi mantan. Karena menunggu hal itu tidak jelas kepastiannya. Hukum harus terus jalan dan tidak boleh diintervensi oleh apapun. Anak mantan atau Pangeran Cikeas sekalipun tidak boleh kebal hukum atau Kebal Saksi.

Terakhir mari kita berdoa supaya Nazaruddin sehat-sehat saja dan sesuai dengan komitmennya untuk membongkar semua kasus yang dia ketahui sebagai wujud penyesalannya. Menyatakan kebenaran yang diketahuinya menjadi cara Nazaruddin memperbaiki diri dan menghindari hukuman di alam mahsyar. Karena itu dia tidak takut untuk berkata jujur.

“Tapi niat saya cuma satu, saya cuma mau jujur saja, apa adanya karena karena saya tidak takut, Yang Mulia. Tidak takut Mas Anas atau pengacaranya, JPU atau KPK. Saya hanya takut di alam mahsyar,” tutur Nazar.

Jadi, siap-siaplah kita akan menyaksikan sebuah perlawanan politik yang terjadi jika nama Ibas kembali dibawa-bawa. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi dan tidak berani juga menebaknya. Tetapi apapun yang akan dilakukan, KPK sudah membuka kembali kasus ini dan publik akan terus mengawasinya. Masalah stabilitas politik dan keamanan kita serahkan kepada ahlinya, Kapolri dan Panglima TNI yang akan meredam semuanya. aksi 411 dan 212 adalah bukti bagaimana mereka berhasil membungkam para aktor politik.

Salam Hambalang.

Lihat Video Orasi Sri Bintang Pamungkas Dalam Upaya Mengajak untuk Makar :



@palti hutabarat


Sebenarnya Aksi 212 Diikuti 12 Juta Orang

DUNIA HAWA - Setelah aksi 212 selesai, banyak klaim yang menyebut bahwa jamaah yang hadir mencapai 7 juta orang. Banyak juga teman-teman yang termehek-mehek haru bahwa ummat Islam bersatu tak bisa dikalahkan. Namun yang paling bikin mual-mual seperti habis naik perahu buat nyebrang Surabaya Sulawesi adalah pernyataan-pernyataan yang menyebut bahwa peserta 212 jauh lebih banyak ketimbang 411. Mual.


Klaim 7 juta orang inilah yang kemudian membuat beberapa orang yang pernah sekolah dan bisa berhitung kemudian memprediksi berdasarkan teori ilmiah. Menurut catatan luas Bundaran HI, Thamrin, Kebon Sirih, Merdeka Selatan, Merdeka Timur, Merdeka Barat, Budi Kemuliaan dan H Agus Salim, totalnya mencapai 67,000 m2. Artinya, kalau rata-rata ukuran sajadah 0.7 x 1.1 m maka dapat disimpulkan secara pasti bahwa 0.77 m2 adalah luas yang dibutuhkan untuk satu orang melakukan shalat.

Sehingga kalau dihitung 67,000 / 0.77 sama dengan 87,011 orang yang shalat di jalanan. Ditambah jumlah massa di Monas dengan luas 192,750 / 0.77 sama dengan 250,325 orang. Jadi total keseluruhan peserta 212 adalah 337,338 orang secara hitungan teori ilmiah.

Tapi begini, hitung-hitungan di atas itu hitungan pasti. Sebab ukuran badan seseorang berbeda-beda. Tidak pasti pas 0.77 m2. Kan bisa saja berdempetan dan sesak. Logika saja, saat shalat di masjid, bukankah tidak rata perbaris berjumlah 10 orang? Baris kedua bisa saja 12 karena kurus-kurus dan ramping, baris ketiga bisa malah hanya menampung 9 orang karena seksi-seksi. Sehingga bisa saja memang mencapai 7 juta orang bukan? Hehe

Dalam ilmu statistik, ada yang namanya rata-rata dan tingkat kesalahan, atau kalau dalam survey disebut margin of error. Artinya, jika rata-rata luas sajadah adalah 0.77 m2, dengan tingkat kesalahan 100% karena satu sejadah pada aksi 212 dipakai berdua, maka jumlahnya adalah 337,338 dikalikan dua. Masih jauh dari angka 7 juta orang seperti klaim para tetangga sebelah. Sudah begitu, tidak mungkin juga angka ini dipaksakan untuk diterima akal dan dibenarkan. Kerbau pun bisa ngakak kalau ada yang klaim seperti itu.

Sampai di sini mungkin ada salah satu pembaca yang nyasar karena tergiur melihat judulnya. Haha tenang, saya akan berikan sedikit pembelaan agar kalian senang, tapi tetap menggunakan logika sederhana.

Jadi begini, sebenarnya peserta aksi 212 itu tidak semua shalat di monas atau di jalanan. Sebagian mereka shalat di masjid-masjid Jakarta, salah satunya di istiqlal. Masjid terbesar di kawasan Asia Tenggara ini mampu menampung 200,000 jamaah. Artinya kalau satu sejadah berdua semua, tak perduli besar kecilnya orang, maka istiqlal bisa menampun 400,000 orang.

Itu masih satu istiqlal, ditambah seluruh masjid-masjid yang ada di Jakarta, maka totalnya bisa mencapai lebih dari 10 juta jamaah. Meskipun jumlah penduduk Jakarta hanya 10 juta jiwa dan tidak semuanya laki-laki yang harus shalat jumat, tidak semuanya baragama Islam, tapi mengingat juga banyak buruh dan pekerja dari luar Jakarta, maka estimasi 10 juta jamaah di seluruh masjid Jakarta adalah hitungan yang cukup masuk akal. Minimal tak sampai membuat banyak kerbau tertawa sambil guling-guling.

Untuk itu, dengan jumlah 10 juta jamaah, ditambah hitungan rumus satu sejadah berdua, maka kemungkinan jamaah mencapai 12 juta orang. Apalagi ditambah fakta bahwa yang datang pada aksi 212 itu juga banyak dari kalangan perempuan dan anak-anak. Mereka bisa saja sedang haid atau libur shalat. Bisa juga shalatnya nanti-nanti menunggu acara selesai. Jadi tidak bisa dimasukkan dalam rumus 0.77 m2 sehingga kemungkinan jumlahnya memang lebih banyak, sebab mereka berdiri rapat-rapat sampai semua ‘semesta’ bersatu. Halaaah opo seh.

Pada akhirnya, tidak mudah untuk menentukan mana hitungan yang paling benar. Sebab untuk hadir ke aksi 212 memang tak ada absensinya. Jadi tidak mungkin dihitung. Jika kita menggunakan teori ilmiah dan mengklaim bahwa massa tak sampai 400 ribu orang sebenarnya, jangan salahkan para pimpinan aksi 212 yang mengklaim mencapai 7 juta orang berdasarkan perasaan. Orang kan punya hak untuk mengklaim, ini negara demokrasi bung!

Membandingkan dengan angka Jemaah Haji di Mekah


Tapi atas nama Pakar Mantan dan spesialis titik-titik, pada artikel ini ijinkan saya memberikan perbandingan-perbandingan logis. Jumlah jamaah haji pada tahun 2016 menurut badan statistik Saudi mencapai 1.862.909. Angka ini pasti dan bukan prediksi lagi, sebab semua namanya tercatat. Sekarang bandingkan dengan aksi 212, lihatlah mana yang lebih banyak? Jika memang lebih banyak aksi 212, maka saya sebagai rakyat Indonesia cukup bersyukur. Sebab Monas ternyata tak kalah menarik dari ka’bah. Tapi saya jadi agak sedih, karena mereka datang ke Monas untuk menuntut Ahok, datang karena Ahok, berdoa karena Ahok. Ahok yang non muslim dan hanya Gubernur DKI.

Begitulah kura-kura

Lihat Video Orasi Sri Bintang Pamungkas Dalam Upaya Mengajak untuk Makar :



@alifurrahman

Masih Ada yang Bela Tersangka Makar?

DUNIA HAWA - Halo salawi, halooo… jawab dong pertanyaan saya satuuu aja, kalian lebih milih mendo’akan negara Indonesia bisa maju dan damai di bawah pemerintahan presiden Jokowi walaupun kalian tidak suka Jokowi atau lebih memilih menuruti kebencian yang sudah membusuk di hati kalian dengan berfikir “pokoknya Jokowi harus jatoh, apapun caranya, mau krisis kek, mau demo kek, mau kerusuhan kek yang penting presidennya ganti!”


Yang mana coba? Please pilih yang pertama yah demi NKRI.

Tolong ga usah ikut nyebar-nyebar provokasi  berhubungan dengan penetapan tersangka makar ini karena keutuhan NKRI bisa menjadi taruhannya. Mohon ingat pemilih Jokowi lebih banyak daripada kalian dan kami semua juga warga Indonesia loh, hargai suara kami, jangan seenaknya aja kalian mempunyai pemikiran untuk mengganti ganti orang yang telah dipercaya mayoritas bangsa Indonesia untuk memimpinnya. Ingat kampanye Jokowi 2014 bahkan tukang becak, petani, tukang ojek dan orang orang dengan profesi lainnya semua menyumbang dana dari pendapatan mereka karena rasa percaya mereka pada calon presiden harapan mereka Joko Widodo, apa itu pernah terfikir oleh kalian?

Kami tidak menabikan dia, kami tau belum banyak yang dapat dicapai olehnya, tapi apa kalian sama sekali tidak melihat usahanya yang tulus demi bangsa Indonesia? Ya, berbagai masalah masih ada di Indonesia, saya akui, tapi saya melihat orang itu berusaha memperbaikinya, dia bekerja siang-malam untuk memperbaikinya, apa orang seperti itu yang ingin kalian gulingkan?

Atau mungkin kalian membencinya karena dia memperkaya diri dan keluarganya dengan memanfaatkan jabatan? Atau karena dia bermewah-mewahan dengan menggunakan uang negara? Apa kalian pernah melihat dia seperti itu? Tidak pernah, TIDAK PERNAH saudaraku.

Jangan bela mereka, mereka tidak menghargai suara kami 53,15 persen pemilih presiden Jokowi, suara kami sesama putra-putri Indonesia. Kenapa suara kami tidak kau hargai wahai para tersangka?

Mohon tidak usah mengatakan rezim Jokowi anti kritik karena polisi menangkapi mereka. Mana kritik mereka? Apa yang mereka kritik? Yang satu benci Jokowi karena persaingan dengan saudarinya, yang satu memang tidak pernah suka dengan presiden manapun pilihan rakyat, yang satu memancing kekerasan dan menampilkan caci maki terhadap seseorang yg dipilih rakyat sebagai pemimpin, yang satu tanpa rasionalitas baru beberapa saat Jokowi memimpin sudah dibilang gagal total, yang satu lagi merongrong dengan provokasi-provokasi berbahaya karena karibnya kalah oleh Jokowi. Apa kritik mereka? Program apa yang mereka kritik? Apa solusi terhadap permasalahan bangsa yang mereka tawarkan? Mereka tokoh loh, jika ada program yang mereka tidak sependapat tinggal prescon maka menyebarlah pemikiran mereka.

Provokasi…. ya itu kata kuncinya, mereka harus segera diproses secara hukum karena menghalalkan memecah belah anak bangsa demi ambisi mereka menggulingkan Jokowi. Ingat pernyataan mengenai ajakan satu juta bambu runcing untuk menakut nakuti aparat? Ingat seseorang yang “ga ada angin ga ada ujan” menakut-nakuti masyarakat dengan isu kebangkitan PKI? Lalu kalian membantu memecah belah anak bangsa dengan menyebarkan broadcast-broadcast tolol yang belum tentu kebenarannya? Kalian mau membantu mereka membenturkan yang 46,85% dengan yang 53,15%?

Baca berita dengan seksama. Poin kedua dari surat Sri Bintang Pamungkas :

2. Mencabut Mandat Presiden dan Wakil Presiden RI yang sekarang, masing-masing dijabat oleh Joko Widodo dan Jusuf Kalla

Mana dari poin tersebut yang berupa kritik? Jujur jika pilihan kalian yang dicoba untuk di cabut mandatnya apakah kalian tidak sakit hati? Kami yang memilih Jokowi dan kami masih mempercayakan mandat tersebut kepada presiden Jokowi, siapapun tidak berhak mencabut mandatnya selagi kami masih percaya padanya.

Sudahlah, bantu polisi dengan diam dan kawal kasus mereka. polisi mengatakan sudah memiliki cukup bukti yah berarti polisi sudah memiliki cukup bukti. Ga usah sok tau, mereka nih tokoh-tokoh nasional, bisa menyewa jasa lawyer terbaik. polisi bisa kehilangan pamor jika asal asalan dalam menghadapi mereka dan mereka lepas.

Sudahlah, bantu presiden pilihan rakyat dengan tidak merecoki beliau dalam bekerja, kalau lu ga ikut tax amnesty setidaknya jangan bikin investor lari, kalo lu ga bisa berantas pungli setidaknya jangan memulai pungli dari diri lu sendiri, kalo lu belum bisa berkontribusi setidaknya jangan memprovokasi.

Sudahlah, bantu NKRI dengan menjaga keutuhan dan keharmonisannya, hanya orang super GUOBLOK yang mau membakar rumahnya sendiri. Lihat apa yang terjadi di suriah hari ini sebagai contoh ketika semua pihak tak mau menahan diri.

Faham? Polisi sudah mengantungi bukti jadi anda jangan sok tau, dan yang dilindungi disini bukan Jokowi tapi keutuhan NKRI. Dari yang saya lihat Jokowi bukan orang yang ketakutan kehilangan jabatan karena gerakan gerakan makar, tapi Jokowi takut anak bangsa di adu adu. Jokowi jadi presiden ataupun tidak, dia akan tetap pegang payung sendiri. Jadi presiden ataupun tidak, dia akan tetap naik pesawat kelas ekonomi. Jadi presiden ataupun tidak, kehidupan pribadinya tetap sederhana. Jadi untuk apa dia mempertahankan mati matian sebuah jabatan? Bukan Jokowi yang mempertahankan jabatan tapi kami yang mempertahankan Jokowi karena kami mempercayainya.

Hormati proses hukum dan hindari memprovokasi

Salam

Lihat Video Orasi Sri Bintang Pamungkas Dalam Upaya Mengajak untuk Makar :



@muhammad sabri


Mereka Sengaja Menggunakan Isu Ini untuk Mengelabui Umat Islam Indonesia

DUNIA HAWA - Akhir-akhir ini Pemerintah Indonesia harus berjibaku melawan serangan bertubi-tubi yang bertujuan untuk merusak citra pemerintah Indonesia di mata umat Islam. 


Serangan tersebut bukan berasal dari peluru yang dimuntahkan oleh M16 A1 melainkan dalam bentuk Isu. Isu tersebut dihembuskan oleh mereka yang ingin merongrong pemerintah yang sah, agar rakyat Indonesia tidak lagi memercayai Presidennya. Isu yang nanti akan kita bahas bersama, juga sering digunakan untuk membunuh karakter calon presiden (sekarang presiden kita) pada pemilu presiden beberapa tahun silam.

Isu atau lebih tepatnya propaganda tersebut berupa penggiringan opini bahwa pemerintah Indonesia yang sekarang itu anti Islam dan pemerintah sudah disusupi Partai Komunis Indonesia (PKI). Ingat,  kata kuncinya adalah anti Islam dan pro PKI. Ini adalah isu yang sangat serius yang jika tidak segera diselesaikan akan mengganggu stabilitas negara.

Sekarang mari kita ulas bersama bagaimana para propagandis tersebut menggoreng isu anti Islam dan pro PKI sedemikian rupa.

Isu Pemerintah Anti Islam


Isu pertama yaitu bahwa pemerintah itu anti islam.Isu tersebut dihembuskan oleh para perongrong kedaulatan bangsa lengkap dengan varian keyword-nya misalnya pemerintah sudah menzalimi umat Islam, pemerintah sudah menindas umat Islam dan sebagainya.  Sasaran empuk propagandis tersebut adalah umat islam Indonesia yang jumlahnya ratusan juta orang. Metode yang mereka lakukan mirip dengan metode pengirim sms papa minta pulsa yang mengirim sms ke ribuan nomor, siapa tahu ada yang nyangkut.

Para propagandis juga melakukan hal yang sama, mereka menyebarkan propaganda ke seluruh rakyat Indonesia melalui internet yang di dalamnya ada sosial media, blog, youtube dan lain-lain. Siapa tahu dari ratusan juta muslim tersebut ada yang percaya.

Efek yang timbul apabila ada sekelompok muslim yang percaya isu tersebut sangat dahsyat. Agama adalah keyakinan yang terdapat di lubuk hati terdalam manusia, kebebasan beragama merupakan salah satu dari the four of freedom yang dicetuskan oleh Presiden Rooselvet.

Mendengar agamanya ditindas dan dizalimi pemerintah, bangkitlah semangat perlawanan  jihad (versi mereka) melawan pemerintah. Perlawanan tersebut bertingkat mulai dari yang paling lunak hingga paling keras. Contoh paling lunak tentu saja keyakinan di dalam hati bahwa pemerintah itu anti Islam. Sedangkan contoh yang cukup keras adalah kasus penusukan Polisi di Tangerang atau peledakan bom di gereja Samarinda beberapa hari yang lalu.

Isu Pemerintah pro PKI


Isu yang kedua adalah isu bahwa pemerintah pro PKI.Sejak sebelum Presiden Jokowi masih berstatus capres, isu tersebut sudah dihembuskan. Bukan hanya itu, seorang Joko Widodo yang asli jawa pun diisukan merupakan keturunan Cina. Luar biasa. Akan tetapi tidak sedikit yang memercayainya.

Isu pro PKI ini sebenarnya bukan cara baru. Cara seperti itu merupakan senjata ampuh yang dirakit oleh orde baru untuk menghabisi lawan-lawan politiknya. Jika ada seseorang atau kelompok sudah dicap PKI oleh orde baru, tamat sudah riwayatnya. Hukuman paling berat adalah masuk hotel prodeo sedangkan paling ringan adalah mendapat sanksi sosial dari masyarakat.

Akhir-akhir ini pun hal tersebut kembali diulang, teknik penghabisan karakter dengan cara menuduh lawan politiknya merupakan jelmaan PKI kembali dilakukan, bedanya untuk kali ini bukan dilakukan oleh pemerintah melainkan oleh perongrong kekuasaan terhadap pemerintah.

Lagi-lagi mereka menggunakan teknik mama minta pulsa, siapa tahu ada yang nyangkut. Siapa tahu ada yang percaya. Sasaran utama dari propaganda ini adalah juga umat Islam Indonesia.

Dalam benak mayoritas Umat Islam Indonesia, PKI adalah Partai terlarang yang hendak menghapus agama dari muka bumi Indonesia. Doktrin berantas komunis hingga ke akar-akarnya telah menancap kuat di benak Muslim Indonesia.

Umat Islam yang percaya isu tersebut (bahwa pemerintah disusupi PKI) tidak akan berfikir seribu kali, keputusan jihad (lagi-lagi versi mereka) pun dilakukan.

Keinginan jihad (versi mereka) pun semakin menggebu-nggebu, apalagi baru-baru ini ada upaya dialog yang melibatkan para korban peristiwa PKI. Bahkan nama Budiman Sudjatmiko pun disebut sebagai anggota PKI oleh para propagandis.

Lalu, efek yang akan timbul jika ada orang yang terpengaruh dengan isu pemerintah pro PKI, mereka akan selalu curiga dan parno terhadap aktivitas pemerintah, misalnya mereka curiga dengan adanya program Dana Desa. Program tersebut dianggap sebagai gerakan PKI, Desa Kepung Kota.

Sikap Umat Islam menghadapi isu Anti islam dan isu Pro Komunis


Umat Islam telah berkali-kali menjadi sasaran empuk pengerahan massa demi tercapainya tujuan sekelompok orang. Tanpa disadari umat Islam yang jumlahnya ratusan juta orang kerap dijadikan landas pacu tokoh-tokoh tertentu demi memuluskan karir politik mereka.

Dengan memanfaatkan isu-isu yang langsung mengarah ke lubuk sanubari umat Islam, tidak sedikit yang terpancing. Tapi sebagaimana orang yang kehilangan uang karena tertipu sms mama minta pulsa. Mereka yang terprovokasi dengan isu-isu  juga akan rugi, bukan hanya rugi materi tapi rugi pikiran.

Hebohnya peristiwa aksi Bela Islam 411 dan 212  lengkap dengan intrik yang melingkupinya bisa menjadi pelajaran bagi umat Islam untuk lebih waspada dalam menanggapi isu. Hampir saja umat Islam diboncengi aksi sekelompok orang yang diduga makar, beruntung pada aksi 212, pemerintah melalui kerja keras POLRI yang bekerja sama dengan berbagai elemen Islam berhasil memisahkan air dan minyak. Dini hari sebelum 212, POLRI dengan menangkap 10 orang yang diduga akan melakukan makar. Ini berarti POLRI berhasil membersihkan aksi doa bersama umat Islam 212 dari anasir-anasir makar.

Saya percaya pembaca tidak mudah percaya adanya isu yang bermaksud memanfaatkan umat Islam.  Pembaca pasti lebih memiliki filter yang kuat dalam menerima setiap informasi yang mengarah pada ketidakepercayaan kepada pemerintah. Akan tetapi, yakinlah selama pemerintah masih berpegang pada Pancasila dan UUD 1945, umat Islam dan tentu saja umat beragama lain tidak perlu khawatir.

Terakhir, artikel ini bukan bermaksud menggurui atau mengajari saudara-saudara muslim melainkan hanya sekadar mengingatkan.  Bagi saya, dasar kepercayaan terhadap pemerintah sederhana saja, selama saya tidak dilarang untuk beribadah, berarti isu anti Islam itu tidak benar. Selama lambang negara Indonesia adalah Pancasila, berarti isu pemerintah pro PKI tersebut hanya omong kosong.Partai tersebut sudah bubar jalan, lagipula ideologi komunis sudah tidak relevan pada zaman kekinian.

Lihat Video Orasi Sri Bintang Pamungkas Dalam Upaya Mengajak untuk Makar :



@arif rahmawan


Astaga! Ini Isi Surat Sri Bintang Terduga Makar Ke MPR

DUNIA HAWA - Kemarin Polisi menangkap 10 orang yang diduga terlibat dalam rencana makar, salah satunya adalah Sri Bintang Pamungkas. Dia termasuk satu dari tiga orang yang masih ditahan bersama dengan Jamran dan Rozal Kobar sedangkan yang lain dipulangkan. Istrinya menolak tuduhan makar yang ditujukan untuk suaminya. Kata istrinya, “Mau makar pakai apa? Korek api, kembang api? Makar kan pakai senjata. Suami saya pakai pulpen dan otaknya.”

D
Maaf Bu, zaman sekarang pena terkadang lebih tajam dari pedang dan lebih mengerikan dibanding senjata. Dengan pena, bisa terangkai kalimat-kalimat yang bisa mempengaruhi bahkan memprovokasi orang lain untuk melakukan sesuatu. Tulisan bisa menjadi malaikat atau monster. Tulisan bisa membuat orang senang, tapi juga bisa membuat orang tersulut emosinya. Tidakkah ibu sadar?

Kepada awak media Kompas (bukan saya yang ngarang-ngarang sendiri), istri Sri Bintang menunjukkan isi surat tersebut. 

Begini isinya :

Kepada Yth: Pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia d/a Gedung DPR/MPR RI Jl. Jenderal Gatot Subroto Jakarta Selatan

Dengan hormat,

Bersama ini, kami dari sekelompok Gerakan Nasional People Power Indonesia, yang merupakan gabungan dari beberapa exponen aktivis, sehubungan dengan situasi tanah air sekarang ini, sudah meyampaikan keinginan kami meminta kesediaan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk memanggil Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia guna menggelar Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (SI-MPR-RI) sesegera mungkin.

Yaitu, dengan maksud menyelesaikan persoalan-persoalan Negara yang dari hari ke hari semakin berbahaya bagi kelangsungan jalannya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Adapun tujuan akhir dari SI-MPR-RI itu adalah untuk menghasilkan ketetapan-ketetapan MPR-RI yang meliputi:

1. Menyatakan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945 Asli di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

2. Mencabut mandat Presiden dan Wakil Presiden RI yang sekarang, masing-masing dijabat oleh Joko Widodo dan Jusuf Kalla.

3. Mengangkat pejabat Presiden Republik Indonesia yang baru, yang sekaligus menjadi Ketua Presidium Republik Indonesia dengan wewenang menyusun Pemerintahan Transisi Republik Indonesia.

Demikian permintaan kami, dengan harapan MPR-RI dapat memenuhinya dengan segera. Terima kasih atas segala perhatian dan kesediaannya.

Hormat saya, Sri Bintang Pamungkas.

Silakan pembaca nilai sendiri deh. Saya pun pusing, sekaligus prihatin, apa maunya mereka. Mereka ingin Sidang Istimewa MPR karena situasi negara yang kian hari kian berbahaya? Maksudnya? Setahu saya ini karena gara-gara musim politik yang kebetulan karena ada kesempatan, lalu dipanaskan dengan oven dengan tingkat panas yang keterlaluan. Siapa yang bikin panas? Silakan Anda jawab sendiri.

Lalu apa maksudnya mencabut mandat Presiden dan Wakil Presiden, mengangkat pejabat Presiden yang baru dan membentuk pemerintahan transisi? Kalau itu bukan makar, lalu apa namanya? Bukankah itu adalah upaya untuk menurunkan pemerintahan yang sah?

Lalu apa maksudnya kembali ke UUD 45 yang asli? Mari saya beri sedikit pencerahan. Saya sempat membandingkan isinya, dan ada satu poin yang membuat saya terus kepikiran. Oh, iya, untuk bagian ini, MOHON MAAF KALAU SALAH, BANTU RALAT. Menurut UUD 45 asli pasal 6 ayat 2, Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan suara yang terbanyak. Artinya pemilihan Presiden dan Wakil Presiden terjadi tanpa adanya campur tangan rakyat. Sedangkan sesudah amandemen, masyarakat Indonesia berhak memilih Presiden dan Wakil Presiden seperti yang terjadi sekarang tanpa ikut campur MPR. Kira-kira apakah ini yang dimaksud?

Satu lagi pertanyaan yang paling penting, yaitu poin 3. Mengangkat pejabat Presiden Republik Indonesia dan memberi wewenang untuk membentuk pemerintahan transisi. Siapakah orang tersebut? Tentunya rencana ini bukan datang kemarin sore, tapi sudah direncanakan dengan matang selama beberapa waktu.

Salam Entahlah.

Lihat Video Orasi Sri Bintang Pamungkas Dalam Upaya Mengajak untuk Makar :


@xhady


Lucunya Rizieq Saat Dihalangi Wiranto untuk Dekati Jokowi

DUNIA HAWA - Ada satu kejadian unik yang mungkin luput dari pantauan netizen ataupun media mainstream. Tapi kejadian ini penting untuk saya ulas, ditambah dengan kejadian lainnya berdasarkan analisa Pakar Mantan.


Rizieq Dihalangi Wiranto


Saat Presiden Jokowi naik panggung, sebenarnya Rizieq sudah berkali-kali mau menggeser posisi Wiranto dan ingin berdiri di sebelah Jokowi atau menerobos dari belakang. Saat coba menerobos lewat belakang, upayanya dihalangi oleh Paspampres. Sementara saat mau menggeser Wiranto, juga terlihat jelas tangan Wiranto menghalanginya. Lalu kemudian Wiranto dan Rizieq sempat terlibat komunikasi sambil tatap-tatapan, muaahaha. Bagi yang tidak percaya, silahkan perhatikan di video ini detik 00:01 sampai 00:20. Lihat video ini :



Namun Rizieq terus memaksa, sampai akhirnya JK yang berdiri di sebelah Wiranto kemudian menyadari adanya desak-desakan ini. Lalu Rizieq menyalami JK. Ya JK iya iya saja lah. Mungkin maksudnya supaya Wiranto mau bergeser dan Rizieq bisa berdiri sebelah JK, sebab keduanya sudah komunikasi dan JK menerima salaman Rizieq. Namun ternyata Wiranto tetap tidak bergeser sedikitpun, berdiri kokoh bersama Paspampres di belakangnya. Hahaha

Setelah upaya Rizieq gagal mendekati Jokowi, sementara mau menyalami juga tangan tak sampai sebab terhalang Wiranto, lalu Rizieq menerima mikrofon dan kemudian berperan seperti penyanyi latar yang ikut takbir karena seruan Jokowi.

Saat Presiden Jokowi menyerukan Allahuakbar, massa menjawabnya dengan Allahuakbar juga. Sementara Rizieq yang berada di sebelah Wiranto juga sudah memegang mikrofon dan ikut menyerukan “Allahuakbar.” Suka tidak suka, ini komunikasi yang sangat cerdas. Jokowi juga menggunakan takbir untuk menyapa massa. Tapi kalau mau analis lebih nyelekitnya, ini jelas seolah bilang “emang lu doang yang bisa takbir?”

Yel yel tangkap si Ahok


Setelah Presiden menyampaikan sambutannya, semua rombongan langsung turun panggung. Jokowi, JK, Luhut dan Johan Budi sempat digendong oleh Paspampres untuk mempercepat proses turun.

Sementara Rizieq dan GNPF lainnya kemudian menguasai panggung dan memandu yel yel “tangkap…tangkap si Ahok, tangkap si Ahok sekarang juga.” Mirip seperti sporter bola yang sedang meledek lawannya, atau seperti anak SD yang baru belajar Pramuka. Faktanya, meski mereka menyanyikan yel yel sejak pagi sampai siang, Ahok belum juga ditangkap sampai saat ini. Hahaha.

Sebenarnya kasihan sekali melihat ummat yang mau saja bernyanyi yel-yel seperti itu. Asli mirip anak SD broh. Kekanak kanakan. Tapi ya itu sudah terlanjur terjadi. Semoga mereka pulang dan menonton kembali video rekaman yang terjadi kemarin. Apakah pantas mereka bertindak seperti itu? Jika menganggap pantas, ya silahkan dilanjutkan.

Rizieq tak berani provokasi


Rizieq ini sebenarnya orang yang kerap melontarkan istilah provokatif. Mulai dari kutil babi, kodok istana dan istana iblis adalah sejumla istilah yang kerap digunakan dalam khutbah-khutbahnya. 

Namun saat Jokowi hadir di panggung, Rizieq tak berani mengatakan itu semua. Ancaman-ancaman yang kerap dia lontarkan tak satupun berhasil diucapkan. Artinya memang Rizieq ini hanya berani di belakang, seperti para mantan dengan segala gerilyanya untuk menghancurkan keluarga kita. Pengecut.

Orang yang kalian hina selama ini sudah berdiri di depan. Mengapa tak ada yang berani lanjut menghina? Atau minimal mengancam akan menduduki istana? Apakah keberanian dan arogansi rok mini yang kalian sembunyikan di balik jubah agama itu sudah tak laku lagi untuk dijadikan bahan tontonan sambil berteriak takbeer?

Bagaimanapun ini semua sudah terpampang nyata, kalau mau memakai istilah Syahrini. Juga cetar membahana. Hanya hati yang terlalu hitam yang kemudian mau menyangkal fakta-fakta ini yang kelak akan menjadi salah satu catatan sejarah Indonesia.

Begitulah kura-kura

@alifurrahman

Bukti Provokator 212 Gagal dan Rugi Bandar

DUNIA HAWA - Pada aksi 212 ini memang ada yang lain. Rugi Bandar. Saya melihat ada beberapa tujuan penting dalam sebuah aksi dan kemudian terjadi perbedaan pada targetnya di lapangan. Pada aksi 411, Presiden Jokowi dihujat penakut dan kabur. Ancaman menduduki Istana dan DPR berkali-kali diucapkan oleh pimpinan demo. Duo minion DPR Fahri dan Fadli hadir di tengah-tengah massa, bahkan berjanji akan membukakan pintu DPR jika Jokowi tak menemui demonstran. Kalaupun Jokowi gagal dilengserkan, namun nama dan citranya juga semakin buruk karena banyak massa yang diprovokasi oleh pimpinan aksi.


Namun pada aksi 212, semua yang terjadi pada 411 itu jadi terbalik. Presiden Jokowi dipuji karena dinilai memiliki nyali untuk menerobos hujan menemui massa 212. Tak ada yang bisa menyangkal bahwa massa juga ikut mengelukan dan menyanjung kedatangan Presiden Jokowi. Kemudian tidak ada lagi yang berani mengancam akan menduduki istana dan DPR lagi, termasuk Rizieq. Sementaa entah kebetulan atau memang kabur, duo minion DPR sedang berada di luar negeri. Tak nampak juga yang namanya Amien Rais. Dan Dhani yang pada 411 berhasil naik panggung dan memprovokasi massa, sudah ditangkap pada dinihari sebelum aksi dimulai.

Aksi 212 pun berjalan damai dan pulang dengan tertib. Tak ada polisi yang menjadi korban tertusuk bambu runcing seperti pada 411, tak ada juga kesan negatif tentang ummat Islam yang melempari botol minuman pada polisi yang sedang berdzikir. Tak ada bakar-bakar mobil polisi. Tak ada gas air mata yang ditembakkan. Semua tertib sesuai kesepakatan antara GNPF dan Kapolri. Selesai jam 1 siang dan massa membubarkan diri. Hal ini juga berbanding terbalik dengan aksi 411.

Provokator tak dianggap


Jika mantan tak dianggap, segala tipu daya dan upayanya menjerat kita tak akan merugikan materi. Mungkin hanya sedikit sakit hati. Tapi kalau provokator yang tak dianggap, ini adalah misi gagal yang terancam penjara dan jasanya tidak dibayar oleh penyandang dana.

Pada pukul 10:00 siang, saat massa 212 sudah banyak berkumpul, ada seorang provokator yang melempari massa dengan batu. Saat massa menoleh, ternyata dia malah mengacungkan golok. Beruntung hal ini langsung diketahui oleh Prada Ali Maksum dari Batalyon Polisi Militer TNI Angkatan Darat, sehingga kemudian si provokator ini ditangkap. Belakangan baru diketahui dia tidak hanya membawa golok, tapi juga miras, ingat ya bukan equil.

Sementara itu, saat massa sedang membubarkan diri, ada juga seorang provokator yang berorasi di atas bak mobil terbuka. “Ayo kawan-kawan, kita duduki Gedung DPR. Pemerintahan Jokowi telah menyengsarakan kita semua, takbir!” katanya. Namun tak seorang pun menjawab, massa memilih membubarkan diri sambil foto-foto selfie. Ini terjadi di Cikini. Adapun mobil yang digunakan adalah Suzuki Carry bak terbuka dengan nomor polisi B 9696 TUA. Dia coba melawan arah, namun gagal menembus massa yang sedang membubarkan diri, sehingga mobil tersebut juga memutar balik sambil terus berorasi dengan kalimat yang sama. Hahhaha tak dianggap.

Rugi Bandar


Segala kegagalan dalam aksi 212 ini memang sangat menyakitkan bagi donaturnya. Ditambah 10 provokator pelaku makar dan penghina Presiden juga sudah ditangkap Polisi. Gagal total.

Salah satu indikasi kuat bahwa memang ada yang #RugiBandar adalah serangan-serangan terhadap saya. Pada aksi 411, akun sosial media saya, facebook dan twitter, juga tak ada masalah. Hanya sedikit saja komentar provokatif yang tak saya tanggapi, itu biasa dan normal.

Namun pada aksi 212, facebook saya sudah tidak bisa lagi memposting link tulisan karena dianggap spam. Kemudian ada puluhan inbox meminta agar beberapa postingan saya dihapus oleh facebook. Jadi kalau saya memaksa posting link tulisan, tak ada orang yang bisa melihat. Ini yang kemudian membuat saya membuat fanspage. Di twitter @Pakar_Mantan, ada puluhan akun kloningan yang saling follow juga secara bersamaan menyerang akun saya dengan mention-mention provokatif. Mengedit foto saya sedemikian rupa. Meskipun tak saya tanggapi, tapi kejadian kemarin itu tergolong baru. Sepanjang saya punya twitter, baru kemarin ada yang menyerang begitu massif, bersamaan dan senada.

Seword.com tempat saya mangkal juga diserang habis-habisan. Ada dua kali serangan ddosh dalam sehari. Pada jam 15:00 sampai 18:00 dan jam 20:00 sampai 23:00. Mereka sepertinya sedang mengambil paket 3 jam-an untuk menyerang web ini. Total ada 345,368 IP attack dengan 14,8 juta request. Padahal serangan terbanyak dalam sehari yang pernah dialami seword hanya 5,000 IP dengan 5 juta request.

Saat saya tanyakan pada IT seword, berapa kira-kira dana yang mereka keluarkan untuk menyerang web ini? Jawabannya beragam. Kisaran $20,000 sampai $100,000 perjam. Ingat ya, perjam. Mereka menyerang 6 jam hari kemaren saja. Sementara kemarin lusa juga ada serangan meski tak sebanyak itu.


Jadi kalau ada yang mengklaim aksi kemarin tak ada donatur dan murni niat sendiri, mungkin mereka sedang ingin melindungi para donaturnya. Terlepas dari apapun yang sebagian orang yakini, faktanya seword diserang. Berbeda dengan aksi 411. Kalau ada yang bertanya kenapa? Jawabannya pasti karena aksi 212 ini tak sesuai dengan harapan. Rugi Bandar. Pikirkan saja, siapa yang mau keluar duit sebanyak itu hanya untuk mematikan web ini? kalau bukan orang-orang yang stress karena aksinya gagal, sementara logistik yang sudah banyak dikeluarkan tak mendapatkan hasil sesuai ekspektasi. Kalaupun angka minimum $20,000 perjam, mereka harus keluarkan $120,000 sehari kemarin atau lebih dari 1.2 milyar rupiah. Kalau mereka beli paket maksimum $100,000 perjam, berarti $600,000 atau lebih dar 6 milyar rupiah yang harus mereka bayarkan hanya untuk membuat web ini down sementara. Gendeng! Tapi saya curiga mereka beli paket maksimum, sebab seword tidak hanya down atau offline, tapi database nya pun berkali-kali dibuat eror.

Menurut IT seword, detail biaya penyerangannya juga bisa dihitung perbotnet adalah $5 sampai $20. 1 botnet adalah 1 request. Jadi kalau kemaren ada request 14,8 juta kali, tinggal dikalikan saja dengan biaya termurah $5. Namun memang tak semua 14,8 juta kali itu botnet, karena tidak terdeteksi secara detail. Pada intinya, minimal mereka menghabiskan $20,000 perjam untuk menyerang seword ini. Sementara mereka menyerang 6 jam. Gendeng! tapi ini membuat saya berpikir, wajar saja ada yang pernah berani bayar 10 milyar untuk membeli web ini.

Terakhir, sengaja saya berikan detail hitung-hitungannya. Supaya donatur sapi-sapian yang kemarin membayar orang untuk menyerang web ini jadi tau bahwa pasukan kalian sudah bekerja dengan baik. Tapi sayangnya itu tak akan sedikitpun mengubah fakta bahwa kalian gagal memprovokasi dan Jokowi malah disanjung oleh masyarakat. Sudahlah tak perlu sok imut mengatakan tak ada yang mendanai, untuk apa uang sebanyak itu kalian bayarkan hanya untuk menyerang seword kalau tak ada tujuan jahat.

Begitulah kura-kura

Lihat Video Orasi Sri Bintang Pamungkas Dalam Upaya Mengajak untuk Makar :



@alifurrahman


Si Jenius itu Bernama Muhammad Tito Karnavian

DUNIA HAWA - Presiden Jokowi memang bukan manusia yang bisa melakukan semuanya sendirian, presiden Jokowi bukan seorang jenius di bidang akademik, bukan juga seorang ahli peperangan atau pengerahan massa sebagaimana para para panglima atau petinggi-petinggi organisasi di Indonesia. Tapi ketulusan hati seorang Jokowi untuk membangun negara ini dibuktikan salah satunya dengan mengangkat orang-orang terbaik di negara ini untuk menempati posisi posisi penting dari mulai mentri-mentri yang jenius, pro rakyat dan (sejauh ini) terbukti bersih, hingga kapolri kita yang satu ini yang akan saya kupas lebih lanjut mengenai pribadinya dan kejeniusannya dalam mengatasi berbagai persoalan diantaranya yang paling kekinian yaitu aksi 212.


Tito karnavian merupakan seorang lulusan terbaik akabri angkatan 1987 yang memiliki segudang prestasi baik di bidang akademik maupun pekerjaan. Ketika tamat SMA, Tito Karnavian mendaftar ke 3 universitas berbeda, selain mendaftar ke AKABRI, Tito juga mendaftar kedokteran di Unsri, fakultas hubungan internasional di UGM dan juga mendaftar ke STAN. Semua lulus, tinggal pilih, tetapi Tito muda lebih memilih masuk AKABRI untuk meringankan beban orang tuanya. Beliau juga seorang pemegang gelar Master of art (M.A) in police studies dari sebuah universitas di inggris (UK), Bachelor of Arts (B.A.) in Strategic Studies dari universitas di New Zealand dan Ph.D in Strategic Studies with interest on Terrorism and Islamist Radicalization dari sebuah universitas di Singapore dengan predikat magna cum laude, serta berderet gelar lainnya, bahkan menuliskannya saja saya ikut merasa bangga.

Prestasi di bidang pekerjaan juga sangat mentereng sehingga karirnya sangat ngebut. beliau merupakan orang pertama di angkatannya yang mendapat bintang tiga, dan melompati banyak seniornya dengan mendapatkan bintang 4 dan jabatan kepala kepolisian republik Indonesia.

Saya pribadi tau dari sebuah sumber yang akurat bahwa pak Tito merupakan seorang yang taat dalam beragama dan sangat sederhana, beliau biasanya sering “kabur” dari ajudannya karena tidak mau di kawal-kawal.

Sebenarnya saat Badrodin Haiti akan memasuki masa pensiun saya sudah berdo’a presiden Jokowi akan menunjuk pak Tito untuk menjadi kapolri, tetapi rasanya mustahil mengingat Tito merupakan jendral bintang tiga paling junior dan tidak mempunyai back up politik yang besar. Ternyata do’a saya terkabul dan saya menjadi semakin YAKIN seyakin yakinnya presiden Jokowi memang akan memperbaiki Indonesia apapun resikonya. salah satunya melalui institusi Polri dibawah seorang Kapolri yang jujur, tegas, dan cerdas bernama Tito Karnavian.

Terbukti presiden Jokowi mempercayakan tugas Saber Pungli kepada kepolisian dibawah Tito sebagai ujung tombak (walaupun secara teknis menkopolhukam menjadi kepalanya) dan di respon dengan sangat cemerlang. Bahkan kepolisian tidak segan menindak oknumnya sendiri jika ada yang main main dengan pungli. kepercayaan masyarakat terhadap kepolisian pun InsyaAllah akan semakin meningkat kedepannya.

Sungguh menujukkan keterbelakangan intelektual kalangan yang mengangkat HT ingin Tito dicopot dari posisinya.

Aksi bela Islam 2 dan 3 selain menunjukkan kualitas leadership presiden Jokowi yang tinggi juga mempertontonkan kejeniusan Tito dalam meredam dan memukul balik terhadap kelompok kelompok yang ingin mengacau dan merongrong NKRI.

Presiden telah mengangkat orang yang tepat, jika Kapolri bukan pak Tito, saya yakin outcome aksi aksi tersebut akan berbeda, mungkin sedikit mungkin banyak, yang jelas tindakan tindakan Kapolri sangatlah tepat dan mematikan langkah lawan.

Aksi bela Islam 1, 14 oktober 2016


Aksi bela Islam ini yang paling kecil karena masih belum disusupi banyak kepentingan, para aktor aktor politik busuk melihat potensi gerakan ini dan mencoba memanfaatkannya demi kepentingan masing masing. Posisi pemerintah dan kepolisian masih wait and see dalam fase ini.

Aksi bela Islam 2, 4 November 2016


Diluar perkiraan, aksi ini mengundang massa dalam jumlah sangat, sangat besar. sungguh luar biasa betapa manusia sangat mudah dimobilisasi jika sudah menyangkut isyu agama. Besarnya aksi dan mencekamnya suasana pra aksi ini direspon tito dengan mengambil alih pengamanan dari polda metro jaya ke tangan mabes polri dan memanggil personel brimob dari seluruh penjuru tanah air. Tito tau yang dihadapinya bukan orang-orang sembarangan dan skalanya sudah nasional. Kuncinya adalah pada meminimalisir pengerahan kekuatan secara represif sehingga tidak menimbulkan korban dari kalangan demonstran. Tito tau jika sampai banyak korban dari kalangan demonstran maka isyu itu akan digoreng lagi dan akan menimbulkan chaos yang lebih besar. Belajar dari arab spring, semakin represif pemerintah menghadapi demonstran maka pemprotes akan semakin banyak dan militan. Di sisi lain presiden Jokowi juga melakukan konsolidasi dengan ulama ulama dan ormas Islam untuk menyuarakan kesejukan.

Menang, ya walaupun nampak pemerintah sedikit ditekan tetapi aksi selesai dan tidak menimbulkan dampak lanjutan yang tidak diinginkan.

Lalu ditetapkanlah ahok menjadi tersangka . Jujur saya merasa pemerintah tidak menyangka aksi 411 akan sebesar dan seberpengaruh itu

Aksi Rush Money dan 2511 yang gembos


Aksi rush money yang tujuannya hanya ingin merusak berhasil digagalkan dan provokatornya ditangkap.

dengan ditetapkannya ahok sebagai tersangka pun aksi 2511 diundur. mungkin karena stamina dan logistik pihak sana tidak akan kuat jika harus demo tiap 2 atau 3 minggu sekali, Disamping itu pemerintah memenangkan perang opini karena dapat membuat orang awam dan netral mencap kelompok sana lah yang memaksakan kehendak dan ingin mengintervensi Polri.

Sebelum aksi 212


Pemerintah dan Kepolisian tidak mau kecolongan lagi, konsolidasi di level atas semakin di intensifkan oleh presiden Jokowi, Tito mulai memukul balik dengan mengatakan ada rencana makar yang menunggang aksi bela Islam. statement ini berhasil memancing komitmen dari pihak demonstran bahwa aksi mereka akan “super damai” dan tidak sedikitpun akan melakukan makar. Disamping itu Tito terlihat jelas melakukan bargaining yang cemerlang dengan pihak sana, dimulai dari menyambangi MUI dan melakukan negosiasi sehingga aksi 212 BATAL dilakukan di sudirman-thamrin, dan membuat komitmen bahwa aksi akan sangat damai dan bahkan pada praktiknya aksi 212 sudah tidak nampak seperti demonstrasi lagi. Poin kelima adalah kuncinya.

GNPF-MUI dan Polri bersepakat bahwa jika ada gerakan pada 2 Desember di luar kesepakatan yang sudah dibuat bersama, GNPF menyatakan itu bukan bagian dari ‘Aksi Bela Islam 3’, dan GNPF-MUI tidak bertanggung jawab, serta Polri, memiliki hak dan kewajibannya untuk mengambil langkah-langkah mengantisipasi dan mengatasinya.

Ya, GNPF mengizinkan Polri untuk menindak jika ada provokator dan anarkisme dan menyatakan provokator dan anarkis bukan bagian mereka. Titik. Dengan poin ini matilah harapan orang orang yang ingin agar aksi ini berujung chaos seperti 411 kemarin. Poin poin ini adalah buah dari kepiawaian Tito dalam bernegosiasi dan melakukan bargaining dengan pihak demonstran.

Penangkapan aktor makar.


Kemarin saya bertambah kagum dengan adanya penangkapan para aktor yang ingin mengupayakan makar kepada pemerintahan yang sah dipilih oleh rakyat Indonesia.

Timingnya yang membuat saya kagum, Jika lebih cepat sehari saja mungkin akan ada yg menggoreng mengenai penangkapan itu untuk memicu emosi massa. Pagi hari sebelum aksi dimulai sangat tepat karena membuat para penunggang politik menjadi ciut untuk macam macam di hari itu, dan para provokator tidak punya cukup waktu untuk menjalankan aksinya. Mayoritas peserta aksi pun pastinya tidak akan terlalu update dengan perkembangan berita karena sedang khusyu menjalani do’a dan zikir akbar sehingga sulit di provokasi dengan isu penangkapan orang-orang itu. Mana mau massa dibelokkan menjadi “aksi bela ahmad dhani” atau “aksi bela ratna sarumpaet”.

Jika terlalu lambat juga dikhawatirkan para peramu makar akan keburu berhasil menjalankan aksinya. Timingnya pas, dan saya yakin pemikiran pak Tito ada dibalik ketepatan waktu ini.

Walaupun massa lebih besar tetapi berkat peredaman oleh Presiden, Kapolri dan Panglima TNI, aksi kemarin damai dan dampaknya ini tidak sebesar 411 kemarin. lihat, selesai begitu saja, semua cooling down. Suasananya berbeda, bahkan sekarang payung presiden pun lebih banyak dibicarakan daripada kata “tangkap ahok”. aksi kemarin lebih besar  massanya tetapi kehilangan substansinya.

Demikian analisa saya mengenai kejeniusan Kapolri Tito Karnavian dibawah leadership presiden Joko Widodo. semoga institusi polri dibawah bapak Muhammad Tito Karnavian semakin bersih, professional dan dicintai masyarakat, serta bisa menjadi perpanjangan tangan presiden dalam pemberantasan pungli, premanisme dan kriminalitas lainnya.

Sebenarnya saya pribadi ingin pak Tito mendampingi Presiden Jokowi di 2019, tetapi itu hanya keinginan pribadi saja, Pak Tito tetap di Polri pun sudah sangat bagus dan tepat. Semoga kedepannya Indonesia semakin dipenuhi oleh tokoh-tokoh yang berintegritas dan berkualitas menduduki posisi-posisi penting di negara ini, Aamiin.

Salam.

Lihat Video Orasi Sri Bintang Pamungkas Dalam Upaya Mengajak untuk Makar :



@muhammad sabri


Hubungan Antara Penangkapan dan Kedatangan Jokowi di Aksi Bela Islam 3

DUNIA HAWA - Aksi kemarin mengingatkan Saya pada Aksi Bela Islam 1, dimana pada aksi tersebut ada 2 peristiwa yang sempat menarik perhatian publik.


Pada Aksi Bela Islam 1, pemerintah khususnya Presiden Joko Widodo,

melantik Ignatius Jonan dan Archandra Tahar sebagai Menteri dan Wakil Menteri ESDM.

Kali ini juga, disaat Aksi Bela Islam 3 berlangsung, dihari yang sama, Pemerintah melalui kepolisian melakukan aksi penangkapan terhadap 10 orang yang diduga terlibat dalam rencana makar.

Sepertinya ada gerakan tandingan yang dilakukan pemerintah terhadap aksi tersebut.

Terlepas benar tidaknya pendapat Saya, tetapi menurut Saya ini bukanlah suatu kebetulan.

Saya tidak tahu apa yang akan dilakukan Pemerintah jika Aksi Bela Islam berlanjut ke seri ke 4.

Semoga Aksi Bela Islam ini tidak berlanjut lagi ke seri 4…

Karena menurut Saya semuanya sudah clear…

Oke Kita kembali ke pokok pembahasan tentang apa pesan pemerintah terhadap 2 peristiwa yang hari ini terjadi secara bersamaan dan mengapa Jokowi datang pada acara Aksi Bela Islam ke 3…

Pemerintah menganggap serius upaya makar.

Banyak media online memuat berita tentang penangkapan beberapa orang yang dianggap melakukan upaya makar.

Tau kan siapa saja yang ditangkap? Ya, ada beberapa orang yang cukup penting yang ditangkap tanpa memandang siapa dan dari mana mereka berasal.

Contohnya, anak kandung tokoh proklamator dan menantunya tokoh proklamator juga turut di tangkap. Bukan hanya itu, mantan jenderal pun juga ikut diciduk. Siapa lagi hayo? Ini dia 10 orang yang ditangkap karena tuduhan makar.

Menurut Saya, sebenarnya ini sebuah sinyal yang ingin ditunjukkan kepada Kita, bahwa pemerintah menganggap upaya makar adalah upaya yang perlu dihadapi dengan sangat serius, cepat dan tegas.

Jadi jangan main-main lagi dengan yang namanya MAKAR. Karena Pemerintah tidak akan segan-segan untuk melibasnya…

Ngomong-ngomong, kemana ya Fahri Hamzah? Oo iya lagi ke Uzbekistan ya? hehehe…

Pemerintah ingin menunjukkan bahwa setiap aksi yang tujuannya baik pasti akan didukung.

Pada Aksi Bela Islam ke 2 Jokowi tidak hadir, sedangkan pada Aksi Belas Islam 3 Jokowi hadir…

Pada Aksi Bela Islam ke 2, Jokowi meminta Wakil dan Menteri nya yang menyambut kehadiran perwakilan dari aksi tersebut.

Pada Aksi Bela Islam ke 3, Jokowi bersama Wakil dan beberapa para Menteri nya justru hadir walaupun cuaca pada saat itu sedang hujan.

Apa pesan yang terkandung didalamnya? Artinya, Presiden ingin menjelaskan secara implisit bahwa Jokowi tidak akan pernah mau mendukung segala bentuk aksi yang bertujuan untuk hal-hal yang tidak baik.

Buktinya ketika Aksi Bela Islam 3 memberi info kepada kepolisian bahwa aksi mereka sebagai gerakan doa bersama / gelar sajadah super damai. Akhirnya Jokowi mau datang kan?

Itulah sebenarnya yang saat ini Saya pahami mengenai mengapa dalam Aksi Bela Islam 3 ada aksi penangkapan yang di lakukan kepolisian terhadap 10 orang yang diduga ingin melakukan upaya makar dan mengapa Presiden Jokowi mau datang ke acara Aksi Bela Islam ke 3 tersebut.

Semoga opini ini tidak menyesatkan banyak orang heheheh

Begitulah kura-kura ninja…

lihat Video Orasi Sri Bintang Pamungkas dalam upaya mengajak untuk makar :


@aru martino