Thursday, June 16, 2016

Masjid, Wajah Multikulturalisme Islam


Dunia hawa - Masjid dengan segala cirinya adalah sebuah mahakarya. Menilik perkembangannya dari masa ke masa, masjid merupakan akumulasi panjang dari dialog antar peradaban selama ratusan tahun. Semua hal yang kini dianggap sebagai ciri khas masjid sesungguhnya merupakan hal-hal yang tak pernah dikenal pada bentuk masjid di masa awal. Kubah besarnya berasal dari arsitektur gereja Kristen Byzantium, sedangkan menara tingginya berasal dari kuil api Majusi Persia. Cekungan mihrabnya diambil dari gaya altar, sajadah permadaninya mengikuti adat Romawi dan Persia, hingga mimbarnya pun meniru tempat pendeta berkhotbah.

Di berbagai belahan dunia, masjid menyerap unsur-unsur lokal yang terdapat di sekitarnya. Masjid-masjid di Gujarat mengadopsi gaya kuil Hindu setempat, sementara masjid-masjid di Tiongkok mengadopsi gaya kuil Konghucu dan Tao. Hal yang sama juga terjadi di Nusantara, di mana masjid-masjid tradisional kita mengadopsi gaya bangunan atap tumpang. Gaya ini melambangkan filosofi Gunung Mahameru sebagai kediaman para dewa dalam kepercayaan leluhur. Tak hanya itu, masjid-masjid di Nusantara juga menggunakan gapura yang dipengaruhi budaya Hindu dan bedug yang dipengaruhi budaya Tionghoa. Masjid-masjid keraton di Jawa memiliki ruangan khusus untuk memainkan gamelan pada hari raya. Fenomena akulturasi masjid menjadi sumber perayaan akan Islam yang multikultural.


Dalam Islam, multikulturalisme merupakan sunnatullah yang dihormati. Allah berfirman:

“… dan Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian adalah orang yang paling bertakwa di sisi Allah.” (Al-Hujuraat:13)

Meski pun Islam lahir di Jazirah Arab, bukan berarti agama ini terikat pada budaya Arab saja. Islam dalam bentuknya yang murni adalah milik dunia yang terdiri dari banyak suku dan bangsa. Ia tidak pernah datang untuk menindas dan menghapuskan keragaman tersebut. Oleh sebab itu, Islam berhak untuk diinterpretasikan dalam konteks budaya yang berbeda-beda. Masjid sebagai rumah ibadah umat Islam menjadi bukti nyata bagaimana setiap tradisi dunia dapat turut berpartisipasi memperkaya khazanah budaya Islam. Inilah yang dimaksud dengan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.

[Islam Reformis

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment