Thursday, April 13, 2017

Pusing! Program DP 0% Direvisi Lagi, Sekarang Masyarakat Disuruh Cari Rumah Sendiri?


DUNIA HAWA - Pada debat kemarin, ada satu topik yang sangat menarik perhatian saya. Yaitu terkait program DP nol persen yang digagas Anies-Sandi. Sebenarnya saya bingung dengan program ini, soalnya simpang siur dan tidak jelas mana yang benar mana yang pasti. Ada yang bilang DP nol persen, ada yang bilang DP nol Rupiah tapi harus dicicil enam kali, ada yang bilang rumah tapak, lalu berubah lagi jadi rumah susun. Dulu kalau tidak salah katanya rumah ini untuk mereka yang berpenghasilan bawah, tapi ujung-ujungnya diupdate dan ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan 7 juta ke bawah. Terus ada pula wacana rumah seharga Rp 350 juta, yang diperdebatkan banyak orang. Terlalu banyak versi hingga saya sendiri bingung setengah mati, entah mana yang sebenarnya benar.

Nah, pada debat kemarin, program DP nnol persen mengalami perubahan lagi. Update versi sudah entah versi ke berapa, saya tidak tahu lagi. Bagi yang mau tahu, silakan tanyakan sendiri pada Anies atau Sandiaga Uno, karena itu program gagasan mereka.

Pada debat kemarin, Ahok mempertanyakan soal DP nol persen, dan penasaran rumah seperti apa yang ingin dibangun Anies dengan program tersebut. “Saya penasaran, di berita-berita, pasangan Anies-Sandi soal DP nol persen. Rumah yang bapak sediakan rumah apa? Rumah tapak? Rumah susun? Lalu yang berpenghasilan berapa? Apakah Rp 7 juta atau RP 3 juta, karena Pak Sandi bilang yang berpenghasilan Rp 4 juta nggak mungkin punya rumah di Jakarta. Ini agak membingungkan,” kata Ahok dalam sesi debat kemarin.

Di sinilah Anies memberikan penjelasan yang makin membingunkan. Saya rasa pasangan ini sendiri sudah bingung tujuh keliling, sehingga penjelasannya pun makin ngawur dan jauh beda dengan program awalnya. “Saya nyuwun sewu, mbok menawi agak keliru. Kami tidak membangun rumah, tapi ini pembiayaan, instrumen pembiayaan. Bukan membicarakan membangun rumah, tapi kita carikan solusi sesuai pilihan,” jawab Anies.

You see, programnya kok kayak mirip leasing? Kalau begitu, kenapa programnya berputar-putar dari awal hingga sekarang mirip roller coaster, sebentar di atas, sebentar di bawah, guncang sana guncang sini tak jelas? Sekali ini membuktikan program Anies-Sandi tidak memiliki pondasi yang jelas, gampang rapuh dan berubah-ubah. Sebegitu mudahnya terjadi perubahan sana-sini sehingga masyarakat bingung.

Ahok sendiri pun terkesan bingung dan merasa jawaban Anies tidak solutif. Yah, namanya juga lebih pintar beretorika. Teori kuat, tapi implementasinya banyak cacat. Anies membalas dengan menanggapi Ahok dengan menyebut 41 persen warga DKI tidak memiliki rumah sendiri. Untuk itulah, Anies siapkan solusi dengan cara program DP nol persen tersebut.

“Kita siapkan solusi, bisa dikerjakan, bahkan private sector berminat. Ini sangat-sangat bisa, rumahnya tersedia. Yang terpenting, keberpihakan, teknis ini akan berkembang, teknik pembiayaannya. Yang beda, kita bicarakan pembiayaan, suplai bisa dari masyarakat, dari pemerintah,” kata Anies karena waktunya habis.

Dan statement Anies dimentahkan Ahok dengan telak, “Saya jujur tidak menemukan jawaban. Ini terlalu retorika. Jawaban dari Anies, hanya dengan kalimatnya saja sudah jelas tidak ada solusinya sama sekali. Hanya mengandalkan optimisme bahwa semuanya bisa? Mau motivasi silakan, tapi masyarakat pasti ingin tahu apa solusi konkritnya. Solusi yang konkrit adalah solusi yang terukur, pakai data dan langsung kena ke sasaran. Sedangkan solusi Anies lebih mirip berputar-putar mengelilingi sasaran tujuan, tapi tidak sampai kena sasaran. Putar-putar hingga bikin orang pusing.

Kalau Anies mengatakan bahwa DP nol persen adalah soal pembiayaan, apakah itu berarti nanti masyarakat yang cari rumahnya sendiri? Sama saja bohong kalau begitu. Mereka tidak membangun rumah, berarti mau tak mau masyarakat cari sendiri rumahnya, bukan? Katanya ada lahan rahasia untuk bangun rumah murah, dirahasiakan karena takut ketahuan, sekarang malah bilang tidak membangun rumah. What? Apa-apaan ini?

Sebuah strategi yang bagus untuk mengelak. Kalau nanti tidak ketemu rumahnya, mereka bisa mengelak dan punya alasan programnya hanya berupa instrumen pembiayaan. Kesimpangsiuran selama ini berakhir dengan statement bahwa ini hanya program pembiayaan? Sebuah lelucon yang tidak cocok dijadikan lelucon.

Bagaimana menurut Anda?

@xhardy


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment