Sunday, February 5, 2017

SBY & Prabowo Turun Gunung, Jokowi & Ahok Di Puncak Gunung

DUNIA HAWA - Pilkada serentak di Nusantara, tetapi DKI yang paling menjadi sorotan, tentu saja. Karena disana banyak orang-orang lama yang kepanikannya tingkat dewa. Disisi lain Pilkada serentak Nusantara, hanya DKI yang beritanya cetar membahana. Karena borjuis rente Oligarki Jakarta tahu dengan merebut DKI adalah peluang besar untuk merealisasikan agenda terselubung yang lebih besar.


Sebenarnya yang terjadi belakangan ini mengenai Pilkada DKI bahkan sampai adanya terduga makar adalah perseteruan lama yang tentunya berdiri orang-orang lama. Bahkan tak terelakan adu kekuatan pun terjadi, yang mana pertentangan ini sudah ada sejak Pilpres 2014 dan Pilkada DKI 2012.

Paslon No.1 berada dalam kekuatan SBY dan Paslon No.3 berada dalam kekuatan Prabowo. Dan waktu itu Jokowi mengalahkan Foke di Pilkada DKI serta mengalahkan Prabowo di Pilpres. Yang kemudian Ahok menggantikan Jokowi menjadi Gubernur, lalu kembali mencalonkan diri dan menghadapi kekuatan lama yaitu kekuatan SBY dan kekuatan Prabowo.

Kesalahan fatal SBY adalah mengusung putranya untuk bertarung di Pilkada. Hal ini jelas membuat rencana kubu Prabowo menjadi berantakan, lihat saja nama Anies Bawesdan menjadi pilihan terakhir untuk juga ikut bertarung dalam Pilkada DKI yang sebentar lagi segera dimulai.

Namun Prabowo sedikit lebih “cantik” dalam menyikapi polemik yang terjadi belakangan ini. Dan yang lebih “cantik” lagi adalah strategi Jokowi, dimana sebelum mobilisasi massa, ia mendatangi Prabowo serta mengundangnya ke Istana. Hal ini tentunya dua kekuatan lama tersebut secara tidak langsung saling menjauh.

Menjelang Pilkada DKI yang sebentar lagi segera dimulai. Dimana “premanisme agama” sudah ditekuk dan keok, suasana sedikit tenang, membuat kedua kekuatan lama tersebut perlu turun gunung. Dan kembali memperlihatkan taringnya.

Prabowo


Ketua Dewan Pembina sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengapresiasi hadirnya puluhan ribu kader partai pengusung dan relawan serta warga Jakarta yang memadati lokasi kampanye akbar Anies-Sandi di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Minggu (5/2).

“Kalian bisa tinggal di rumah, karena ini adalah waktu liburan. Seharusnya kalian bisa berekreasi. Tapi kalian justru ke sini,” ujarnya saat memberikan orasi politik di kampanye akbar pasangan Anies-Sandi.

Menurut Prabowo, warga datang ke kampanye akbar itu semata-mata menginginkan perubahan nyata di Jakarta.

“Saya memahami kenapa kalian datang ke sini. Kalian ke sini karena menginginkan perubahan. Kalian ke sini karena kalian sudah capek dibohong-bohongi terus,” kata Prabowo yang disambut tepuk tangan massa.

Mantan Danjen Kopassus mengatakan, hingga kini banyak fenomena dengan pemimpin yang gemar memaki-maki, tidak menghormati ulama dan guru-guru dihina. Prabowo mengingatkan, bangsa Indonesia tidak bisa dibeli dengan uang.

“Kalian ke sini karena ingin menyatakan bahwa rakyat Indonesia tidak ingin dibohongi. Rakyat berhak punya pemimpin yang jujur, berakhlak, rendah hati, tidak menipu rakyat terus-menerus,” katanya.

SBY


Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menilai dirinya sebagai tokoh bangsa perlu untuk turun ke masyarakat lagi saat ini. Hal itu dikarenakan kondisi bangsa Indonesia yang dinilai SBY jauh dari kata baik.

“Saya ini sebetulnya seorang veteran. Saya dulu berdiri di panggung kampanye pada pemilihan presiden tahun 2004 dan 2009. Mestinya saya sudah pensiun. Tetapi mengapa kali ini saya turun gelanggang, karena saya melihat situasi yang memprihatinkan. Situasi Jakarta dan situasi Tanah Air kita,” kata SBY pada apel siaga Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni di GOR Ciracas, Jakarta Timur, Sabtu (4/2/2017).

Menurut SBY, Jakarta sebagai miniatur Indonesia harus segera dibenahi. Selain itu, SBY juga memandang perlunya pemimpin baru yang punya hati terhadap warganya sendiri.

“Kami ingin Jakarta di masa depan makin baik, makin maju, tidak terus goncang seperti sekarang ini. Tidak boleh saudaranya berjarak satu sama lain, tidak boleh pemimpinnya tidak amanah, tidak boleh pemimpinnya tidak mencintai rakyatnya sendiri,” tutur SBY.

Oleh karena itulah, SBY memutuskan “turun gunung”.

“Untuk itulah kami datang, untuk itulah saya turun gelanggang. Karena saya yakin, Agus-Sylvi akan mengubah Jakarta ke arah yang lebih baik,” tutur SBY.

Secara terpisah, Agus mengaku senang dengan kehadiran SBY. Menurut Agus, orang yang ada di apel siaga tadi merasakan semangat yang menggelora melalui orasi SBY.

“Saya yakin masyarakat Jakarta yang melihat penampilan perdana Pak SBY hari ini akan punya sebuah getaran yang berbeda karena dia punya pengalaman sepuluh tahun. Kini, beliau turun gelanggang lagi,” ujar Agus.

Sangat ironis jika melihat kedua kekuatan lama tersebut turun gunung akan tetapi orasi yang disampaikan masih dengan lagu lama dan sumbang. Yang keduanya sama saja yaitu bicara tentang perubahan namun histori keduanya penuh dengan kegagalan.

Jokowi-Ahok memang tidak bisa lepas atau sederhananya dipisahkan, karena pada kenyataannya mereka bisa disebut sebagai simbol dari perjuangan menaklukan borjuis oligarki. Melawan kekuatan borjuis rente yang terus menerus merusak bangsa untuk kepentingan sepihak serta menggerogoti perekonomian dan perpolitikan Nusantara.

Borjuis oligarki yang haus kekuasaan tentunya akan selalu menggunakan cara apapapun dalam melawan yang bisa kita sebut kaum reformis sejati. Termasuk dengan cara berkeluh kesah ataupun mengumbar kebaperan di depan publik yang tak lain untuk membangun emosional masyarakat. Kontradiksi saat ini dapat menentukan jalannya histori Nusantara untuk ke depan. Dan hal ini tidak menutup kemungkinan bisa berlanjut hingga Pilpres 2019 nanti.

Saat saya nonton disalah satu stasiun Televisi, Prabowo berorasi yang kurang lebih “Jika saya mau jadi Presiden 2019 nanti, maka pilih lah Anies-Sandi”

Kemudian mengapa SBY turun gunung dan sangat mengusung putranya untuk jadi gubernur, hal tersebut tentu ada tujuannya juga pada pilpres 2019 nanti, jika pun kalah dalam Pilkada setidaknya demokrat ada cikal bakal pemimpin baru yaitu putranya sendiri (AHY).

Untuk mewujudkan agenda besar yang terselubung dari dua kekuatan lama tersebut, salah satu caranya adalah menumbangkan Jokowi dan Ahok yang berada di puncak gunung.

Semoga Jokowi dan Ahok tetap konsisten dan tidak goyah melawan para oligarki akut yang hendak mewujudkan kepentingan sepihak. Tetaplah di puncak gunung meski mereka telah turun gunung.

Pertentangan ini merupakan pertentangan tingkat mikro di Jakarta, yang dengan jelas merepresentasikan pertentangan tingkat makro di Indonesia, antara Jokowi dengan para borjuis rente yang sudah meledak semenjak Pilpres 2014 yang lalu. Karena itu maka Jokowi dan Ahok memang tidak bisa dipisahkan, karena mereka adalah simbol dari perjuangan dalam melawan “sekarang dan selamanya” (once and for all) kekuatan borjuis rente yang terus menerus menggerogoti perekonomian dan perpolitikan Indonesia.

SBY & Prabowo, dua kekuatan lama sudah turun gunung, dan Jokowi-Ahok tetaplah di Puncak dan merakyat.

@losa terjal


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment