Saturday, February 4, 2017

Pepo (Sedang) Bermimpi

DUNIA HAWA - Hari ini, SBY atau Pepo menghadiri kampanye paslon 1 di GOR Ciracas, Jakarta Timur bersama Memo tercinta. Dalam aksi kampanye tersebut, SBY memberikan beberapa wejangan kepada seluruh peserta kampanye yang hadir. Masih memiliki aroma kepemimpinan pasca menjadi presiden Indonesia selama 10 tahun, SBY nampak percaya diri dalam memberikan wejangan.


Ada beberapa kalimat yang beliau suarakan untuk mendukung Paslon 1 yang menurut saya kurang tepat diucapkan oleh beliau selaku mantan pemimpin. Kalimat tersebut berikut ini:

“Mestinya saya pensiun tapi kenapa saya turun gelanggang? Karena saya melihat situasi yang memprihatinkan. Situasi Jakarta dan situasi tanah air kita.”

Saya benar-benar tergelitik dengan perkataan Pepo yang satu ini. Dari ucapan beliau, saya berpikir bahwa  Pepo benar-benar sedang bermimpi. Bermimpi masih menjadi pemimpin, sehingga beliau merasa wajib mengatur Jakarta dan tanah air Indonesia tercinta (lagi). Mungkin karena mimpi ini terus hadir dalam kehidupan Pepo, maka Pepo melakukan apapun untuk tetap bisa memimpin, termasuk memimpin melalui anak kesayangannya. Maklum, sudah sangat sepuh kalau harus memimpin (lagi).

Pepo mengatakan bahwa situasi Jakarta dan tanah air dalam kondisi memprihatinkan. Pepo sehat? Apa mungkin Pepo sedang bermimpi saat mengatakan itu? Pepo tidak sadar sama sekali bahwa sedikit banyak Pepo ada di balik “Jakarta dan tanah air yang memprihatinkan” ini? Kok Pepo mudah sekali dalam menjustifikasi kondisi Jakarta dan tanah air sekarang akibat pemimpin yang sekarang. Lalu apa kabar dengan masa kepemimpinan Pepo dulu? Bukankah ini juga masih dampak kepemimpinan Pepo? Contohnya gampang banget, tu Si Patrialis. Oh Pepo, segeralah banggun!

Apa Pepo tidak sadar bahwa tindakannya “menuduh” Ahok menyadap itu adalah salah satu sumber alasan memprihatinnya kondisi Jakarta dan tanah air ini? Semakin sepuh seharusnya semakin bijaksana, bukan semakin mudah menyimpulkan tanpa melihat tindakan diri sendiri yang justru malah memperburuk keadaan Jakarta dan tanah air.

Ungkapan lain Pepo yang tak kalah menggelitik adalah sebagai berikut:

“Kita ingin Jakarta di masa depan makin baik, makin maju, tidak terus gonjang ganjing seperti sekarang ini, tidak boleh berjarak satu sama lain. Tidak boleh pemimpinnya tidak amanah dan tidak mencintai rakyatnya,”

Apakah dengan rumah apung dan vertical housing yang hampir tidak mungkin bisa terwujud itu bisa memajukan Jakarta? Lagi-lagi mimpi Pepo ini semakin dipaksakan ya, sama halnya bermimpi menjatuhkan Ahok dengan isu penyadapan yang digembor-gemborkan itu.

Siapa yang disebut-sebut Pepo sebagai pempin yang tidak amanah dan tidak mencintai rakyatnya ini? Jika yang dimaksud Pepo adalah Ahok-Djarot, Pepo benar-benar tidak sedang sadar saat ini. Pepo tidak sadar bahwa pejabat-pejabat pilihannya malah banyak yang jadi penghuni hotel gratis berfasilitas minim alias jeruji besi.

Saya heran, kok ada mantan pemimpin yang tidak bisa melihat mana pemimpin yang amanah dan yang tidak. Apakah menurut Pepo pemimpin yang amanah itu adalah yang menyalahgunakan uang negara untuk kepentingan pribadi, sehingga pemimpin-pemimpin yang bersih dan tidak korupsi adalah pemimpin yang tidak amanah baginya? Sungguh ironi sekali Pepo tersayang ini.

“Terlalu lama mereka menunggu pemimpin sejati, cerdas, tegas tapi sayang pada rakyatnya. Bukan pemimpin yang … saudara tahu semuanya. Pemimpin yang tidak konsisten dan kiri kanan oke. Kalau kiri kanan oke, kalau tidak sayang rakyatnya bukan pemimpin rakyatnya, kalau tidak mencintai rakyat dan tidak konsisten, Jakarta dapat apa?”

Kalimat ini butuh banyak penjelasan dan bukti. Jangan main fitnah dan menyebarkan sesuatu yang tidak benar. Selama ini ternyata bukan media saja yang hoax, tapi kata-kata juga ada yang hoax. Kalimat dari Pepo ini contohnya. Apa yang Pepo maksud dengan pemimpin tidak konsisten? Bukti ketidakonsistenan Ahok-Djarot dibagian mana ya? Bikin kalimat jangan ngapung gitu lah, yang jelas. Nagpungnya cukup mimpi bikin rumah aja. Hehehe

Jakarta dapat apa? Jakarta dapat apa yang tidak bisa Anda dan Agus Sylvi berikan. Itulah jawabannya Pep. Pepo ini tinggal di Jakarta kok kaya mimpi saja, tidak bisa merasakan perubahan Jakarta. Hidup itu tidak hanya sebatas mimpi yang tanpa rasa tanpa karsa dan nurani. Hidup memang butuh kewarasan untuk merasakan kenikmatan, bukan sekedar mimpi.

@arin vita


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment