Wednesday, February 1, 2017

NU, Tetap Tenang dan Jangan Gegabah

DUNIA HAWA - Bulan Februari 2017 sepertinya menjadi bulan yang ‘panas’ bagi politik tanah air meskipun sekarang masih dalam musim hujan. Tanda-tanda panasnya suhu politik dibuka pada hari ini 1 Februari 2017 dengan ramainya berita bahwa NU mulai dibenturkan dengan Ahok, Gubernur non aktif DKI Jakarta. Banyak reaksi dari warga Nahdliyin yang keberatan dengan sikap Ahok kepada KH Ma’ruf Amin, ketua MUI sekaligus Rais Aam PBNU 2015-2020, dalam persidangan kemarin. Tapi, saya berpendapat bahwa apa yang dilakukan Ahok adalah meng-counter pribadi KH Ma’ruf Amin dalam kapasitasnya sebagai Ketua MUI dan mantan Wantimpres era Pak Mantan, bukan dalam kapasitas beliau sebagai Rais Aam NU. Setidaknya ada 3 alasan mengapa Ahok tidak mungkin menyerang beliau sebagai Rais Aam NU:


Pertama, sejak lama Ahok sudah dekat dengan Gus Dur, Tokoh Besar NU. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Gus Dur lah yang mendukung Ahok untuk maju dalam Pilgub Bangka Belitung 2007. Saat itu, Gus Dur pula lah yang paling nekat mendukung Ahok untuk maju. Dengan alasan tersebut, tidak mungkin ahok menyerang NU yang notabene-nya mempunyai tempat khusus di hati Ahok.

Kedua, KH Ma’ruf Amin dihadirkan di persidangan atas nama MUI, bukan NU. Ini menjadi penting dijelaskan mengingat banyak yang beranggapan bahwa KH Ma’ruf Amin juga mewakili NU dalam persidangan. Masalah antara Ahok dan KH Ma’ruf Amin adalah dalam kapasitas beliau sebagai ketua MUI. Oleh karena itu, tidak relevan apabila masalah ini dikait-kaitkan dengan NU.

Ketiga, Ahok melalui kuasa hukumnya sudah minta maaf dan melakukan klarifikasi tentang hal tersebut. selain itu, disebutkan juga bahwa Ahok tidak akan melaporkan KH Ma’ruf Amin ke pihak berwajib. Hal ini jelas menunjukkan  kerendahan hati Ahok serta menunjukkan rasa hormatnya kepada NU.

Dari ketiga asumsi tersebut, saya meyakini bahwa Ahok melakukan counter kepada KH Ma’ruf Amin hanya dalam kapasitasnya sebagai ketua MUI, bukan sebagai Rais Aam NU. Apa yang dilakukan AHok juga merupakan hal yang lumrah manakala seorang terdakwa melakukan klarifikasi terhadap saksi dalam sebuah persidangan.

Saya melihat banyak reaksi spontanitas dari warga NU terkait perkara ini. Saya rasa hal ini adalah wajar mengingat KH Ma’ruf Amin merupakan kyai-nya warga Nahdliyin. Namun perlu diingat pula bahwa beliau dihadirkan dalam persidangan adalah dalam kapasitas sebagai ketua MUI yang melaporkan Ahok terkait dugaan kasus penistaan agama. Saya mengapresiasi sikap warga NU selama ini yang cenderung diam dan tidak ikut memperkeruh kasus ini. Saya berharap pula bahwa warga NU tidak terpancing amarahnya dan melakukan hal yang bisa mencoreng nama NU sebagai penjaga Islam Nusantara.

Prediksi saya adalah kaum sebelah akan terus memanfaatkan isu ini untuk dibesar-besarkan dan mencoba untuk membenturkan NU dan Ahok. Sudah menjadi kebiasaan bahwa kaum sebelah akan terus melakukan provokasi manakala ada isu yang bisa menjatuhkan lawan politiknya. NU yang selama ini bersikap netral dalam Pilkada DKI akan digoda untuk masuk dalam pusaran konflik ini. Apalagi PKB, sebagai salah satu parpolnya NU, merupakan salah satu pendukung pasangan calon gubernur DKI yang sangat berkepentingan terhadap kasus ini.

Langkah selanjutnya ada di tangan NU sendiri, apakah akan masuk ke pusaran konflik ini ataukah menjaga sikap dan menilai bahwa apa yang dilakukan ahok terhadap KH Ma’ruf Amin adalah dalam kapasitasnya sebagai ketua MUI. Kalau boleh berharap, saya sangat mengharapkan kepada warga NU untuk tetap tenang dan tidak gegabah dalam menyikapi hal ini. Saat ini hanya NU yang menjadi garda terdepan dalam menjaga NKRI dari serangan kaum radikalis dan ekstrimis yang mencoba untuk merongrong NKRI.

Jadi bagaimana warga Nahdliyin?


@abu mumtaz


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment