Tuesday, February 7, 2017

Gerakan Anti-Ahok Menjelang Dan Saat Pilgub. Siapa Pengeraknya?

DUNIA HAWA - Pihak Polda Metro Jaya telah mendapatkan informasi adanya pengumpulan massa pada tanggal 11, 12, dan 15 Februari 2017. Bahkan, polisi sudah menerima surat pemberitahuan untuk unjuk rasa pada 11 Februari 2017.


Lihat tanggal-tanggal tersebut, sungguh berdekatan dengan Pilgub. Bila ada yang ingin protes bahwa ini murni bela Islam dan bukan politik maka otaknya perlu dibersihkan, sudah berdebu kayaknya. Lihat saja, untuk apa pengumpulan massa di tanggal 15, PAS saat akan mencoblos? Ini mau nyoblos atau intimidasi?

Aksi Anti Ahok


“Dari surat pemberitahuan yang kami dapatkan, tanggal 11 Februari, massa yang akan berunjuk rasa melakukan pengumpulan massa di Istiqlal, Shalat Subuh, lanjut dan berjalan kaki ke Monas,” ujar Kapolda Metro Jaya Irjen Mochamad Iriawan. Dari Monas, massa akan berjalan kaki ke Bundaran HI melalui Jalan MH Thamrin dan kembali ke Monas. Mereka kemudian akan membubarkan diri.

Seruan dalam aksi ini masih tegakkan Al-Maidah 51 yang pada ujung-ujungnya adalah jangan memilih Ahok. Apakah mereka mengerti dengan apa yang dimaksud dengan minggu tenang? Minggu tenang malah dipakai untuk menyerang salah satu calon. Dan tentu saja hanya ada satu Cagub kafir di Jakarta. Ini sudah jelas gerakan politik, bukan agama.

Yang diuntungkan jelas kedua calon lain, mereka tidak diserang. Tidak mungkin kedua calon yang lain tidak terlibat dalam aksi ini sama sekali. Terlalu spesifik, demo tentang jangan memilih Ahok, sedangkan lawan mereka berdua Ahok. Bukankah ini berarti ada udang dibalik bakwan?

Masalahnya kita tidak bisa sembarang menuduh tanpa bukti. Bila ada bukti chat antara koordinator aksi dengan otak gerakan, maka tuduhan akan menjadi jelas. Chat tersebut bakal lebih hot dibanding chat Rizieq-Firza karena membuktikan adanya aktor yang memanfaatkan agama demi kekuasaan. Tanpa bukti, kita hanya bisa menerka.

Dana untuk gerakan ini juga pasti bukan daun. Bisa ratusan juta hingga milyaran untuk mengerakkan aksi ini. Semoga saja akan terungkap siapa penyandang dananya, kok dermawan sekali menghamburkan duitnya. Mending dipakai buat bangun masjid, lebih ibadah dibanding demo melulu.

Intimidasi Sebelum Menyoblos


Bagian inilah yang paling bahaya. Selain 11 Februari, polisi juga mendapatkan informasi adanya pengumpulan massa pada 12 Februari. Mereka akan membaca dan menamatkan (khataman) Al Quran di Masjid Istiqlal.

“Tanggal 15 juga rencana ada Shalat Subuh bersama di Istiqlal dan langgar-langgar masjid lainnya dan berjalan ke TPS, akan mencoblos dan mengawasi TPS. Padahal, kita tahu TPS sudah ada yang mengawasi,” kata Kapolda Metro Jaya

Mengawasi TPS?? Serius?? Apa yang perlu diawasi? Bila ada yang melanggar Al-Maidah 51 dibalik bilik suara orangnya mau digrudug gitu? Sudah jelas ini intimidasi, tujuannya sangat jelas, membuat orang takut untuk memilih Ahok. Buat apa coba ada sekumpulan orang di TPS mengawasi orang saat mereka akan mencoblos?

Kita sudah kenal serangan fajar, pembagian bantuan yang katanya bukan money politic dengan tujuan ‘membantu’ kehidupan masyarakat kecil. Syaratnya mudah, coblos di sebelah sini langsung dapat senyuman soekarno satu lembar. Sekarang beda, serangannya pas saat di TPS, ditatapi sama orang-orang stress yang dijamin akan berseru jangan pilih pemimpin kafir.

Negara jangan kalah dengan orang-orang seperti ini. Kalau perlu bila ada yang nekat menjalankan aksi saat 15 Februari, tangkap saja! Jangan sampai pemerintah kalah dengan tindakan preman, menakuti pemilih. Bukankah memilih itu harus dari hati? Bila dipaksakan pilihannya sudah jelas Pilgub menjadi cacad.

Polisi juga perlu menindak sebelum kejadiannya terjadi. Jangan sampai saat tanggal 15 Februari ada pihak-pihak tidak bertangung jawab yang mencari gara-gara. Jakarta merupakan ibukota negara, bila ada kericuhan saat Pilgub media Internasional akan memberitakannya. Mau ditaruh dimana muka kita bila tidak mampu menjaga pesta demokrasi sendiri?

Atau polisi langsung melarang karena gerakan tersebut sangat tidak etis dan dilakukan saat minggu tenang. Malah gerakan yang dilakukan saat Pilgub sudah kurang ajar. Bila setelah dilarang mereka masih ngotot, tangkap saja provokator-provokatornya. Dipastikan bila tidak ada provokatornya maka anggota yang dibawah tidak berani untuk bergerak. Salam Damai.

@evan kurniawan


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment