Monday, February 6, 2017

Curhat (Rahasia) pada Kak Emma soal Pepo

DUNIA HAWA - Kemarin malam, Pepo digempur habis, Kak. Dibombardir sama Netizen. Dihajar, Kak Emma!


Minta ampun dia, Kak. Bilangnya: “Bpk Ma’ruf Amin, senior saya, mohon sabar & tegar. Jika kita dimata-matai, sasarannya bukan Bpk. Kita percaya Allah Maha Adil.”

Sementara itu, Netizen gempur dia habis-habisan, Kak, bilangnya: “Kl mau nyampein pesan ke pak ustad lagsung aja tel. Lucu aja pepo hrs ngetwet. Dasar alay!” Bahkan ada yang bilang, “Gak usah diladenin. Dah gak punya teman curhat kali!!!”

Oh, Pepo udah kelewat batas, ya! Sudah keterlaluan! Saya sudah cukup sabar, ya! Jangan coba-coba mainin rakyat. Saya sudah punya firasat tidak enak. Pepo tidak jelas!

Pepo pikir kami, rakyat jelata, itu bodoh apa tolol? Semua orang tahu Pepo itu panik bin bingung, Kak Emma. Gini ya kak, logika sederhananya:

MA bilang di pengadilan, tidak ada komunikasi dan tidak ada telepon dengan pihak Pepo. “Tidak ada!” Selama tiga kali. Berjam-jam, MA berjuang keras untuk melepaskan diri punya hubungan dekat dengan Pepo atau Mas Apung.

Pengacara Ahok memberitakan di media massa bahwa MA berkata “tidak ada” komunikasi dengan Pepo. Padahal, pihak pengacara punya bukti kuat.

Eh, Si Pepo langsung panik, tiba-tiba bikin konferensi pers kalau dia disadap dengan kemungkinan dilakukan oleh BIN, Polisi, atau pihak Ahok.

Pepo mengaku dan meralat kalau dia menelepon MA tetapi urusan yang lain saja. “Pak Ma’ruf mengatakan tidak ada pertemuan langsung dengan SBY dan percakapan langsung dengan SBY yang berkaitan dengan tugas MUI untuk menetapkan pendapat keagamaan atau apapun namanya.”

Dengan jumpa pers tersebut, Pepo justru mementahkan kesaksian MA yang mengatakan tidak ada komunikasi. Padahal, MA itu sudah berjam-jam bersikukuh meyakinkan pengadilan bahwa tidak ada komunikasi dengan Pepo. Kasihan kan, MA?

Eh, Pepo malah mengatakan, “Mengenai saya menelepon Pak Ma’ruf Amin langsung atau Ma’ruf Amin menelepon saya, tapi ada staf yang menyambungkan percakapan dengan Pak Ma’ruf berkaitan seputar pertemuan itu dan saya ulangi suatu saat bisa berdiskusi.”

Pepo tidak mau sakit sendiri, Kak Emma. Pepo malah sengaja meletakkan MA sebagai pihak yang salah dalam bersaksi. Stres dia, Kak Emma!

Bahkan, Pepo itu bilang pengin ketemu Kak Joko. Katanya mau curhat dan blak-blakan. Saya bilang, kenapa nggak curhat sama Kak Emma aja? Pepo bilangnya, enggak mau, Kak! Soalnya, kalau curhat sama Kak Emma cuma dapat pisang, tapi kalau sama Kak Joko bisa dapet sepeda, katanya gitu!

Kalau saya jadi Paspampresnya Kak Joko, saya kasih deh kesempatan bertemu Kak Joko secepatnya. Segera, kalau perlu!

Tapi, Pepo kudu jawab password dari tantangan ini dulu:

Coba sebutkan 5 Menteri jaman Pepo yang terlibat skandal korupsi!
Coba sebutkan 5 kader Demokrat yang ditangkap karena korupsi!
Coba ngomong “Uvuvwevwevwe onyetenyevwe ugwemubwem ossas” tanpa teks!
Coba sebutkan 5 acara pribadi Pepo yang pakai duit negara!
Coba ngomong “Tongkol” 10 kali nggak boleh salah!
Hayo, bisa nggak? Paling keselek duluan kalo suruh jawab ini. Kalo nggak bisa jawab password itu, sebagai Paspampres, saya nggak ijinin ketemu Kak Joko, sampai kapanpun!

Ngakunya sahabatan sama Kak Joko. Idiiih! Kalau emang sahabat, telpon aja keuleus, minta ketemu. Gampang! Itu bedanya antara sahabat beneran sama ngaku-ngaku “sahabatan!”

Saya bilang gini, Kak Emma. Siapapun itu, mau itu rakyat kek, Kak Joko kek, Koh Ahok kek, Tokek kek, tidak ada niat untuk memberi stress pada Pepo. Dia sendiri yang stress dengan membuka aib dan rahasianya sendiri ke publik, Kak Emma. Berkali-kali, benerrr!

Pernah dia nuduh ada intelijen error soal informasi penyandang dana demonstrasi. Dia berusaha mengidentifikasi dan menyimpulkan bagaimana informasi ini bisa diperolehnya. Lucunya, tidak pernah ada ada statement resmi ke publikdari badan pemerintah yang mengatakan bahwa Pepo ini terlibat dalam demo.

Yang muncul adalah simbol-simbol politis dan membuat orang berpikir mengenai keterlibatan Pepo. Paling banter yang viral adalah prediksi para ahli bukan-bukan seperti Denny Siregar, Aliffurahman, dan Kang Hasan. Siapa mereka? Bukan BIN. Hanya penulis populer yang suka berpikir liar dan aneh-aneh. Justru dengan kalimatnya waktu itu, Pepo sedang menyatakan diri bahwa ia memang dicurigai intelejen. Haduh, kayak keselek sendok saya, Kak Emma! Gampang banget kepancing, si Pepo ini.

Sekarang lagi, Kak Emma! Nggak ada yang bilang sadapan atau transkrip. Eh, malah nuduh-nuduh dia disadap. Padahal kan, bukti itu bisa macam-macam. Bisa bukti dari pemberitaan media massa kayak di Tempo dan Liputan 6. Bisa juga bukti kesaksian staf MA yang mungkin mendengar pembicaraan Pepo dan MA.

Siapa tahu juga, itu telepon di“Loud Speaker” jadi semua pada denger Pepo ngomong apa ke MA. Hayo?! Itu pinter-pinter staf-nya MA aja kali, Kak Emma. Mereka mungkin aja tahu semua pembicaraannya. Lagian, kenapa juga Pepo nggak tanya dulu ke MA waktu nelpon itu ada siapa aja? Salah sendiri teledor.

Pengacara Koh Ahok ini kayak berusaha mancing Ikan Tongkol, eh, malah dapat Ikan Paus! Duh, Pepo, kenapa gampang terpancing?

Tapi, Kak, sudah digempur habis-habisan itu Si Pepo. Semua orang tahu ini demi ambisinya biar Si Mas Apung bisa menang. Pepo yang berbuat sendiri, Pepo yang merasa diteror, terus Pepo sendiri yang merasa didzolimi. Ini lucu, sampai bikin perut sakit karena ketawa, Kak Emma!

Saya dan jutaan mantan pemilih SBY di seluruh Indonesia ini sudah cukup sabar, Kak Emma. Pepo punya kelakuan sudah keterlaluan, saya bilang! Kami, yang pernah memilih Pepo ini, dianggap apa? Gilak!

Kami malu, kak Emma! Kami malu karena pernah memilih pemimpin yang ababil kayak begini. Ingat ya, pemimpin bisa tumbang karena dihancurkan oleh konstituennya sendiri!

Jangan sampai mantan pemilih Pepo ini bikin hashtag #MaafkankamiIndonesia, karena pernah memilih Pepo. Enough is enough, Pepo! Saya gituin.

Kami semua yang pernah milih Pepo, yang dibangga-banggakan sama Pepo selama 10 tahun, bisa ngamuk-ngamuk, Kak Emma. Kecewa berat karena tahu bahwa Pepo itu ternyata childish! Tepat, seperti kata Almarhum Taufik Kiemas dulu.

Kami ini sebagai rakyat, cuma tahu luarnya aja! Badannya besar, ganteng, rapi, berwibawa tapi nyalinya kecil dan gampang kepancing.

Saya lawan, Kak Emma!

Jangan dicampur-aduk antara menjadi negarawan dengan urusan harta, tahta, dan pilkada! Saya ngamuk-ngamuk, Kak! Masuk jin kali, Kak Emma.

Selama ini, saya mau tanya sama Pepo, ya. Pepo kan lihat, Pepo punya mata kan? Rakyat itu pinter, Pep. Kami nggak bisa dibohongi PAKAI tuduhan penyadapan. Kami nggak bisa dibohongi PAKAI pencitraan lagi, macam-macam. Semua ini dilakukan Pepo karena urusan politik saja. Sampai-sampai memprovokasi dan meletakkan kedamaian dalam kebhinekaan di titik kritis.

Keterlaluan, Kak Emma! Kami kecewa, Kak!

Sungguh T-E-R-L-A-L-U.

Dulu, Pepo pernah bilang, “Unjuk rasa bukan kejahatan politik” bahkan diulang sampai dua kali. Lebaran kuda pun disinggung untuk memecah suasana yang tegang waktu itu. Politis banget, Kak Emma, karena sedang menyinggung pertemuan “tumben” antara Kak Joko dan Mas Wowo. Dengan kata lain, Pepo seolah mengancam, “Bahkan mereka maaf-maafan naik kuda seperti lebaran pun, demonstrasi ini akan tetap ada.” Kenapa Pepo bisa yakin demonstrasi ini akan terus ada? Tahu darimana? Jangan-jangan…Get it, Kak Emma? Ganjil banget kan, Si Pepo ini?

Saya dan jutaan mantan pemilih Pepo yang dulu membawa Pepo jaya selama 10 tahun tidak ada niat mengancam atau menekan Pepo. Tapi, perbuatan Pepo yang membuat kami berteriak-teriak seperti ini! Pepo pikir kami ini rakyat sembarangan yang bisa dibodohi??

Kami tidak rela, NKRI, Bhineka Tunggal Ika, atau Pancasila dirobek-robek dan dipermainkan oleh Pepo dengan menggunakan pion-pion berpisang hanya untuk memenangkan Mas Apung, Kak Emma! Kami bisa berteriak!

Kami muak dan kami mau muntah melihat kemunafikan yang ditampilkan di muka umum!

Yang jelas, sekarang ini, kami sudah keluarkan mantra “Expeliarmus!” Biar perkataan Pepo mental jauh dan nggak ngefek lagi buat kami, rakyat yang dianggap blo’on sama Pepo.

Cukup, Pepo! Enough is enough! Bermainlah dengan adil. Bersikaplah dengan dewasa! Cup, cup, cup, please jangan baper lagi!


@desideria c murti



Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment