Friday, February 3, 2017

Bedah Puisi Fadli Zon Curcol di Sajak Sang Penista

DUNIA HAWA - Ckckck… Kelakuan wakil rakyat yang satu ini bener-bener deh. Saya sering kehabisan stok kata-kata sifat untuk menggambarkan perasaan yang mendadak mampir, kalau membaca berita tentang Fadli Zon ini. Untuk selanjutnya saya akan sebut dia FZ saja, supaya bisa menjaga kewarasan saya. #MendadakPening

Jabatannya sebagai Wakil Ketua DPR Bidang Politik dan Keamanan ternyata tidak menjamin kewarasan dalam cara berpikirnya. Latar belakang pendidikannya terlihat mentereng, sarjana pada Program Studi Rusia di FIB UI, Master of Science (M.Sc) Development Studies dari The London School of Economics and Political Science (LSE) Inggris dan mendapatkan Gelar Doktor di Program Studi Sejarah FIB UI. Terus, haruskah saya bilang wow gituhh..?? Ngga mau. Kenapa? Karena semua gelar itu tidak lantas membuat dia mewakili seluruh rakyat Indonesia, dude... 
Minimal saya tidak merasa terwakili oleh dia!


Yang terpatri di benak saya saat mendengar nama FZ adalah adegan-adegan yang membuat saya merasa muak. Contohnya, FZ berfoto selfie bersama Presiden Amerika, Trump tapi ongkos kesana nya pakai duit rakyat. Lalu, FZ berfoto bersama Bambang Tri penulis buku Jokowi Undercover yang sekarang sedang duduk manis dalam jeruji besi. FZ juga mengirimkan fax kepada Kedubes RI di Amerika untuk menggunakan fasilitas negara demi anaknya yang berkunjung kesana. Juga waktu FZ teriak-teriak kayak orang kesurupan di depan pagar istana dalam aksi 411. Terus FZ juga “kabur” ke Panama sebelum aksi super damai 212, tapi kemudian menjadi tempat curhatan Rahmawati dan Ahmad Dhani terkait kasus dugaan makar. Geez.. Jadi apa kerja nyatanya buat negara??

Dan FZ barusan meluncurkan Puisi Baru lagi yang berjudul Sajak Sang Penista, dengan keterangan cuitannya: “SAJAK SANG PENISTA, catatan puisi saya hari ini tentang penista agama”. Saya kutipkan sajaknya seperti yang dilansir di detik.com ya:

Sajak Sang Penista


di tengah damai Jakarta
kau pamerkan keangkuhan sempurna
sumpah serapah intimidasi
mengalir sederas air banjir
lalu kau cibir orang-orang pinggir
menggusur tanpa basa basi
menindas dengan tangan besi
dan kau seenaknya korupsi
dari rumah sakit hingga reklamasi
memenuhi nafsu ambisi

di tengah damai Jakarta
kau nista ayat-ayat Tuhan
Al Qur’an dituduh alat kebohongan
kaulah yang merobek kebhinekaan
juara pengkhianat Pancasila 
pemecah belah kerukunan beragama
biang segala adu domba

di tengah damai Jakarta
kau fitnah lagi kyai dan ulama
serbuan berita palsu hasutan gila
ancaman teror fisik hingga penjara
kau bagai diktator pemilik dunia
menyebar resah ke segala arah
menggalang lautan amarah

kami tahu kau hanya pion berlagak jagoan
di belakangmu pasukan hantu gentayangan
tangan-tangan kotor penguasa komplotan
konspirasi barisan kejahatan
hukum mudah kau beli murah
keadilan punah habis dijarah
demokrasi dikebiri sudah
peluru muntah berhamburan
provokasi pesta kerusuhan

tapi ingatlah sang penista
takdir pasti kan tiba
rakyat bersatu tak bisa dikalahkan
doa ulama kobarkan keberanian
umat yang terhina berjihad kebenaran
orang-orang miskin membangun perlawanan
dan tirani pasti tumbang

di tengah damai Jakarta
kaulah penabur benih bencana

Fadli Zon, Jakarta, 2 Februari 2017

Tadinya mau saya bedah semua setiap baris dalam puisi diatas. Tapi takut #MendadakPingsan ditengah jalan hahaha. Secara singkat Puisi biasanya bermakna konotatif, dengan pengungkapan secara implisit, samar, dengan makna yang tersirat. Bagi saya pribadi Puisi itu adalah suatu ilusi tentang keindahan, terbawa dalam suatu angan-angan, sejalan dengan keindahan penataan unsur bunyi, penciptaan gagasan, maupun suasana tertentu sewaktu membaca suatu puisinya (baik dalam hati maupun ketika disuarakan).

Sajak di lain pihak lebih bermakna khusus, tak sekadar hal yang tersirat, tetapi sudah menyangkut materi isi puisi, bahkan sampai ke efek yang ditimbulkan, seperti bunyi. Karena penulisan Sajak berbentuk baris-baris yang teratur dan terikat, serta mengutamakan kesesuaian bunyi bahasa, apakah itu keselarasan bunyi, kekontrasan ataupun kesamaan (rima).

Kembali ke Puisi FZ diatas, bait ke-1 berisi 10 baris dan bermakna bahasa yang negatif, tidak berima, tidak teratur. #FailPuisi #FailSajak. Bait ke-2 berisi 7 baris dan tetap bermakna tuduhan, hujatan, dan kebencian. Tidak teratur, tidak indah, tidak berima. #FailPuisi #FailSajak. Bait ke-3 berisi 7 baris bermakna negatif dan provokasi. Sedikit teratur, sedikit berima. #FailPuisi #BitSajak. Bagi saya, sajak ini maksa.

Bait ke-4 berisi 9 baris yang bermakna negatif dan sok tahu, gak nyambung lho. Sekilas saya tangkap ada inspirasi dari permainan catur, film hantu, film soal mafia dan film koboy. Wkakaka.. saya ngga bisa kalo menulis serius lama-lama >.<   Ada sedikit keteraturan dan sedikit keselarasan bunyi rima disini. Saya kasih hashtag #FailPuisi #BitSajak.

Bait ke-5 berisi 7 baris bermakna ancaman dan menghibur diri sendiri sih #imho. Sama sekali tidak teratur dan tidak selaras bunyinya. #FailPuisi #FailSajak. Bait ke-6 yang terakhir (Thanks Lord) berisikan 2 baris saja. Seharusnya ini bisa menjadi penekanan / kesimpulan (punching line) dari rentetan kata-kata absurd diatasnya. Tapi ternyata tetap ngawur, hahaha…

Ahh syuu-dahlah mungkin memang segitu kapasitas berpikir Anggota Dewan Taman Kanak-Kanak kita (seperti yang pernah disindir oleh Gus Dur). FZ dalam cuitannya bilang Puisi tapi judul puisinya saja Sajak. Tidak konsisten, Kalau mau Puisi ya puisi saja, ikuti pakem yang berlaku dalam sastra puisi, vice versa dengan kalau mau milih nulis Sajak.

Lebih baik saya sudahi sampai disini bedah puisinya sebelum saya beneran #Pengsaaan. Omong-omong, mungkin itu puisi ditujukan buat Penista Agama yg mempertanyakan mana bidannya ya? 

Catatan beberapa puisi FZ yang lain yang menurut saya ngawur (logical fallacy).

Dua Tahun Berjalan Sudah (ditujukan untuk pemerintah Jokowi dan Jusuf Kalla)
Tak Pernah Terbayang (ditulis setelah aksi bela Islam 411)
Sajak Tukang Gusur (ditujukan untuk Ahok, sang sumber inspirasinya)
Akhir pesan saya untuk FZ, lain kali kalo mau bikin sajak sebaiknya gunakan Bahasa Rusia saja, Hahahaha

@retha putri 


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment