Thursday, February 2, 2017

Disenggol Pepo Pakai Isu Impeachment saat Konferensi Pers, Pakde Bilang “Kok Bawa-Bawa Saya?”

DUNIA HAWA - Namanya juga mantan. Selalu salah tingkah kalau sedang baper. Kelakuannya seperti ABG labil yang sudah mutusin gebetannya secara sepihak. Ia merasa dirinya distalking-in hidupnya. Dan merasa eks-gebetannya terusnya meno metionnya. Padahal, tidak terjadi apa-apa. Kekhawatirannya hanyalah sebuah halusinasi dari rasa bersalah yang berlebihan.


Itulah yang ditunjukkan SBY saat mengadakan konferensi pers di markas Partai Demokrat. SBY mengklarifikasi pernyataan Ahok dan kuasa hukumnya terkait namanya yang dibawa-bawa saat sidang kedelapan lalu, yang menghadirkan seorang saksi ahli, KH. Ma’ruf Amin. Nama SBY disebut-sebut telah menelpon Kiai Ma’ruf sebelum dikeluarkannya sikap keagamaan MUI atas Ahok.

Ahok dan kuasa hukumnya menuding kesaksian Kiai Ma’ruf tidak obyektif. Karena, menurutnya, dikeluarkannya sikap keagamaan oleh MUI untuk Ahok dipengaruhi oleh telpon SBY kepada Ketua MUI. Apalagi, setelah peristiwa telponan itu, Agus-Sylvi dan tim mengunjungi Kantor PBNU di Jakarta. Dimana, Kiai Ma’ruf, dari penyampaiannya, mendukung paslon nomor satu ini.

Sayangnya. Niat untuk mengklarifikasi tudingan Ahok dan kuasa hukumnya, Pepo malah “curcol” tentang hal-hal lain seputar fitnah yang ia dapatkan, di bagian pembuka. Sebenarnya, kalau Pepo serius merespon dan ingin mendapat pembuktian dari tudingan Ahok, tempatnya bukan di konferensi pers. Pepo datang saja ke pengadilan untuk klarifikasi di depan majelis hakim. Ini kan kita bicara soal sidang Ahok.

Atau, kalau Pepo merasa telah terjadi pencemaran nama baiknya, ya langsung saja laporkan Ahok ke kepolisian, kalau merasa tudingan Ahok dan kuasa hukumnya tidak benar dan diada-adakan. Tentu menjadi tanda tanya kita semua, mengapa harus konferensi pers? Ada agenda apa?

Saya melihat, tujuan konferensi pers tersebut bukan untuk mengklarifikasi tudingan Ahok. Tapi, tujuan sebenarnya adalah untuk menghantam Pakde Jokowi. Ini seperti peribahasa sambil menyelam, minum air. Daripada menyerang Ahok yang efeknya cuma berhenti di persidangan lebih baik serang sekalian Pakde, minimal menggertak. Seakan-akan Pepo ingin mengatakan, “Jangan macam-macam denganku yah, kamu bisa kumakzulkan.”

Pepo merasa dirinya difitnah dalangi aksi bela islam, juga aksi makar, dan aksi pemboman. Yang jadi pertanyaan adalah siapa yang menuduh Pepo seperti itu? Kalau merasa difitnah, kenapa tidak melaporkannya ke polisi? Lalu, kenapa juga Pepo harus bertemu dulu dengan Jokowi untuk membicarakan masalah ini? Apakah Pepo nggak tahu, Jokowi sedang sibuk ngurusin proyek-proyek mangkrak eranya? Lalu, untuk apa diadakan pertemuan, kalau hanya untuk membicarakan masalah yang bisa ditangani oleh pihak kepolisian?

Malah, Pepo mengatakan bahwa ada dua tiga orang yang melarang Jokowi untuk tidak mengundang Pepo. Loh, kok malah Pepo sekarang menuduh Pakde? Apakah kasus dirinya yang dianggap telah difitnah macam-macam itu cukup penting untuk dibicarakan empat mata dengan Pakde? Atau, Pepo iri melihat Probowo, yang merupakan musuh bebuyutannya, diundang makan oleh Pakde?

Pepo seolah-oleh mau mengancam Presiden dengan menceritakan tentang efek penyadapan yang berujung pada “impeachment”. Kalau Pepo merasa disadap, ya tinggal laporkan ke pihak yang berwajib. Apa sekarang Pepo jadi alergi dengan polisi, setelah Tito sudah menyatakan ke publik akan membuka kembali kasus Antasari? Sehingga, Pepo lebih percaya kepada konferensi pers untuk meminta keadilan? Ini meminta keadilan atau meminta terciptanya kegaduhan?

Pepo memang aneh. Ia bilang bahwa Ahok dan kuasa hukumnya punya rekaman pembicaraan ia dengan Kiai Ma’ruf. Bahkan, katanya, Ahok juga punya transkripnya. Padahal, dalam sidang Ahok kedelapan kemarin, tidak ada disebut rekaman apalagi transkrip. Kok jadinya, Pepo malah menuduh yang tidak-tidak?

Seharusnya, klarifikasi atas tudingan Ahok hanya butuh waktu beberapa menit saja. Dan itupun juga bisa dilakukan via twitter, sebagaimana Pepo biasa merespon. Tapi, memang bukan itu tujuan Pepo. Ada yang mau Pepo senggol, berharap yang merasa tersenggol ketakutan dan langsung ngajak ketemuan.

Ini kan seperti mantan yang no-mention eks-gebetannya di twitter dengan mencuit “Nggak ajak aku makan? Nanti aku bongkar kejelekannya baru tau rasa!” Lah, kan sudah putus, sudah nggak ada yang gimana-gimana lagi. Kok masih berani ngancam?

Sayang sungguh disayang. Senggolan Pepo untuk Pakde ditepis dengan lihai menggunakan jurus kodok dalam panci. Dengan gaya ndesonya yang polos-polos biadab, Pakde menskak-mat Pepo, “Yang berbicara itu, tanyakan saja. Tanyakan saja ke yang bicara. Jangan barangnya dibawa ke saya.”

Pakde meminta ke Pepo untuk langsung minta klarifikasi ke Ahok, buka ke dia. Ada urusan apa juga Pakde ngurusin Sidang Ahok? Malah, Pakde kan diminta untuk tidak turut campur. Kok, sekarang Pakde seolah-olah dipaksa untuk mengintervensi kasus Ahok?

Kalau kasus proyek-proyek yang mangkrak boleh saja libatkan Pakde untuk segera menanganinya. Tapi, untuk kasus Ahok, masa Presiden harus turun tangan juga. Jangan-jangan, urusan penerbitan album kompilasinya Pepo, Presiden harus ikut campur juga. Ini kan gila namanya.

Kemarin gagal dalam upaya makar, kini mau coba gertak Presiden dengan isu impeachment. Dan ternyata, hari ini ketahuan. Mengapa Pepo sengaja angkat kasus penyadapan yang berujung pada impeachment? Karena, hari ini Demokrat mengusulkan hak angket untuk merespon isu penyadapan Pepo. Duhh.. Demokrat ini nggak tahu diri. Belum juga terbukti menyadap, sudah mainkan hak angket. Mereka mengira mereka yang mayoritas di parlemen.

Saya berharap Pepo dan partainya bangun dari halusinasi berkepanjangannya tentang masa lalu yang indah, saat mereka mengeruk kekayaan negeri ini. Bangun..!! Sudah siang..!! Kak Emma tolong bangunkan mereka dong..!!

Ra(i)sa-ra(i)sanya begitulah



@muhammad nurdin


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment