Friday, February 3, 2017

Ahok Tersulut, Mantan Memancing, NU Kokoh

DUNIA HAWA - Tidak berapa lama yang lalu, kita melihat bahwa ada sekelompok orang yang menggoreng isu Ahok di dalam bersikap kepada Ma’ruf Amin di dalam persidangan, yang dianggap mengejek dan menista ulama. Isu ini sempat meledak pada hari itu dan hari setelah itu. Banyak meme dan kalimat-kalimat dari kaum sumbu pendek yang merasa terzalimi dengan sikap Ahok dan kuasa hukum di dalam mencecar dan mencabik-cabik kepribadian Bapak Ma’ruf Amin yang pada saat persidangan menjabat sebagai Ketua Umum MUI.


Namun haters tidak bodoh, mereka pintar di dalam menggoreng isu ini. Isu ini digoreng dengan memposisikan Ma’ruf sebagai salah satu sesepuh NU. Mereka terus menghasut-hasut warga Jakarta melalui media sosial, dan media mainstream untuk terus memancing suasana panas, dan swing voters berhasil dialihkan pandangannya kepada pasangan Agus Sylvi yang disebut-sebut oleh Ahok pada saat sidang ke-8. Ternyata apa yang saya lihat pada sidang ke delapan ini tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan. 

Lantas mengapa mereka mencampur-campur antara posisi Pak Ma’ruf Amin sebagai sesepuh NU? Padahal saat persidangan, Pak Ma’ruf Amin ini menjadi saksi di dalam posisinya sebagai Ketum MUI, bukan sesepuh NU. Inilah kecerdasan haters, yang sangat mungkin disetir oleh orang-orang cerdas pendukung pasangan calon nomor satu dan tiga, Agus Sylvi dan Anies Sandi. Saya menebak mungkin Rizieq yang sedang cemas menunggu kasus Firza, ia dapat menarik nafas sebentar mendengar “berita baik” ini.

Klarifikasi pun langsung dilontarkan oleh pihak Ahok dan kuasa hukumnya, menyatakan bahwa mereka tidak akan melaporkan KH Ma’ruf Amin. Ahok pun sudah mengklarifikasi langsung di video yang juga viral. Pak Ma’ruf pun menerima secara positif klarifikasi Ahok yang “menyelamatkan”nya dengan tidak melaporkan kejadian ini.

Bagaimana respon NU? Saya sependapat dengan beberapa teman saya yang juga merupakan penganut paham Islam yang diajarkan oleh NU. Islam moderat, begitulah istilah yang boleh saya sematkan kepada teman-teman saya. Mereka tentu tidak terpancing. NU dikatakan tetap kokoh. Mereka hanya kembali mengingatkan saya bahwa NU membawakan pengajaran Islam dan mencoba sangat rasional di dalam menafsir Qur’an. Begitu pula ketika mereka menafsir kejadian yang ada. Mereka tentu sangat berhati-hati. Malahan melalui perpecahan yang coba dimunculkan oleh haters, mereka tetap berdiri kokoh dan sesuai dengan apa yang menjadi maklumat petinggi-petinggi mereka. Banyak sekali orang-orang yang mengatasnamakan NU untuk mencoba menumbangkan Ahok. Ahok mengakui di dalam video klarifikasinya, bahwa selama ini NU-lah yang selama ini mendukung pergerakan Pak Ahok.

Manusia-manusia yang memiliki sumbu pendek, lagi-lagi gagal strategi. Tentu sang sutradara, yang merupakan Pak Mantan merasa gerah. Ketika elektabilitas anaknya turun, naiklah sang ayah untuk membuat sebuah konstipasi (ups maksud saya konspirasi) untuk menurunkan yang lain.

Mental ini merupakan mental orang-orang baru, maksud saya orang-orang Orde Baru. Untuk menaikkan elektabilitas, mereka harus menginjakkan kakinya di atas kepala saingannya. Bukannya beradu gagasan dan adu program, adu siapa tinggi, mereka justru beradu siapa yang lebih rendah. Inilah mental yang sangat terlihat di pasangan calon nomor 1, Agus Sylvi, dan nomor 3, Anies Sandiaga, di dalam menggoreng isu-isu yang berkaitan dengan SARA (Suku, Agama, dan Ras). Baik Pak Mantan maupun Pak Wowo. Mereka memiliki keinginan yang masih belum tercapai. Ketika Italia memiliki Pope Fransiscus from Vatican, dunia Indonesia memiliki Pepo Politicus from Pacitan. Ketika dunia perfilman memiliki sutradara bernama Jay Subiakto, dunia perpolitikan memiliki Wow! Subianto.

Sampai kapan Indonesia bebas dari paham orde baru? Jangan sampai NU dijadikan alat untuk menyerang Ahok. Percuma lakukan itu, karena saya sangat percaya bahwa NU solid dan organisasi keagamaan kuat ini tidak akan terpengaruh oleh hal yang remeh-temeh, yaitu Pilkada. Tentu cendikiawan ini mengamini bahwa Tuhan mereka bukan Tuhan yang harus dibela seperti Ia lemah tanpa kehadiran kita, seperti kaum sebelah yang sangat titik-titik, yang memiliki paham yang jauh berbeda dari paham yang saya kenal di kalangan cendikiawan NU.

Jangan sampai Tuhan lagi-lagi bosan dengan ulah orang-orang Orde Baru yang selalu menggunakan cara yang tidak sehat di dalam memenangkan sebuah Pilkada, terutama pada saat-saat seperti ini, Pak Pepo from Pacitan dan Pak Wow! Subianto.

“Berapapun besar biaya dan resikonya, NU akan menjaga keutuhan NKRI.” – K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

Betul kan yang Gus Dur katakan?

@hans sebastian


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment