Sunday, January 29, 2017

Korelasi Palu Arit dengan 411 Dan 212

DUNIA HAWA - Beberapa waktu terahir ini telah terjadi kegaduhan mengenai gambar dan logo uang kertas baru yang kini telah beredar di masyarakat. Menurut Imam besar FPI Habib Rizieq dan beberapa orang yang sepemahaman dengan beliau, uang baru ini berlogo “palu arit” yang nota bene adalah lambang komunis, yang jelas-jelas kafir! Sedangkan menurut yang seorang lagi, gambar pahlawan yang terdapat pada uang tersebut adalah gambar pahlawan kafir! Dengan kata lain, uang baru ini adalah uang kafir! Menurut penulis sendiri, ketika berada ditangan orang lain, kemungkinan bisa saja uang ini uang kafir. Akan tetapi ketika berada dikantong penulis, penulis bisa memastikan uang ini halal!


“Tidak ada asap kalau tidak ada api!” Untuk apa orang mengkafir-kafirkan “asap”(uang) kalau tidak ada yang “memesannya?” Lalu kenapa ada orang yang membuat api, karena pasti akan ada orang yang perih matanya terkena asap? Mari kita ulas dengan seksama korelasi api asap ini.

Semenjak era reformasi dan otonomi daerah dimana pilkada diadakan secara langsung, uang cash memegang peranan sangat penting untuk “memulai pertempuran lewat serangan fajar demi memenangkan peperangan!” Rakyat negeri yang mulai hedonis ini, tak sungkan menempelkan stiker di pintu rumahnya, “Menerima serangan fajar. Ada uang ada suara!”

Demikian juga dengan “hasrat yang tidak terkendali untuk melakukan protes/demo” dengan memobilisasi massa yang pasti “mager” (males gerak) kalau tidak dibekali cash, kaos dan nasi bungkus! Ahirnya aktifitas pergerakan massa dinegeri ini selalu dikendalikan oleh cash! Siapa yang memiliki cash banyak, berpeluang untuk mengatur penduduk negeri ini!

Lelaki penggila pencitraan dan sekutunya itu, tentu saja paham akan hakekat cash ini, karena aktifitas politiknya selalu dibangun melalui cah ini, seperti misalnya BLT, Bansos dan program subsidi lainnya. Jadi sejak berkuasa, sudah lama mereka ini memegang cash, dan menyimpannya “dibawah bantal” agar tidak terlacak! Apakah otoritas keuangan tidak tahu akan hal ini? Tentu saja tahu! Semua uang memakai nomor seri. Mereka tahu ada ratusan miliar cash yang “mager” dan tidak pernah beredar! Siapakah pemiliknya? Ketika itu otoritas keuangan hanya bisa, “ehm… ehm…”

Pak Dhe lalu mengumpulkan batok kelapa untuk dibakar. Beliau hendak mengusir nyamuk. Pak “Yeye” dan sekutunya lalu blingsatan! Dengan dikeluarkannya uang kertas baru, tentu saja akan menimbulkan gejolak baru bagi pemegang cash yang menimbunnya “dibawah bantal” dalam jumlah yang sangat banyak, karena pada suatu waktu uang tersebut tidak akan laku! Atau ketika uang yang sangat banyak tersebut hendak ditukar dengan uang baru, tentu saja akan menimbulkan kecurigaan dan akan gampang terlacak oleh otoritas keuangan!

Lantas bagaimana caranya untuk “mencuci uang tersebut?” cara yang paling gampang tentu saja lewat rangkaian demo aksi massa. “Uang mati” tersebut kemudian bergentanyangan pada setiap aksi massa di negeri ini! uang yang beredar tersebut bisa dipastikan adalah “uang alien” yang tidak pernah beredar di masyarakat! “Uang alien” ini juga pergerakannya sangat cepat berpindah tangan karena berada ditangan end-user yang memakainya untuk konsumsi sehari-hari.

Banyak orang beranggapan bahwa si brisik ini memang sengaja disuruh “mengkafirkan uang palu arit” agar uang baru tersebut ditarik oleh BI dari peredaran, agar uang tuan-nya yang disimpan dibawah bantal itu tetap aman. Premis ini adalah salah! Semua tahu kalau pak Dhe orang yang berkemauan kuat dan tak mungkin mau mendengar celotehan si brisik ini.

Yang orang banyak tidak tahu adalah, Setiap aksi massa adalah bahagian dari melepaskan “uang tidur” untuk digantikan dengan uang lama dengan nomor seri acak (tidak berurutan) maupun uang “palu arit” (uang baru)

Dalam aksi bela Islam jilid I, II dan III kemarin, ada ratusan miliar uang yang masuk dari sumbangan warga maupun pihak ketiga kepada panitia besar maupun panitia kecil aksi massa. KH. Bachtiar Nasir, selaku ketua GNPF-MUI menyampaikan, total sumbangan dana untuk demonstrasi kasus penistaan agama oleh Ahok ini lebih dari Rp 100 miliar. Sebagian dana masuk ini lewat transfer yang memang tercatat, dan sebagian lagi berbentuk cash dengan nomor seri tidak berurutan! Sungguh super sekali!!!!

Namun pada ketiga aksi massa tersebut, PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) hanya bisa melacak uang yang masuk ke panitia lewat transfer saja, tanpa dapat melacak seluruh uang yang dikeluarkan panitia kemana saja perginya, karena untuk biaya keseluruhan aksi adalah memakai “uang tidur yang disimpan dibawah bantal!” Kalau otoritas keuangan mau sedikit berlelah untuk melakukan penelitian ke lapangan, maka “nomor seri” uang-uang yang telah belasan tahun menghilang itu, kini telah beredar di seputaran Jabodetabek, Jawa Barat dan Jawa Tengah!

Tapi sangat sedikit yang tahu, bahwa uang cash yang disimpan dibawah bantal itu memang hampir dihabiskan semuanya untuk membiayai gelombang aksi-aksi massa tersebut. Namun uang tersebut tidak sepenuhnya menghilang, karena akan digantikan oleh uang yang masuk dari sumbangan masyarakat dan pihak ketiga! Walaupun kini tidak sebanyak yang terdahulu, akan tetapi uang cash dibawah bantal tersebut kini telah berganti baju (nomor seri uang) dengan nomor seri yang tidak berurutan, sehingga malahan sekarang hampir mustahil untuk terlacak lagi, dan mereka kini terlelap lagi “Tidur dibawah bantal!” Sungguh super sekaliii!!!!

Jadi kedepan, rangkaian gelombang aksi massa akan tetap ada, terutama lewat aksi-aksi epfei yang dukun besarnya itu sedang dirundung masalah hukum, sebab tujuan utamanya, salah satunya itu adalah untuk menukar uang dibawah bantal dengan uang palu arit yang baru. Uang lama itu bisa dipastikan akan dihabiskan pas menjelang 15 Februari 2017! Bagi warga DKI yang berminat kepada “uang yang nomor serinya tidak pernah beredar,” buruan tempel stiker didepan pintu, “Menerima serangan fajar. Ada uang ada suara!”

Ketika uang lama dibawah bantal sudah habis bertukar kulit dengan uang palu arit yang baru, maka damai sentosa akan menyelimuti negeri ini untuk sementara, menunggu gelombang aksi massa besar lainnya pada tahun 2019. Ketika pasangan Ahok-Djarot terpilih lagi menjadi gubernur DKI, dan gelombang demo aksi massa tersebut tidak surut juga, bisa dipastikan bahwa “uang tidur” tersebut memang benar-benar tidak berseri! Sungguh super sekaliii!!!!

Salam super…..

@reinhard f hutabara


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment