Tuesday, January 24, 2017

Jangan Jadikan Indonesia Seperti Suriah

DUNIA HAWA - Sepanjang travelling ke beberapa negara di Eropa dan Turki seminggu lalu, ada pengalaman yang bikin ngenes dan mikir. Pemandangan yang jauh berbeda dibandingkan kunjungan saya ke Eropa sepuluh dan tiga tahun lalu. Tiga tahun lalu memang banyak peminta-minta asal Romania, tapi tahun ini saya melihat beberapa gelandangan/ peminta-minta berkerudung yang mengaku berasal dari Suriah.


Sedih melihat mereka yang berpakaian Muslim menyapa kami dengan “Assalamu’alaikum” dan bicara dengan Bahasa Arab mengejar kami untuk recehan 1 atau 2 euro. Sedih melihat mereka mengemis di negara-negara mayoritas non Muslim apalagi di saat suhu sekitar minus di musim dingin dan harus tidur beralas seadanya di emperan butik kawasan mewah seperti Champs Elyssees (Paris) dan Duomo (Milan). Sementara saya masih bisa tidur nyaman di dalam kamar hotel dengan penghangat ruangan.

Di Istanbul pun pemandangan yang sama saya lihat. Saat akan memotret Blue Mosque, ada dua gadis cantik berkerudung hitam mendekati saya. Mereka mengucap “Assalamu’alaikum” dan saya jawab “Wa alaikum salam”. Saya pikir mereka hanyalah sesama turis muslim yang senang melihat saudara sesama muslimnya. Tetapi saat salah satu gadis berbicara dengan bahasa seperti bahasa Arab dengan wajah memelas, saya langsung berusaha menghindar. Salah satu gadis yang lebih besar menyodorkan amplop “Money miss” katanya

Saat naik tram dari Kabatas ke Sultan Ahmet, masuk seorang balita cantik berkerudung ala kadarnya berkulit putih dengan pipi merah.naik bersama ibunya berkerudung pula dari halte dekat jembatan Galata. Sebentar kemudian, saat pintu tram ditutup, sang balita mendekati semua penumpang di tram dengan wajah memelas sementara ibunya diam. Kalau di Indonesia sang balita mungkin sudah jadi pemain sinetron, wajahnya mengingatkan saya pada Arumi Bachsin.
Sebagai Muslim, apa pun aliran Islam mereka, tentunya saya sedih melhat pemandangan ini. Tapi apa yang bisa saya lakukan, kalau negara-negara mayoritas Islam kaya di Arab saja seakan tidak peduli? Orang-orang Turki pun cuek, karena sebenarnya menurut teman saya yang wartawan Turki, orang-orang Suriah masuk ke Turki ilegal, dan mereka menjadi beban pemerintahan Erdogan.

Jangan sampai karena politik kita dipecah belah, atau dibuat seperti Suriah. Lihatlah apa yang terjadi sejak kampanye Pilpres dua tahun lalu. Diawali dengan penyebaran hoax atau fitnah di media sosial untuk saling benci. Kita dipecah menjadi dikotomi Muslim dan non Muslim. Islam dan Islam liberal. Sebagian yang merasa Islamnya benar menuding temannya yang Muslim sebagai Muslim liberal atau syiah tanpa berpikir ke depan akibat dari hasutan, hoax atau fitnah yang mereka sebarkan. Kita tidak sadar, banyak negara yang iri dengan Indonesia. Mereka takut jika negara ini bersatu dan fokus untuk membangun, Indonesia akan menjadi negara hebat.

Saya teringat beberapa hari lalu di awal perjalanan saya di eropa, di lobi Soft Hotel dekat Stasiun Kereta Gare De L’Est Paris, mungkin karena saya berjilbab, saya disapa assalamualaikum oleh seorang laki-laki dengan ponakannya yang ternyata orang Suriah yang sudah “sukses” tinggal di Jerman. Bahasa Inggrisnya sangat bagus beraksen Inggris Amerika. Saya sempat tanya apa sebenarnya yang terjadi di negara asalnya, karena di Indonesia beritanya simpang siur. Dia hanya menjawab, “It’s nightmare, complicated, politic. Jangan sampai negara kamu dipecah belah seperti kami”

Mereka, pengemis Syria itu dulunya punya kehidupan layak seperti kita, tapi harus menelan harga diri menumpang tinggal di negara orang, apalagi negara non muslim, minta-minta kepada orang yang memandang muka mereka pun tidak.

Untuk kamu yang masih terhasut hoax / fitnah, pikir-pikirlah, hidup ini adalah berkah. Kebebasan untuk hidup layak adalah berkah luar biasa. Mungkin saat ini sholat dengan tenang, pergi ke kampus dan tempat kerja, nonton film di bioskop, berkumpul dengan keluarga dalam suasana yang hangat adalah hal lumrah yang kita tidak syukuri. Jangan sampai hal-hal tersebut diambil barulah kita bersyukur.

Yang jari-jarinya masih hobi sharing berita dan atau gambar hoax atau pun fitnah, lebih baik mikiiiiiir lagi. Bayangkan anak-anak Bapak/ Ibu yang unyu-unyu itu tiba-tiba harus putus sekolah, jadi peminta-minta di negara orang, hidup sengsara di tengah suhu minus 2 derajat di emperan toko yang tertutup salju tebal. Bayangkan, sebelum ego dan kemalasan kita mencari kebenaran membutakan kita

Allah sungguh baik memilih kita lahir dan tinggal di negara yang nyaman seperti Indonesia, dengan suhu nyaman yang tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Berhenti membanding-bandingkan Indonesia dengan negara anu atau pemerintahan anu, karena saat kita lihat dari dekat, tidak ada negara/ pemerintahan yang benar-benar sempurna. Itulah pentingnya piknik.

@sari musdar


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment