Tuesday, January 24, 2017

Inilah, Mengapa Rizieq Selalu Didukung

DUNIA HAWA - Rizieq Shihab terus-menerus digerus masalah. Hebatnya, masalah itu terus-menerus dia bikin sendiri. Rasa-rasanya, tiada hari tanpa masalah, dan tiada masalah kecuali ulah sendiri. Wekawekaweka. Mungkin, hidupnya jadi sepi bin sendu jika tak bikin masalah. Maka, segala sesuatu dipandangnya sebagai inspirasi mencipta masalah. Duit aja bisa dijadikan masalah olehnya, padahal duit itu hanya benda. Benda mati lagi. Alih-alih saya dan anda, sebagai manusia. Jika yang benda saja dijadikan masalah olehnya, semua orang lebih menjadi masalah lagi baginya. Semua orang, barangkali, kecuali FPI dan otak-otak dungu yang mendukungnya.


Saya mengenali Rizieq ini sejak ia  berteriak-teriak melawan Gus Dur. Terlepas saya adalah pengagum Gus Dur, hormat dan takjub dengan keilmuan dan kebijaksanaannya, suatu pribadi yang tak tertandingi kewaskitaan dan kebijakannya, saya melihat Rizieq adalah sejenis makhluk yang hobinya teriak-teriak yang menggadaikan kepribadiannya melalui umpatan dan teriakannya itu. Kalau berbicara, ia berteriak. Kalau ceramah, ia teriak. Kalau mengumpat, ia teriak. Kalau memaksa, ia teriak. Kalau menghakimi orang lain, ia teriak. Menghakimi duit, ia teriak. Menghakimi bendera, ia teriak. Menghakimi komunis, ia teriak.

Inti kata seorang Rizieq: Teriak adalah senjatanya. Dan…takbir, adalah legitimasinya.

Perselingkuhan antara teriakan dan takbir ini menjadi kepribadian Rizieq, dan dipakai sebagai senjata andalan untuk mendapatkan dua hal. Pertama, mendapatkan simpati dan dukungan dari golongannya dan orang-orang dungu lainnya. Kedua, mempermasalahkan segala sesuatu yang menurut otaknya dianggap salah, sesat, menyimpang, kafir, komunis, PKI, dan seterusnya.

Tujuan pertama dan tujuan kedua di atas, sejauh ini sangat sukses tercapai. Puncak kesuksesan dan keberhasilan itu tercermin dalam aksi-aksi demo bela Islam. Mengusung bendera FPI, memperalat MUI dengan GNPF-nya, simpati dan dukungan terhadap Rizieq meluas berjuta-juta. Berbagai kalangan mendadak rame-rame mendukung Rizieq untuk memperkarakan si penista agama. Tak peduli apakah Ahok benar atau salah secara hukum, yang terpenting adalah bagaimana Rizieq berhasil menjejalkan ide “si penista agama harus diseret dan dipenjara”.

Ustadz-ustadz tiba-tiba bermunculan. Orang yang tak tahu siapa Bakhtiar Nasir mendadak tahu. Nama Teungku Zulkarnain dielu-elukan. Ustadz-ustadz yang telah kehilangan panggung mendadak mendapatkan panggungnya kembali. Artis-artis yang (sok) Islami, yang mencitrakan diri islami, mendadak berdiri di belakang Rizieq. Umat-umat alai nan lebay ikut bersorak-sorai. Ditambah politisi busuk nan bejat, mendapat momentum untuk melancarkan kebusukan dan kebejatannya.

Merasa berhasil seperti itu, Rizieq semakin menggila. Jurus teriakan semakin gencar. Ketika satu per satu kebenaran terungkap, fakta-fakta justru bertolak-belakang dengan teriakan-teriakan Rizieq, saksi-saksi goblok nan lucu justru memperlihatkan kepentingan busuk di balik serangan-serangan verbal-komunal terhadap Ahok, Rizieq ternyata tak bergeming. Rizieq tetap pada kepribadiannya sendiri. Rizieq tak (pernah) merasa keliru dan salah. Rizieq harus selalu merasa benar. Maka, ia tak pernah mempedulikan derasnya hujatan, makian, dan teriakan-teriakan lawan. Ketika di berbagai wilayah saat ini bermunculan aksi menolak FPI, pertanyaannya: Apakah hal itu mengurangi keyakinan Rizieq dan mengurangi simpati terhadap FPI itu sendiri??

Mari kita lihat persoalan ini dengan jernih. Orang-orang yang selama ini meneriakkan anti FPI adalah orang-orang yang sama, yang selama ini memang sudah muak dengan sepak-terjang FPI. Orang-orang ini, tentu saja, adalah orang-orang yang tercerahkan hati dan otaknya. Sedari awal, mereka tahu bahwa FPI hanyalah sejenis kumpulan orang-orang dungu yang menjalani hidupnya dengan kedunguan itu. Bagi mereka, FPI tak lebih seperti cerita tentang katak kolam yang mendapatkan kunjungan katak laut. Katak kolam ini, tak pernah pergi ke mana-mana selain berputar-putar berjumpalitan seluas kolamnya. Tetapi, ia sombong kepada katak laut dan mengatakan bahwa tak ada tempat yang lebih luas daripada kolam hidupnya. Orang-orang yang tercerahkan hati dan otaknya adalah ibarat katak laut terhadap katak kolam FPI ini!

Sekali lagi, mereka yang berteriak anti FPI adalah orang-orang yang sama. Pada ujung satunya, orang-orang yang bersimpati terhadap FPI juga adalah orang-orang yang sama pula, yang selama ini memang simpati terhadap FPI. Malah, mereka mendapatkan tambahan dukungan dari politisi-politisi busuk dan bejat yang kerjaannya mengail di air keruh. Plus, mantan-mantan gila yang gak bisa move on.

Sampai di sini, saya ingin mengatakan bahwa sejauh mana teriakan anti FPI, fakta-fakta kebobrokan tentang FPI ditunjukkan, kebusukan-kebusukan FPI terungkap, itu sama sekali tak mengurangi gairah dan nafsu anggota-anggota FPI dan para simpatisannya! Dengan kata lain, apa pun suara kebenaran anda ungkapkan, jamaah FPI tetap setia dan tak bergeming sama sekali. Hebat kan?

Itulah, kenapa Rizieq yang sedang diperkarakan tak selalu kekurangan anggota untuk membelanya. Itulah, kenapa FPI tetap saja melakukan demo dan aksi mendukungnya. Entahlah, ini soal apa. Apakah soal cinta dan kepatuhan pada imam besarnya? Atau ada soal lain hingga mereka membabi buta dalam cinta dan setia.

Kalaupun terpaksa harus mencari-cari jawaban oleh sebab apa FPI tetap saja tak  berubah walaupun hujatan, cacian, makian, dan teriakan orang-orang yang menentangnya semakin nyaring terdengar, saya menemukan tiga kemungkinannya. Pertama, soal duit. Kedua, soal kedunguan yang membabi-buta. Ketiga, gabungan antara soal duit dan kedunguannya.

Begitulah kura-kura…

@taufiqurrahman al-azizy

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment