Saturday, June 4, 2016

Siapa Sebenarnya Kivlan Zein, MayJen Kunyuk Dalang Kerusuhan SARA di Ambon


Dunia Hawa - Tuduhan Gus Dur pada seseorang bukannya tanpa dasar, dan seringkali dinyatakan dalam inisial. Misalnya, ketika belum menjadi presiden, ia pernah mengatakan Mayjen “K”, adalah dalang kerusuhan Ambon. Lalu, Mayjen Kivlan Zen, kawan Letjen Prabowo, merasa dituduh dan ia mengunjungi Gus Dur. Gus Dur pun membantah yang ia maksud adalah Kivlan. “Yang saya maksud adalah Mayjen Kunyuk,” kata Gus Dur kala itu.

Bahwa, Kivlan merasa tertuduh, sebenarnya itulah tujuan Gus Dur. Orang akan bertanya mengapa Kivlan merasa tersinggung Ada Jenderal orde baru mantan tangan kanan prabowo yang belakangan ini hidup dari jualan isu hantu PKI dan ideologi komunisme.

Banyak yang belum mengerti bahwa jenderal ini adalah dalang adu domba antara mahasiswa pengusung agenda reformasi melawan kubu islamis yang tergabung dalam satuan bayaran bernama Pamswakarsa pada tragedi semanggi. Setelah mahasiswa menggagalkan dan mengalahkan Pamswakarsa dengan korban beberapa jiwa di kubu Pamswakarsa, maka agenda untuk melanjutkan reformasi bisa berlanjut dalam SU MPR 1999.

Tetapi Jenderal orde baru ini tidak berhenti sampai disini. Tatkala bossnya Prabowo dicopot dari jabatan Pangkostrad oleh Presiden BJ Habibie, Ia melaksanakan order baru untuk membuat kerusuhan SARA di Ambon. Kerusuhan SARA yang berlangsung bertahun-tahun itu punya misi khusus untuk mengagalkan peradilan terhadap Mantan Presiden Soeharto.

Pemerintahan Gus Dur dan Megawati dipusingkan oleh kerusuhan SARA Ambon sehingga tidak punya kesempatan mengadili Soeharto secara tuntas sebelum sakit-sakitan dan meregang nyawa beberapa waktu kemudian. Sudah menjadi rahasia umum, menjelang akhir kejatuhannya, Soeharto berpaling dari kubu CSIS ke kubu ICMI. Dari kubu Jenderal LB Moerdani ke kubu feisal tanjung-hartono-prabowo. Yang tidak diketahui Soeharto adalah,  jenderal jenderal yang pro kubu islamis itu semua menggunting dalam lipatan. Soeharto sempat merasa tenang dengan semakin merapat ke ICMI dan jenderal-jenderal islamis, maka kekuasaan akan langgeng. Tutut sebagai putri sulung bisa masuk kabinet. Bisnis mobil Timornya Tommy mendapatkan status mobnas. Bisnis Bambang Tri juga menggurita lewat Bimantara yang menguasai stasiun RCTI. Belum lagi bisnis Ari Sigit cucu kesayangan yang hanya dengan jualan sticker miras bisa ongkang-ongkang kaki sambil dikaraoke.  Kemudian saat krismon tak dapat diatasi, hasil SU MPR Maret 1998 yang mengukuhkannya jadi presiden ke 6 kali mendadak rentan. Organisasi ICMI beserta kubu islamis yang diharapkan menjadi penopang saat terakhir, ternyata berpaling mendukung BJ Habibie.

Di akhir hayatnya Soeharto menyesali keputusannya menghindar dari lubang buaya malah dimangsa singa. Ia saat berkunjung ke makam LB Moerdani berkata “kowe pancen sing bener Ben…”  dan disertai penyesalan mengapa menyisihkan loyalis sejatinya itu dan berpaling ke Jenderal-jenderal ‘brutus’ seperti feisal tanjung-hartono-prabowo. Setelah soeharto jatuh, agenda kelompok islamis itu hanya berhasil dengan membentuk FPI ormas pengacau yang bercita-cita mendirikan negara islam. Selain itu cita-cita mereka menaikkan prabowo sebagai Panglima ABRI gagal oleh perlawanan Kubu BJ Habibie-Wiranto. BJ Habibie sendiri kendati dibesarkan oleh didikan Soeharto, namun punya sikap politik yang waras; tidak haus mempertahankan kekuasaan dan Propinsi Timor Timur diijinkan mengadakan referendum sehingga menghilangkan beban politik luar negri sebagai penjajah.

Kembali ke mayjen kunyuk, setelah berhasi mengacak-acak Ambon dan merembet ke Poso dan lain-lain wilayah, misinya untuk menggagalkan peradilan atas mantan presiden Soeharto berhasil tuntas. Kini, jenderal kunyuk sedang melakukan rencana tahap berikutnya; mengagalkan rekonsiliasi sesama anak bangsa.

Jenderal kunyuk ini sepertinya sedang melakukan adu domba, suatu strategi yang berhasil menjaga kelanggengan orde baru selama 32 tahun. Padahal misi rekonsiliasi yang digagas oleh Presiden Jokowi adalah menegakkan kebenaran sejarah pada peristiwa pasca 1965. Bila ada ‘korban-korban sampingan’ yang jatuh tanpa peradilan dan merupakan pelanggaran HAM maka sudah menjadi kewajiban bagi negara untuk meminta maaf kepada korban dan merehabilitasi nama korban beserta keluarga, kemudian memberi kompensasi yang sepadan.

Sebagai jenderal kunyuk memang wajar sekali ia tak rela negara menjadi satu padu demi masa depan yang lebih baik. Ia lebih suka menyembunyikan dosa kubu islamis dan membesar-besarkan dosa kubu komunis. Jika mau jujur dan membuka mata hati, momen rekonsiliasi juga bisa menjadi cermin bagi kubu islamis bahwa yang membela agama dan negara juga berbuat keliru dengan menyasar korban yang tidak nyata-nyata bersalah.

Eksekusi mati terhadap siapapun yang dituding PKI saat itu benar-benar tindakan barbar. Tanpa lewat pengadilan, semua korban dijemput untuk dihilangkan. Ada yang dikubur massal tanpa identitas, ada pula yang dibuang ke jurang. Kubu islamis mustinya malu terhadap penjajah belanda yang tidak pernah main bunuh seenaknya. Para pemimpin pergerakan dari jaman kerajaan sampai dengan RI berdiri hanya diasingkan tidak pernah dieksekusi. Pangeran Diponegoro sampai Bung Karno saat ditangkap hanya untuk diasingkan.

Namun tindakan kubu islamis yang disokong oleh jenderal-jenderal orde baru yang haus darah malah tega membunuh sesama anak bangsa, bahkan yang belum atau tidak terbukti terlibat langsung penculikan terhadap Pahlawan Revolusi. Situasi kekinian global yang sudah tidak memberi ruang bagi ideologi komunisme tidak berarti apa-apa bagi jenderal kunyuk yang punya agenda sampingan mensyariatkan Indonesia.

Tak heran Ia kini kembali meminta dukungan ormas pengacau FPI yang jelas-jelas anti Pancasila dan anti Bhinneka Tunggal Ika untuk bersama-sama meniupkan isu hantu PKI. Besok tanggal 3 Juni rencananya ormas pengacau FPI yang anti Pancasila dan hendak mendirikan kekhalifahan  berdasarkan syariat islam akan mengepung Istana. Apakah bisa dibiarkan jenderal kunyuk dan ormas pengacau FPI yang dipimpin oleh Habib arab anti NKRI hendak membuat NKRI menjadi ISIS?

[immortalunbeliever/ kompasioner]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment