Wednesday, June 8, 2016

Menghina Islam


Dunia Hawa - Ada sekelompok orang yang begitu gampang melancarkan tuduhan,"Kamu menghina Islam." Ahok melarang sekolah negeri mewajibkan pemakaian jilbab kepada siswi, dituduh menghina Islam oleh Cholil Ridwan. Ingat, yang dilarang Ahok adalah pewajiban oleh sekolah. Siswi yang mau pakai jilbab tetap boleh pakai jilbab. Intinya cuma jangan ada yang dipaksa. Pelarangan oleh Ahok itu memang wewenang dia sebagai kepala daerah. Apa hubungannya dengan menghina Islam? 

Dalam kasus Ahok ini jelas sekali pangkal soalnya, yaitu politik. Ahok tidak dikehendaki oleh sekelompok orang dari kalangan Islam. Jadi, nyaris semua yang dilakukan Ahok yang bersinggungan dengan umat Islam, dicari-cari saja salahnya. Soal pengaturan penjualan dan penyembelihan hewan kurban, misalnya, diomeli panjang lebar. Bahkan hal-hal yang tidak dilakukan Ahok dikarang-karang. Ahok dan Jokowi memugar mesjid di TIM dituduh menghancurkan mesjid.

Jadi, tuduhan menghina Islam itu adalah suatu jargon untuk memojokkan lawan politik.

Dua tahun yang lalu koran Jakarta Post memuat kartun yang menampilkan bendera ISIS yang ditambahi dengan gambar tengkorak. Beberapa orang marah, karena lambang ISIS itu sebenarnya adalah juga simbol yang dipakai oleh Nabi. Jadi menambah gambar tengkorak itu dianggap melecehkan simbol Nabi. Kontan koran Jakarta Post dituduh melecehkan Islam, sampai dilaporkan ke polisi. Padahal kartun itu sumbernya dari koran lain, koran berbahasa Arab yang diterbitkan di London. Pesannya jelas, keprihatinan terhadap polah ISIS.

Tuduhan kali ini adalah buah dari kegagalan memahami wacana atau pesan. Lucu sekali ketika orang-orang yang menuduh itu tidak pernah terusik oleh kejahatan yang dilakukan ISIS di bawah simbol yang mereka anggap suci, tapi mereka begitu sensitif terhadap karikatur yang sebenarnya menyoroti kelakuan keji ISIS tersebut. Seakan "kesalahan" menempatkan gambar tengkorak di lambang tadi jauh lebih serius daripada kejahatan atas kemanusiaan yang dilakukan ISIS. 

Saya sendiri sering dituduh melecehkan Islam ketika oleh orang-orang yang gagal menangkap pesan yang saya sampaikan melalui tulisan saya. Pernah saya posting tentang poster di mesjid yang membahas soal kecocokan antara Quran dan sains dengan menggunakan hoax sebagai dasarnya. Saya tertawakan poster itu. Tapi pembaca gagal itu menuduh saya menertawakan Quran.

Kebanyakan penuduh itu adalah orang yang punya kepentingan politik yang sarat, atau orang-orang yang bermasalah dengan kecerdasan. Bagi yang punya kepentingan politik, tuduhan itu adalah provokasi untuk mengaduk emosi orang, sehingga orang tak lagi berpikir jernih dan melihat persoalan secara adil. Adapun bagi yang lemah akal, memahami pesan dan wacana adalah pekerjaan berat. Provokasi dan tuduhan adalah sebuah jalan pintas bagi mereka.

Dengan tuduhan provokatif ini orang tidak perlu panjang lebar berargumen menggunakan akal. Satu tuduhan cukup untuk menggerakkan orang-orang, membangun ancaman yang sulit dilawan. Maka dengan itu mereka bisa dengan mudah menuai keuntungan politik (walau tak jarang juga gagal), atau setidaknya membungkam orang-orang yang tidak mereka sukai.

Unsur lain yang menjadi pemicu tuduhan itu adalah permusuhan abadi terhadap orang Nasrani. Apapun yang dilakukan orang Nasrani, selalu saja ada celah untuk dijadikan sumber permusuhan. Tidak hanya Nasrani, permusuhan ini melebar kepada kaum non-muslim secara keseluruhan. Nasrani dan non-muslim dianggap musuh yang selalu mencari cara untuk menyerang Islam. Maka apapun yang mereka lakukan berpotensi dianggap menyerang dan menghina Islam. Kalau kita perhatikan dengan jeli, kita bisa tahu sebenarnya siapa yang memelihara permusuhan itu.

Tuduhan ini juga adalah sebuah ungkapan rendah diri. Berperan sebagai korban, menganggap diri selalu dizalimi, adalah sebuah cara yang dipakai oleh orang rendah diri untuk mengklaim kebenaran.

 [abdurakhman.com]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment