Friday, June 10, 2016

Kasus Pembunuhan Eno: Siapa Sebenarnya Dimas?


Dunia Hawa - Kasus pembunuhan Eno Fariah, memasuki babak baru setelah kasusnya disidangkan di pengadilan. Berbagai alibi baru muncul di pengadilan. Salah satu alibi baru tersebut tak lain adalah salah satu saksi mahkota R, menyebut bahwa RA bukan otak dibalik terbunuhnya Eno. Bahkan R menyebut Dimas adalah aktor intelektual dibalik terbunuhnya Eno pada Jumat malam, 13 Mei 2016.

Bahkan alibi ini pun  terus diciptakan. Ayah terdakwa RA, pacar Eno, yang secara terang-terangan menyebut bahwa pada malam itu, RA ada di rumah dan tidak kemana-mana. ‘’Anak saya tidur di sebelah saya. Demi allah, ini bulan puasa. Saya ini muslim, saya tidak bohong’’ kata Nahjudin, ayah RA (16), pacar Eno. Bahkan alibi lain yang terungkap pula dipersidangan disebut bahwa Eno menjual handphone nya kepada Dimas dengan harga Rp. 10.000.

Namun majelis hakim yang memimpin sidang kasus ini dengan terdakwa RA tak perlu terkecoh akibat munculnya alibi-alibi baru tersebut. Karena dari kronologi awal diketahui bahwa pada Jumat malam, 13 Mei 2016, RA mengirim pesan kepada Eno, pacarnya, bahwa ia ingin bermain di kamarnya Eno. Pesan itu kemudian berbalas Eno mengizinkan pacarnya RA masuk ke dalam kamar dan Eno pun memberi tahu kepada RA bahwa kamarnya yang tak tertutup rapat.

Setelah tiba, di dalam kamar, RA langsung bercumbu mesra dengan Eno, Tetapi ketika RA mengajak pacarnya berhubungan badan, Eno menolaknya lalu kemudian RA ke luar kamar dan di luar kamar RA bertemu dengan R dan IH. Setelah itu salah satu pria yang ditemuinya di luar kamar , IH langsung masuk dan membekap Eno, R memegangi kaki Eno, dan RA disuruh IH mencari pisau ke dapur tetapi RA kembali dengan tangan kosong. 

RA kemudian disuruh mencari apa saja yang ada di luar untuk di bawa masuk ke dalam kamar, dan ditemukanlah cangkul , oleh RA di bawa masuk dan ditancapkannya di organ vital pacarnya sendiri. Ini sedikit flash back.

Nah, Pada Jumat malam, 13 Mei 2016, Jelas-jelas RA tidak sedang berada di rumahnya dan ini sangat bertolak belakang dengan apa yang dialibikan oleh ayahnya. Buktinya , pada malam itu, RA dan Eno sempat berkirim pesan pendek (SMS), dan Eno mengizinkan RA yang merupakan pacarnya masuk ke dalam kamarnya bahkan hingga keduanya bercumbu mesra di dalam kamar itu.

Nah sekarang kalau di persidangan dimunculkan alibi baru lagi, pada Jumat malam, 13 Mei 2016, RA tidak berada didalam kamar itu, maka pertanyaannya adalah siapakah yang bercumbu mesra dengan Eno pada malam itu?

Apakah itu pria lain selain RA? Menurut saya ini sangat di luar akal sehat dan terlalu prematur untuk mengatakannya. Eno justru tidak akan mengizinkan pria manapun masuk ke dalam kamarnya kecuali pacarnya, karena Eno sangat pemilih soal pacar, terlebih lagi sudah ini pukul 23:30 Wib.

Terlebih lagi diketahui bahwa semasa hidupnya, Eno disukai oleh para pria, itu artinya parasnya cukup lumayan cantik. Tetapi mesikpun Eno disukai oleh banyak pria, Eno tak asal terima cinta dari para pria yang mendekatinya tersebut. Eno adalah sosok yang sangat pemilih soal pacar. Ini terlihat dari IH dan R yang mengaku sakit hati dengan Eno lantaran cintanya bertepuk sebelah tangan. Dan pacar Eno hanya RA.

Berangkat dari alibi baru yang diciptakan oleh ayah RA membuat saya kembali berpikir bahwa ini adalah kebiasaan untuk meloloskan seseorang dari jeratan hukum. Tak masalah mau mengatakan bahwa pada malam itu RA tidur di sampingnya (ayahnya) dan tidak ke luar rumah, tetapi apakah ini bisa dibuktikan bahwa pada Jumat malam sekitar pukul 23:30 , RA masih tidur di samping ayahnya, dan tidak ke luar rumah setelah ayahnya tertidur pulas? Tak ada jaminan.

Ayah RA harusnya mengingat betul apakah RA benar-benar tidak ke luar rumah sama sekali pada Jumat malam, 13 Mei 2016? Ayah RA harus pula kembali mengingat dan mengatakan dengan jujur pukul berapa ia tidur pada malam itu (Jumat malam, 13 Mei 2016) ?

Jika ia mengatakan bahwa RA tidur di sampingnya, Apakah ayah RA yakin bahwa RA benar-benar tidur di sampingnya dengan tertidur pulas  atau hanya berpura-pura tidur? Kalau ayahnya tahu menyebut bahwa RA tidur di sampingnya, maka pertanyaannya adalah darimana ayahnya tahu kalau RA ini sudah tertidur?

Atau justru yang terjadi, RA hanya ingin menunggu waktu yang tepat untuk bisa ke luar rumah ( menuju ke kamar pacarnya Eno di mes karyawati PT Polyta Global Mandiri, Kosambi, Kabupaten Tangerang), yakni setelah ayahnya tertidur pulas?  Tetapi sampai saat ini saya masih sangat meragukan keterangan ayah RA.

Menjadi ragu karena pada Jumat malam, 13 Mei 2016, RA ada di kamar Eno dan sedang bercumbu dengan pacarnya itu. Tak masuk diakal kalau Eno tak mneyadari dengan siapa ia bercumbu pada malam itu, tak masuk diakal.

Saya yakin pada malam itu, hanya RA yang berada di kamar Eno (sebelum RA bertemu IH dan R di depan kamar Eno). Dan sebelum  RA masuk ke dalam kamar Eno, saya yakin lampu yang ada di kamar, masih dinyalakan dan belum dimatikan. Sehingga saya yakin betul Eno menyadari sepenuhnya yakni bercumbu mesra dengan RA, pacarnya.

Kemudian soal keterangan yang sangat mengejutkan dari salah satu saksi mahkota yang juga tersangka lainnya, R yang secara mengejutkan menarik keterangannya dalam BAP sebelumnya yang pernah menyebut RA otak dibalik kematian Eno, menjadi bukan RA otak dibalik matinya Eno melainkan otaknya adalah Dimas, sungguh membuat saya tidak terkejut sama sekali. Dari awal kasus ini mencuat saya yakin RA bukan dader intelektual/aktor intelektual dibalik terbunuhnya Eno.

Sebab, dari awal saya sudah sangat berkeyakinan bahwa RA yang merupakan pacar Eno, secara akal sehat tidak masuk di akal membunuh dengan berencana pada Jumat malam itu hanya karena ditolak ajakan untuk berhubungan badan oleh kekasihnya itu.

Karena kalau pembunuhan berencana sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya, sedangkan kalau harus membunuh mengapa harus bercumbu dulu? Ini yang membuat saya yakin RA bukan dader intelektualnya.

Karena pada Jumat malam, 13 Mei hubungan RA dan Eno masih sangat harmonis. Ini terlihat dari kemeseraan keduanya yang bercumbu. Justru yang terlihat seolah-olah perannya sudah direncanakan adalah peran IH yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar dan langsung membekap Eno.

Yang menjadi tanda tanya besar hingga saat ini adalah mengapa IH langsung membekap Eno? Memerintahkan R memegangi kaki Eno?, dan memerintahkan RA mencari pisau, tak dapat pisau , disuruh mencari apa saja di luar? Ada apa dengan IH, Ini aneh!

Keanehan yang luar biasa kalau R yang hanya diperintahkan oleh IH untuk memegangi kaki saja, lalu kemudian ikut memperkosa tanpa menancapkan gagang cangkul ke alat vital gadis malang itu, lalu kini secara tiba-tiba tiba-tiba menyebut bahwa otak dibalik terbunuhnya Eno adalah Dimas. Ini aneh dan janggal, seolah-olah ingin meloloskan semua yang terlibat dalam pembunuhan sadis ini.

Mudah dipahami bahwa alibi baru R ini memang masuk di akal dan terkesan ingin terlihat cerdik, yakni dalam hukum pidana hanya yang menyuruh melakukan kejahatan yang dapat dipidana, sedangkan yang disuruh melakukan kejahatan tak bisa dipidana. R sebagai saksi mahkota ini cukup cerdik dengan alibi ini.

Dan yang paling tidak masuk di akal dalam alibi baru ini adalah Eno yang disebut menjual handphone nya kepada Dimas. Lha, Handphone itu lah yang digunakan Eno saat berkirim pesan singkat (SMS) kepada pacarnya RA pada Jumat malam, 13 Mei sekitar pukul 23:30 Wib, Sehingga dimana logikanya Eno bisa berkirim pesan kepada RA kalau handphonenya sudah dijual kepada Dimas?

Tetapi sekali lagi upaya R untuk lolos dan meloloskan RA dan IH dari jerat pidana mustahil bisa terjadi sebab ada hasil visum  yang menyatakan bahwa air liur RA menempel pada dada sebelah kiri Eno, serta keterangan ahli bahwa darah gadis malang itu ada di tangan RA.

[ricky vinando/ kompasioner

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment