Tuesday, November 7, 2017

Rhinitis dalam Kehamilan


DUNIA HAWA Rhinitis dalam kehamilan merupakan hal yang sering terjadi, mempengaruhi 9-42% wanita yang hamil. Keluhan-keluhan rhinitis biasanya akan menghilang sesaat setelah melahirkan. Cara 

Ada beberapa definisi dari rhinitis dalam kehamilan, salah satunya adalah “kongesti (sumbatan) pada hidung yang terjadi  dalam 6 minggu atau lebih pada masa kehamilan, tanpa disertai adanya gejala lain dari infeksi saluran pernapasan dan tanpa penyebab alergi sebelumnya, yang menghilang sepenuhnya dalam 2 minggu setelah persalinan”. 

Gejala yang akan muncul biasanya adalah hidung meler (rhinorrhea), bersin-bersin, hidung gatal, berkurang sensasi mencium. Hal yang paling mempengaruhi pasien biasanya adalah adanya gangguan tidur. 

Diagnosa Rhinitis


Diagnosa rhinitis dimulai dari anamnesis yang cermat, dan pemeriksaan fisik dari pasien. Kita harus menilai dari gejala yang ada, frekuensi, dan keparahan dari gejala yang ada. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan secara umum, dengan melihat hidung, kuping, dan tenggorokan.

Efek yang mungkin terjadi pada janin saat ini juga masih diperdebatkan. Kesulitan dalam bernapas melalui hidung menyebabkan wanita yang mengalami ini lebih sering bernapas melalui mulut bahkan hingga mendengkur. Orang yang mendengkur memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami hipertensi, preeklamsia, dan janin mengalami PJT (pertumbuhan janin terhambat).

Wanita yang memiliki rhinitis alergi sebelum kehamilan, gejala yang ada dapat membaik, tidak ada perubahan atau bahkan memburuk selama kehamilan. Kebanyakan wanita mengalami gejala hidung tersumbat (kongesti) pada akhir masa kehamilan walaupun sebelumnya tidak mempunyai riwayat rhinitis. Rhinitis dalam kehamilan ini sering dikaitkan dengan adanya peningkatan kadar hormon yang terjadi selama kehamilan. 

Pengaruh Hormon? 

Penyebab dari rhinitis dalam kehamilan sampai saat ini masih perlu dipelajari lebih lanjut. Banyak peneliti telah mempelajari hubungan antara kadar hormon dan rhinitis dalam kehamilan serta efeknya. 

Contohnya hormon progesteron, yang memiliki efek vasodilatasi, telah diduga menyebabkan rhinitis dalam kehamilan namun beberapa studi menyatakan tidak ada perbedaan dalam kadar hormon progesterone ini. Hormon lainnya seperti Vasoactive Intestinal Polypeptide (VIP) dan prolaktin juga diduga berpengaruh, namun ternyata banyak studi yang tidak mendukung teori tersebut.

Penelitian lain melaporkan adanya hubungan kadar Placental Growth Hormone (PGH), dimana didapatkan meingkatnya kadar hormon ini pada penderita rhinitis dalam kehamilan. Namun bagaimanapun penelitian ini hanya melibatkan 5 wanita sebagai subjek penelitiannya.

Sementara hormon estrogen yang diduga selama ini sebagai penyebab dari rhinitis dalam kehamilan juga masih diperdebatkan. Hal-hal yang mendukung hal ini adalah kenyataan bahwa pada pasien yang memang menpunyai rhitis alergi akan mengalami hidung mampet jika diberikan salep topical yang mengandung estrogen. Hal yang sama terjadi pada pasien yang mengonsumsi pil KB.

Estrogen diduga mempengaruhi mukosa hidung wanita sehingga menjadi hiperaktif terhadap histamine selama menjelang proses ovulasi (keluarnya sel telur). Hal ini lah yang menjelaskan kenapa pada wanita hamil sering terjadi gejala-gejala rhinitis.

Mengatasi Rhinitis


Beberapa rekomendasi untuk mengatasi rhinitis, adalah berikut ini :

1. Menghindari allergen penyebab (debu, kotoran, serbuk bunga, dll)

2. Gejala pada mata dapat diatasi dengan pemberian suplemen kromolin topical dengan antihistamin seperti loratadine maupun cetirizine (kategori B dan aman untuk kehamilan).

3. Gejala rhinitis yang ringan dapat diobati dengan pemberian antihistamin loratadine maupun cetirizine.

4. Pemberian intranasal Budesonide sebagai terapi tambahan dapat diberikan pada gejala yang sedang sd berat (Kategori B dan aman untuk kehamilan).

5. Kromolin intranasal dapat dipakai untuk gejala ringan, sementara untuk gejala sedang-berat dapat ditambahkan loratadin atau cetirizine dengan budesonide secara regular.

6. Imunoterapi tidak direkomendasikan kecuali pasien tersebut telah mendapatkan terapi sebelum kehamilan dengan respon yang baik. Dosis sebaiknya tidak dinaikkan selama masa kehamilan. 46,47

Wanita yang mengalami rhinitis dengan gejala yang ringan sebenarnya dapat mengontrol gejala yang ada hanya dengan menggunakan saline nasal spray yang tidak mengandung obat-obatan. Namun jika dibutuhkan obat-obatan berikut adalah pilihan yang dapat digunakan :

• Nasal Sprays

Beberapa dari jenis ini adalah pilihan tepat untuk wanita hamil, karena penggunaannya yang mudah dan tidak mengandung obat-obatan.

• Kromolin Nasal Sprays

Aman digunakan selama kehamilan. Hanya sebagian kecil dari obat ini yang akan diserap kedalam pembuluh darah dan tidak ada efek samping yang buruk selama ini.

• Nasal Steroid

Aman digunakan selama kehamilan. Dari beberapa jenis obat yang ada tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. Nasal steroid golongan Budesonide merupakan opsi pilihan yang sering dipakai.

• Antihistamin

Golongan cetirizine, loratadine dan chlorpheniramine aman dan dapat digunakan selama kehamilan.

• Dekongestan

Golongan Pseudoephedrine harus dihindari selama kehamilan trimester pertama, karena tidak aman untuk kehamilan.setelah trimester pertama obat ini dapat digunakan hanya jika dibutuhkan dan dibatasi. Obat golongan ini tidak dapat diberikan pada wanita hamil yang mengalami darah tinggi dalam kehamilan (preeklamsi).Sementara golongan Phenyephrine harus dihindari selama kehamilan berlangsung.

• Allergy shots

Jika pasien telah mendapat terapi ini sebelum kehamilan, dapat dilanjutkan secara aman sebagai terapi dalam kehamilan.sementara dosis yang sudah diberikan sebaiknya jangan dinaikkan selama kehamilan berlangsung, karena terdapat risiko reaksi anafilaktik (alergi berat) yang dapat mempengaruhi suplai darah yang menuju janin. Dengan alasan yang sama, terapi ini juga sebaiknya tidak dimulai pertama kali saat kehamilan. 

Jika Anda mengalami gejala-gejala rhinitis seperti yang telah disebutkan di atas, tidak perlu gusar, segera temui dokter , baik dokter spesialis kandungan maupun dokter spesialis THT Anda. 

 @dr Mohammad Haekal SpOG

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment