Monday, May 22, 2017

Tuhan Tidak Tidur, Rizieq Ditetapkan Sebagai Tersangka


DUNIA HAWA Singkat saja, aku ingin sekali menuliskannya!

Diperjalanan saya buka buku yang saya peroleh dari teman, dan akhirnya book ini menjadi teman perjalanan selain satu kotak rokok di dalam saku ku.

Agar menjadi ilmu yang bermanfaat, maka saya bagikan dua paragraf dari buku “spiritualitas dan realita kebudayaan kontemporer”

Tuhan sejarah dalam kultur.


Apa yang terjadi ketika pemaknaan Tuhan diredusir ke dalam teks? Maka itu akan bergerak dalam kefanaan. Teks, seperti dijelaskan Derrida, maknanya selalu berada pada kesementaraan atau selalu tertunda. Memfinalkan definisi Tuhan dalam teks, justru akan membuat Tuhan itu bisa dimanfaatkan untuk pelbagai kepentingan, karena sifat teks yang bisaa “dilarikan” kemana-mana. Tuhan kemudian menjadi banal, teredusir sebatas permainan kata yang remeh temeh. Dalam kata-kata tekstualitas yang banal itu, manusia lantas bisa menggunakan pula Tuhan yang mati itu untuk pelbagai kepentingan.

Padahal kesejatian Tuhan tak pernah terbatas pada tekstualitas. Ia adalah entitas yang tak terjelaskan, tapi bisa dirasakan kehadirannya. Dipanggil atau tidak dipanggil, Tuhan hadir dalam diri manusia, bahkan dalam kehidupan masing-masing dari manusia. Mereka yang tidak peka, memilih menganggap angin lalu, tetapi mereka yang peka akan menyadari Tuhan dalam dirinya. Oleh karena itu, Tuhan tak bisa dipaksakan definisinya secara sepihak. Ia nomotetis, tetapi sekaligus idiosinkretis. Ia abadi, sekaligus mewaktu. Inilah ironisnya, sebagian kelompok justru melupakan kesejtian Tuhan dan cenderung memaksakan definisi “tuhan” secara sepihak. Mereka lupa atau mengabaikan bahwa Tuhan itu sendiri, pada kesejatiannya tak akan pernah bisa terjelaskan dalam definisi tunggal yang dibuat manusia, apalagi Cuma sekelompok orang tertentu. (Hal 84)

——————————-

Dan belakangan ini banyak kelompok yang bermain dengan kata “Tuhan”. Hingga diredusir untuk dijadikan pembenaran dalam memperoleh hasrat kepentingan termasuk kekuasaan. Kalau kata filsuf Nietszche hanya sebatas “fiksasi idea”. Maka bagi saya pribadi tidak heran jika melihat situasi bangsa akhir-akhir ini banyak yang menjadikan dirinya Tuhan dan menentukan syurga dan neraka untuk sesamanya hingga sanggup untuk saling mengkafiri.

Saya jadi ingat konsep sufi dalam mahabah cinta, yang sederhananya jika kecintaan pada sang Agung sudah melampaui, maka dengan sendirinya sesama manusia akan saling mengasihi.

Saya juga jadi teringat kisah Paus Yohanes Paulus II yg ditembak muslim Turki yaitu Mehmet. Ketika mehmet dipenjara, Paus justru memaafkannya dan menjenguknya, hingga mehmet berubah menjadi santun dan pengasih. Saya juga teringat kisah Umar bin Khatab yang sangat bangga jika memenggal kepala seorang muslim, bahkan dengan bangga menghina Islam, tapi dia justru di doain oleh Rasul dan dibalas dng kelembutan. Hingga Umar berubah menjadi orang yang amat mengasihi. Inilah buah kasih. Yang “melampaui.”

Tapi justru pengikutnya yang menyebut diri sebagai front pembela, lebih memilih lari setelah “menggauli”.

Jika kita pikir sungguh tidak rasional, yang menyebut diri sebagai front pembela dan menegakkan prinsip Islam tanpa kompromi. Tetapi justru lari dari masalah yang sedang dihadapi. Berbagai kasus dari pelecehan ideologi negara sampai “chat mesum” tidak membuat dirinya berani untuk menghadapi kenyataan.

Hal ini dapat kita lihat dari kepergiaannya ke Arab lalu ke Malaysia dan pergi lagi ke Arab. Yang amat memalukan hendak membawa kasusnya ke PBB. Kenapa memalukan, karena PBB itu urusan kenegaraan bukan personal apalagi menyangkut “chat mesum”. Sementara di Nuantara kafir, dan PBB sendiri bukan lembaga yang anggotanya mayoritas Islam. Artinya dia menjilat ludahnya sendiri.

Dan saya sangat merasa lega hari ini, ketika agama dan Tuhan dijadikan seperti “mainan” sekaligus alat untuk hasrat kepentingan. Oleh mereka yang menyebut diri front pembela, imam besarnya yang ditunggu-tunggu sudah ditetapkan sebagai tersangka.

Kabar ini saya dapat dari detik.com. Bahwa Polda Jabar menetapkan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab menjadi tersangka kasus dugaan penodaan Pancasila. Penetapan Rizieq sebagai tersangka berdasarkan hasil rangkaian gelar perkara tahap penyidikan yang dilakukan tim penyidik Ditreskrimum Polda Jabar.

“Penyidik meningkatkan status Rizieq Syihab dari saksi terlapor menjadi tersangka,” kata Kabidhumas Polda Jabar Kombes Pol Yusri Yunus di Mapolda Jabar, Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Senin (30/1/2017).

Gelar perkara ketiga ini berlangsung hari ini selama tujuh jam atau mulai pukul 11.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Sebelumnya, pagi hari tadi, penyidik meminta keterangan tambahan satu saksi ahli. Tercatat, menurut Yusri, sebanyak 18 saksi yang sudah didengar keterangannya oleh penyidik berkaitan kasus tersebut.

Yusri menjelaskan, pihak penyidik Ditreskrimum Polda Jabar melakukan analisis dan evaluasi dalam gelar perkara. Tim penyidik, lanjut Yusri, bekerja mengumpulkan keterangan saksi-saksi dan alat bukti untuk menguatkan sangkaan terhadap Rizieq.

Rizieq disangkakan melanggar Pasal 154 a KUHP tentang Penodaan terhadap Lambang Negara dan Pasal 320 KUHP tentang Pencemaran terhadap Orang yang Sudah Meninggal.

“Perkara penistaan Pancasila dan pencemaran proklamator ini seluruhnya sudah masuk unsur dan alat bukti yang cukup,” tutur Yusri. (Detik)

Dengan ditetapkannya sebagai tersangka, tentunya ini akan lebih mudah untuk menjemputnya bahkan termasuk dengan cara paksa. Ini baru satu kasus, sementara di kasus yang berbeda yang juga menimpa dirinya bersama Firza, Firza pun sudah ditetapkan menjadi tersangka, yang mana hal ini semakin mendekatkan bahwa dia (Rizieq) juga akan ikut menyusul. Inilah buah karma atas kelakuannya sendiri.

Ketika para tauladan dalam konteks beragama berbuah kasih, Rizieq yang menyebut diri front pembela justru berbuah karma “jahat”. Yang dapat menjelaskan bahwa pekik takbir yang dia lakukan dalam berbagai aksi demonstran belakangan ini adalah PALSU.

Saya berharap kepada para pengikutnya, untuk bangkit dalam kesadaran. Untuk berpikir jernih dalam melihat realita diberbagai peristiwa. Bahwa sesungguhnya apa yang kalian ikutin itu bukan menegakkan ajaran agama melainkan menggunakan agama untuk hasrat ambisi kuasa, yang juga menggunakan kata “Tuhan” sebatas teks semata.

Terimakasih pak Polisi yang sudah menetapkan RS sebagai tersangka, jika dia tetap tak menghormati proses hukum. Maka sudah sepatutnya wewenang untuk jemput paksa dilakukan.

Kepada Rizieq Shihab selamat menikmati apa yang sudah kamu tanam. Mungkin Rizieq lupa kalau Tuhan tidak tidur.


Monyet pun berpikir, bahwa Singa tak sekuat yang dia kira. Karena di Nusantara ada Harimau Sumatera. Ini hutan rimba Indonesia bukan gurun ataupun padang pasir.

@losa terjal


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment