Monday, February 6, 2017

SBY Dan Prabowo Serukan “Selamatkan Jakarta”, Jakarta Baik-Baik Saja Kok

DUNIA HAWA - Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto dalam dalam pidatonya pada kampanye akbar yang berlangsung di GOR Soemantri Brodjonegoro, Jakarta Selatan, Minggu (29/1/2017), menyatakan, bahwa Jakarta harus direbut untuk menyelamatkan Indonesia. Prabowo menjanjikan pasangan Anies-Sandi membawa perubahan dan memperbaiki Jakarta.


Selama ini, Prabowo menjelaskan, banyak orang baik yang diam dan justru berkuasa adalah orang yang tidak baik. Menurutnya, ada sejumlah hal yang menjadi pembeda antara pasangan Anies-Sandi dengan kandidat lainnya.

“Kita akan menyambut kebangkitan bangsa. Kita lawan korupsi, kita akan bangkit, dan jangan lupa menangkan Anies-Sandi, kau menangkan Anies-Sandi, rebut Jakarta, selamatkan Indonesia,” kata Prabowo di lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Minggu 5 Februari 2017.

Pernyataan Prabowo ini agak membingunkan saya. Apakah yang sedang terjadi di Indonesia sehingga Jakarta harus direbut?? Jakarta baik-baik saja dan sedang menuju perubahan menjadi Jakarta Baru yang memanusiakan manusia dan menjadikan kotanya lebih beradab. Jakarta Baru dimulai sejak 2012 dan diharapkan akan dilanjutkan Ahok sampai 2022. Waktu yang cukup untuk memperbaiki jakarta.

Hal yang sama juga disampaikan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Meski dengan kalimat yang berbeda, pernyataan SBY punya maknsa yang sama dengan Prabowo. SBY dengan kalimatnya yang khas menyebutkan bahwa Jakarta sedang dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

Pernyataan ini disampaikan SBY saat menghadiri apel siaga calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni di GOR Ciracas, Jakarta Timur. Dalam kesempatan itu, dia meminta para pendukung untuk mengajak warga menghentikan carut marut yang terjadi di Jakarta.

“Sampaikan pada saudara kita di Jakarta. Hentikan situasi Jakarta yang tidak karu-karuan ini. Mari kita bersatu untuk itu,” tutur SBY di Ciracas, Jakarta Timur, Sabtu (4/2/2017).

“Mengapa kali ini saya turun gelanggang? Karena saya melihat situasi yang memprihatinkan. Situasi Jakarta dan situasi Tanah Air kita. Oleh karena itu saya tidak berpanjang lebar. Kami ingin Jakarta di masa depan makin baik, makin maju, tidak terus goncang seperti sekarang ini,” jelas dia.

Tidak bisa saya pahami mengapa SBY menyatakan bahwa Jakarta dalam kondisi memprihatinkan dan tidak karuan. Padahal kalau ditelisik lebih dalam, Jakarta menjadi seperti saat ini bukanlah karena kepemimpinan Ahok, melainkan karena ulah politik para pesaing Ahok.

Hal ini sangat jelas bisa kita lihat dari perjalanan Pilkada DKI Jakarta. Kondisi yang memprihatinkan dan tidak karuan ini karena pergerakan FPI yang membungkus diri dengan nama GNPF MUI. Pergerakan mereka dimulai dengan menggoreng isu surat Al Maidah 51 yang disampaiakn Ahok. Pemicu awalnya adalah Buni Yani yang mengompori dan melakukan provokasi. MUI pun terlibat dengan mengeluarkan pendapat keagamaan tanpa Tabayyun.

Kalau diamati, mereka ini semua berafiliasi dengan lawan Ahok pada Pilkada kali ini. Para aktor politik di dalamnya adalah lawan politik Ahok yang terdjolimi oleh kebijakan Ahok yang menutup Kalijodo, Tranparansi anggaran, Pokir yang dihilangkan, dan sumbangan ke ormas-ormas tidak jelas. Semua bersatu dan melawan Ahok.

Prabowo dan SBY meski tidak terlibat secara langsung, terindikasi juga terkait dengan kekacauan dan tidak karuannya Jakarta dan bahkan merembes ke Indonesia. Kalau Prabowo jelas kaitannya dengan nama Fadli Zon yang manuver politiknya terlihat jelas pada aksi 411. Pada aksi 212 tidak tampak karena adanya pergerakan pihak Kepolisian mencegah makar.

SBY sendiri manuvernya jelas sangat nyata. Melakukan konpres sebelum aksi 411 dan memprovokasi agar kasus Ahok dipercepat jelas membuktikan SBY terkait dalam tidak karuannya Jakarta. Bukannya menenangkan, SBY malah memperkeruh suasana. Tidak lupa juga menembak Jokowi dalam konpresnya.

Lalu bagaimanakah sebenarnya kondisi Jakarta?? Kalau melihat kondisi realnya, maka Jakarta baik-baik saja. Yang membuat tidak bai dan tidak karuan adalah FPIers yang selalu datang bergerombolan kemana saja. Sidang Ahok, bergerombol. Rizieq diperiksa bergerombol. Cuman saat Rizieq chat saja yang tidak bergerombol. Hehehe..

Ini adalah beberapa fakta Jakarta saat ini baik-baik saja dan semakin manusiawi.

1. Banjir tidak lagi parah.


Tidak banyak lagi kita lihat daerah Jakarta yang banjir parah. Meski masih ada genangan, Ahok sudah mempersiapkan PPSU untuk segera menyurutkannya. Ada target waktu untuk menyurutkan genangan sehingga genangan tidak mengganggu aktivitas warga.

Dalam kunjungannya ke wilayah Cibubur, Ciracas, Jakarta Timur. Ahok menyempatkan diri melihat lokasi yang masih banjir. Meski lokasi ini masih banjir, Warga menyatakan sudah lebih baik daripada tahun sebelumnya.

“Di sini masih banjir, Pak. Yang paling parah 2 tahun lalu. Kalau sekarang sudah mendingan, tapi masih banjir,” kata warga kepada Ahok di lokasi blusukan, Senin (16/1/2017).

Menurut Ahok, permasalahan di wilayah tersebut adalah proses normalisasi Kali Cipinang yang belum selesai. Ahok pun berjanji akan segera menyelesaikan normalisasi agar banjir tidak terjadi lagi.

“Ini masalahnya normalisasi (Kali) Cipinang belum selesai semua. Nanti akan segera saya selesaikan waktu saya masuk lagi,” ujar Ahok berjanji kepada warga.

Ada juga seorang warga bernama Hindarti, yang mengapresiasi kinerja Ahok sebagai gubernur. Hindarti menceritakan, sekolahnya, SMA Negeri 8 Bukit Duri, sudah tidak terendam banji.

“Saya terima kasih karena membuat SMA 8 Bukit Duri tidak banjir lagi. Ini terjadi sejak Pak Basuki naik (jadi gubernur). Padahal dulu banjir sampai lantai dua,” kata Hindarti.

2. Sungai mulai bersih.


Dulu saya berpikir Jakarta tidak akan pernah bersih sungainya. Saya juga berpikir tidak akan ada yang berani menggusur warga dari daerah pinggiran sungai yang merupakan daerah sempadan dan harus steril dari bangunan. Jokowi-Ahok datang dan sungai akhirnya dinormalisasi serta warga disana digusur ke tempat yang lebih beradab.

Sungai bersih terealisasi karena pihaknya saat ini memiliki para petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU), di mana pihaknya juga memiliki Unit Pelaksana (UP) Badan Air yang memantaunya terus.

“Saya bikin sistem, semua sungai berjarak, kami gunakan smart city. Saya tahu persis sungai ini kalau kotor siapa yang tanggung jawab? Jadi beda, JEDI itu untuk normalisasi sungai,” kata Ahok.

Bahkan saking identiknya sungai Jakarta bersih karena Ahok, search engine Google mengoreksi “sungai bersih karena Foke” langsung bawahnya ada tulisan “Did you mean sungai bersih karena Ahok?. saya yakin warga Jakarta juga merasakan perubahan yang baik ini.

3. Pelayanan Birokrasi yang semakin baik.


Jakarta pelayanan birokrasinya semakin baik. Bukan hanya pelayanan kepada warga, kepada pihak pengusaha juga ditingkatkan percepatan pelayanannya. Hal ini sangat dirasakan oleh warga yang mengurus administrasi semakin cepat dan bebas pungli.

Hal ini memang menjadi target Ahok supaya pelayanan kepada warga semakin baik. Bagi Ahok, rakyat adalah tuan yang harus dilayani dengan baik. Ketahuan pungli maka siap-siap dipecat. Karena Ahok sudah mensejahterakan birokrat, maka melakukan pemecatan karena pungli adalah konsekuensi yang wajar.

Djarot Saiful Hidayat, pasangan Ahok, memastikan sudah tidak ada pungutan liar di pemerintahan Provinsi DKI Jakarta saat mereka memimpin. Ketika birokrasi dan sumber daya sudah dibenahi, maka ada harapan pekerjaan rumah di DKI cepat diselesaikan.

“Coba dilihat apakah ada lagi pungutan liar? Mereka warga sudah percaya pemerintahan Basuki-Djarot sudah terbukti,” tegas Djarot.

4. Menyediakan tranportasi massal yang nyaman demi mengatasi macet.


Ahok sudah mengeksekusi proyek MRT dan LRT yang akan digunakan nanti untuk mengatasi macet. Transportasi massal tersebut akan membuat Jakarta sejajar dengan Singapura dan daerah padat penduduk lainnya di dunia yang memiliki MRT dan LRT. Hal ini akan menjadi solusi mengatasi macet.

Warga diminta sabar karena pembangunan tersebut membutuhkan waktu. Jika sudah selesai, maka kemacetan Jakarta akan bisa diurai karena semakin banyak yang beralih ke transportasi massal.

Calon gubernur DKI Jakarta petahana, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), meminta warga bersabar menghadapi kemacetan Ibu Kota. Bahkan, Ahok mengibaratkan kemacetan sementara tersebut seperti proses perempuan melahirkan.

“Ini kan seperti Ibu yang lagi proses melahirkan, sakit kan Bu? Tetapi setelah bayinya keluar, saking senangnya, lupa sakitnya. Seperti itu Ibu. Saya kira, sabar saja dulu. Saya juga sabar macet terus,” kata Ahok, di Rumah Lembang, Jakarta Pusat, Jumat (25/11/2016).

Selain itu juga Ahok menyediakan 77 trayek baru bus transjakarta dengan bus-bus baru. Proses agak lama karena Ahok ingin pengadaan bus dilakukan oleh karoseri di Indonesia.

“Selain itu, kita juga akan menambah 77 trayek baru bus transjakarta,” ujar Ahok dalam Debat Cagub DKI 2017 putaran kedua di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Jumat (27/1/2017) malam.

Saya yakin, kalau mau menambahkan, setiap warga tidak akan kesulitan memberikan perbaikan dan perubahan apa saja yang telah dilakukan Ahok. Jakarta sudah semakin baik karena era Jakarta Baru yang diusung Jokowi-Ahok. Tidak karuannya Jakarta jelas adalah karena manuver aktor politik yang erat kaitannya dengan para pesaing politik.

Jadi, kalau ada yang mengatakan Jakarta tidak karuan dan memprihatinkan, mungkin dia bukan warga Jakarta. Mungkin dia adalah warga Cikeas dan Hambalang yang tidak masuk Jakarta. Jakarta mau semakin baik, serahkan sama ahlinya. Siapa lagi kalau bukan Ahok.

Salam Ahok

@palti hutabarat


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment