Saturday, February 18, 2017

Pandji Membocorkan Senjata Anies-Sandi

DUNIA HAWA - Iseng-iseng saya membaca tulisan Pandji Pragiwaksono, yang merupakan juru bicara resmi Anies – Sandi. Saya penasaran dengan judul tulisannya yang unik : ” Saya DIbayar Anies Baswedan”. Saya ingin tahu berapa bayaran seorang juru bicara Anies – Sandi. Ternyata judul tersebut hanya PHP saja. Seperti Anies, Pandji ini jago retorika. Sampai ujung tulisan maha panjang tersebut tidak ada jawaban berapa bayaran yang diterimanya dari Anies – Sandi. Tulisan yang tayang tanggal 14 Februari 2017 pastinya hanya bertujuan promosi di satu hari sebelum pencoblosan.


Awal-awal Pandji mulai menulis dan mempromosikan Anies – Sandi, banyak follower dan penggemarnya yang mengomentari tulisannya. Kebanyakan komentar negatif didasari perasaan kecewa setengah tidak percaya. Seperti Anies, Pandji ini juga tadinya membranding dirinya sebagai seorang yang menghargai keragaman Indonesia. Bisa dibayangkan betapa besar kekecewaan para penggemarnya ketika ternyata semua itu hanya topeng dan aksi panggung belaka. Ratusan komentar mewakili perasaan mereka. Belakangan, tulisan terakhir ini hanya mendapatkan 8 komentar saat saya menuliskan artikel ini. Saya duga penggemar Pandji akhirnya menerima kenyataan dan move on. Seperti juga banyak fans Anies yang akhirnya menerima kenyataan dan move on. Dari segi jumlah, fans Anies yang melihat dia sebagai sosok nasionalis tidak cukup banyak. Dalam hitungan politik Anies, lebih banyak pendukung FPI daripada fans yang mengidolakan dia sebagai sosok nasionalis. Well…  Kalau Anies menang, Pandji kemungkinan punya job di Pemprov DKI. Kalau Anies kalah, mungkin Pandji akan stand-up comedy di depan laskar FPI. Karena saya duga fans lamanya sudah banyak yang kabur.

Meski tidak menemukan jawaban berapa gaji Pandji sebagai juru bicara Anies – Sandi. Tulisan tersebut memberikan pencerahan. Saya menemukan bahwa bahkan setelah 4 bulan kampanye, tim kemenangan Anies – Sandi hanya punya 3 senjata menyerang Ahok – Djarot sebagai petahana. Untuk hal ini saya angkat topi buat Ahok – Djarot. Begitu cemerlangnya kinerja mereka sehingga sulit buat lawan politik mereka untuk menemukan kelemahannya. Bahkan kalau dicermati, 3 senjata andalan Anies – Sandi adalah hasil dramatisasi.

Senjata Pertama, Ahok Tukang Gusur Yang Kejam


Dampaknya, dalam beberapa bulan Pak Basuki menggusur 8000 kepala keluarga. Coba bandingkan dengan Fauzi Bowo yang menggusur 3200 kepala keluarga dalam 5 tahun!

Sampai sini saja harusnya cukup membuat anda tercengang. 8000 dalam beberapa bulan vs 3200 dalam 5 tahun. Kalau dibilang Pak Basuki bisa kerja, kelihatannya bisa banget bahkan lebih gesit daripada Pak Foke dalam urusan menggusur. Kelihatannya Pak Basuki ingin bekerja dengan cepat agar pembangunan berjalan. Tapi Ayah almarhum pernah berpesan “Cepat, boleh. Buru-buru, jangan”.

Saya pernah curiga kalau-kalau Pandji ini adalah anggota tim sukses Ahok yang diseludupkan Pernyataannya hanya membuat saya tambah kagum kepada Ahok. Membandingkan Ahok dengan Fauzi Bowo sungguh cemerlang. Yang satunya kerja dan menunjukkan hasil kerja, yang satunya hanya bisa ngaku-ngaku sebagai ahli tapi tidak ada hasilnya.

Anies – Sandi boleh membungkus penggusuran dengan retorika indah. Tapi semua yang cerdas dan waras tahu, penggusuran (mau dinamakan apapun itu) perlu dilakukan kalau Jakarta mau jadi kota yang lebih baik. Jika Jakarta mau mengatasi banjir, maka sungai-sungai perlu dibenahi dan pemukiman di pinggir sungai perlu digusur. Titik. Terimalah kenyataan bahwa selama ini Jakarta salah urus dan kalau ingin dibenahi ya perlu ada penggusuran. Pilihannya hanya ada dua, dibereskan atau dibiarkan.

Selain anda bisa baca cerita mengenai pilunya orang orang yang dipindah ke rusun setelah dicabut dari kehidupan lamanya sehingga tidak bisa berpenghasilan (Ya bayangin aja seumur hidup biasa nyari penghasilan dari laut tiba tiba dipindah 24km dari sana) juga dituliskan di artikel itu bahwa warga gusuran menambah jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan.

Kalau urusan retorika, Pandji memang hanya kalah dari Anies. Tulisannya penuh drama yang mengharukan. Seakan-akan mereka yang digusur itu diperlakukan tidak manusiawi. Come on. Pemprov DKI menyediakan tempat tinggal layak bagi mereka, pendidikan gratis untuk anak-anak mereka, bahkan transportasi gratis plus fasilitas kesehatan gratis. Masih pakai minta pindahnya jangan jauh-jauh? Saya yakin kalau itu bisa dipenuhi, Pemprov DKI akan dengan senang hati mengabulkan. Buat apa menambah masalah dengan protes-protes warga gusuran?

Tapi semua orang waras dan cerdas tahu bahwa itu tidak semudah janji kampanye. Kenyataan berbeda Bos. Apakah ada banyak lahan tanah di Jakarta yang tinggal pilih untuk dijadikan rusun? Setiap jengkal tanah di Jakarta sudah ada pemiliknya. Di lokasi idaman warga gusuran, apakah pemilik tanah mau menjualnya kepada Pemprov DKI? Bahkan pasangan muda dari kalangan menengah tidak mampu membeli rumah di Jakarta. Mereka membeli rumah di Tangerang, Bekasi, Depok, bahkan Bogor. Entah berapa banyak dari mereka yang harus bangun jam 5 pagi untuk pergi bekerja dan jam 9 malam baru kembali pulang ke rumah. Ngaca dulu sebelum protes karena dipindahkan ke rusun yang jaraknya 24 km dari laut.

Senjata Kedua, Ahok Disetir Pengembang Karena Mengijinkan Reklamasi


Apakah tiba-tiba warga DKI Jakarta jadi pecinta lingkungan? Kalau benar kita perlu sujud syukur. Tidak ada lagi yang membuang sampah sembarangan. Tidak ada lagi sungai-sungai yang kotor dan bau. Tidak ada lagi polusi udara, karena kita lebih suka naik sepeda daripada naik mobil. Sebelum bicara soal reklamasi mending ngaca dulu.

Issue reklamasi adalah issue politis yang diangkat untuk menyerang Ahok sebelum issue penistaan agama muncul. Ketika issue penistaan agama lagi ngetop, issue ini menghilang. Sekarang ketika issue penistaan agama semakin memudar, issue lama ini dikeluarkan kembali.

Janji kampanye Anies – Sandi yang penuh retorika mengatakan bahwa mereka menolak reklamasi. Tidak ada banyak penjelasan detail, namanya juga retorika. Mumpung bisa sok jadi pahlawan membela hak nelayan yang terusik reklamasi. Bagaimana dengan hak para investor yang sudah berinvestasi? Bolehkan Pemprov DKI seenak jidat membatalkan perjanjian yang sudah disepakati? Bagaimana dengan fungsi pulau-pulau reklamasi untuk melindungi Jakarta?

Saya tidak mengaku mengerti soal-soal teknis reklamasi sehingga bisa membela perlunya reklamasi. Tapi saya bisa membaca dengan mudah provokasi di balik issue ini. Seakan-akan Ahok melindungi kepentingan pengembang. Seakan-akan Ahok disetir oleh 9 naga atau apalah. Kalau Anda kenal tanyalah kepada para bos pengembang apakah mereka menyukai Ahok. Mereka jauh lebih susah di bawah Ahok. Segala sesuatu harus sesuai aturan. Belum lagi ditodong untuk dana CSR.

Senjata Ketiga, Mulut Ahok!


Saya juga setuju kalau Ahok perlu lebih mengontrol kata-katanya. Meski Ahok hanya marah kepada orang yang bersalah. Tapi sebagai pejabat publik dan politikus, kata-katanya yang salah mudah dimanfaatkan oleh lawan politiknya. Akibatnya, dia juga yang repot. Dia jadi tidak bisa fokus kerja karena perlu menghadapi serangan macam-macam dari lawan politiknya.

Tapi namanya manusia, adakah yang sempurna?  Saya tidak sempurna. Saya yakin Pandji dan Anies pun tidak. Saya lebih senang punya Gubernur yang ngomongnya sembarangan tapi hasil kerjanya jelas. Daripada bicara santun dan penuh retorika sekelas Mario Teguh, tapi tidak ada hasil kerja sehingga akhirnya dipecat. Saya meyakini Ahok begitu unik dan berharga untuk DKI Jakarta. Susah mencari seseorang yang mau menghadapi para mafia anggaran, mempertahankan setiap sen APBD dari tikus-tikus, menentang oknum DPRD, kerja keras sampai lembur-lembur demi menyejahterahkan warga DKI Jakarta.

"Kalau anda mencari Gubernur untuk anda sendiri, maka pilih Pak Basuki, saya tidak akan menghalangi anda. Bahkan saya mendukung anda. Tapi saya akan ada di seberang anda. Karena saya tidak perlu dibantu oleh Gubernur DKI Jakarta. Saya terdidik dan saya berdaya. Saya bisa mandiri dan memperjuangkan keperluan saya sendiri. Adalah warga Kampung Akuarium, warga Kampung Duri, dan seluruh warga DKI Jakarta lain yang suaranya tidak ada di social media, yang lebih butuh bantuan dari seorang Gubernur DKI Jakarta."

Tuh kan! Saya semakin yakin Pandji ini adalah mata-mata Ahok yang disusupkan ke tim Anies-Sandi. Selama dua puluhan tahun saya tinggal di Jakarta, baru Jokowi – Ahok yang saya lihat mengusahakan kesejahteraan warga DKI. Apakah Pandji tidak merasakan hal yang sama? Atau dia hanya pura-pura saja menutupi samarannya agar tidak ketahuan.

@petrus wu


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment