Wednesday, February 15, 2017

Selama Menjabat Sebagai Presiden, SBY Tak Pernah Melakukan Intervensi?

DUNIA HAWA - Sambil nunggu quick count hasil akhir Pilkada DKI yang sudah diprediksikan bakal menambah 2 pengangguran baru di Jakarta, sebagai penggembira iseng-iseng ikut nulis meramaikan polemik terkait nyanyian Antasari. Jika pembaca masih bertanya apa maksud Jakarta bakal tambah 2 pengangguran baru, harusnya sudah bisa menebak sendiri pasangan calon mana yang bakal tersingkir. Satunya adalah seorang perwira muda yang rela meninggalkan karirnya di militer dengan pasangannya seorang mantan Pegawai Negeri Sipil.


Janji Antasari mencari keadilan karena menganggap kasusnya direkayasa hingga harus menjalani hukuman kurungan sekitar 8 tahun mulai dinyanyikan kemarin,  Selasa,14.02.2017. Satu hari menjelang hari pencoblosan Pilkada serentak. Adanya tudingan bahwa ada motif politik untuk menggerus suara paslon Agus-Sylvi terbantahkan ketika Antasari menjelaskan bahwa dipilihnya hari tersebut bukan atas inisiatifnya. Namun adik dari korban pembunuhan Nasrudin Zulkarnain, Andi Syamsuddin, yang memintanya beralasan kemarin adalah hari terbunuhnya sang kakak.

Soal tergerusnya suara Agus-Sylvi bila berdasarkan survei kebanyakan lebih diakibatkan penampilannya saat debat, selain kasus dugaan korupsi yang menjerat Sylvi. Masyarakat menilai sosok pasangan ini belum cukup mampu dan kejujuran serta kebersihannya masih diragukan untuk memimpin Jakarta. Jadi kalau ada pihak-pihak mau menyalahkan Antasari dengan nyanyiannya yang dilakukan 1 hari menjelang coblosan, kurang tepat. Lebih baik menyalahkan KPUD kenapa harus mewajibkan paslon melakukan debat.

Kembali pada judul. Ini bukan kejadian aktual tetapi peristiwa yang sempat terekam beberapa tahun lalu. Fahri Hamzah, salah satu wakil ketua DPR dan saat ini berstatus independen karena tidak memiliki partai politik, sempat bercerita terkait kasus Aulia Pohan yang akan ditahan oleh KPK yang waktu itu diketuai oleh Antasari. Dikisahkan bahwa SBY sebagai besan Aulia Pohan marah karena besannya akan ditahan. Fahri Hamzah pun sempat memarahi SBY dan mengatakan mantan Presiden tersebut tidak bertindak sebagai pengabdi sistem yang baik. Selengkapnya kutipan dari berita Kompas.com tahun 2013.

“Begini-gini, saya pernah marahin SBY. Saya berdebat berempat di Istana dengan Pak SBY. Ternyata Pak SBY marah ke Antasari karena besannya ditangkap,” ujar Fahri dalam diskusi di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Jumat (21/6/2013).

Ketika itu, Fahri mengaku mendebat Presiden yang telah memarahi Antasari. Seharusnya, Presiden tidak ikut campur sebagai abdi negara. “Saya sayangkan Pak SBY tidak bertindak sebagai pengabdi sistem yang baik,” ucapnya.

Kenapa berita lama ini ditampilkan kembali, alasannya sederhana saja. Ini kemungkinan ada korelasi dengan nyanyian Antasari dalam wawancara di stasiun TV swasta yang menyatakan didatangi seseorang dengan membawa misi dari Cikeas agar Aulia Pohan tidak ditahan. Ada ketidakterimaan SBY dengan kasus yang menimpa besannya tersebut. Berbeda dengan berita yang beredar dan selalu disuarakan oleh partai Demokrat bahwa SBY selama menjabat Presiden tidak suka mencampuri masalah hukum. Marahnya SBY kepada Antasari seperti yang diceritakan oleh Fahri Hamzah bisa dimaknai sebagai reaksi bentuk ketidak terimaannya pada penegak hukum. Tidak bisa menerima kerja KPK sebagai salah satu unsur penegak hukum negara karena menyangkut kasus yang melibatkan besannya.

Sebelumnya Antasari dalam berbagai kesempatan diwawancarai hanya menyebutkan orang yang datang ke rumahnya adalah pebisnis media. Masyarakat pun dibiarkan menebak-nebak. Namun akhirnya kemarin menjadi terang benderang setelah menyebut nama Harry Tanoe.

Berbagai bantahan sudah dilakukan oleh SBY baik dalam bentuk cuitan twitter maupun konperensi pers. Bahkan tim dari Demokrat telah melaporkan Antasari ke Bareskrim dengan tuduhan fitnah dan pencemaran nama baik. Begitu pula dari pihak Harry Tanoe lewat kuasa hukumnya juga telah membantah.

Kasus yang sepertinya masih akan panjang ceritanya. Melihat sosok Antasari yang dulu memimpin KPK dan cukup disegani oleh para koruptor karena ketegasannya, tentu tidak akan sembarangan mengeluarkan omongan bila tidak disertai bukti dan saksi. Jangan sampai pernyataannya hanyalah omong kosong belaka dan bisa mengakibatkan dirinya kembali masuk bui lagi.

Bagi SBY tahun ini memang bukan tahun keberuntungannya. Putra mahkota yang digadang untuk menjadi DKI I gagal, persoalan-persoalan semacam kasus Antasari, Hambalang, Century, IT KPU serta berbagai kasus lain sepertinya akan menghadang di perjalanan karir politiknya. Masyarakat pun hanya bisa menunggu dan berharap kebenaran akan terbuka secara terang benderang.

Salam Anu

@alde



Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment