Saturday, February 4, 2017

Begini Pengakuan Tokoh NU Mengenai Isu Ma’ruf Amin

DUNIA HAWA - Seorang tokoh NU bernama Ahmad Baso ternyata mencium bau tak sedap mengenai isu yang berlarut-larut antara Ahok dan Ma’ruf Amin. Pernyataan Ahok yang dianggap tidak sopan terhadap ulama dipermasalahkan hingga terlihat seolah tak ada ujungnya. Kalau mau disederhanakan, kasus yang melibatkan Ahok dan Ma’ruf Amin sebenarnya—menurut saya—sudah digoreng hingga aromanya begitu lezat dan menggugah selera siapa pun yang berkepentingan. Ingat, yang berkepentingan dan yang merasa diuntungkan dengan isu ini.


Padahal Ahok sudah meminta maaf lewat klarifikasi secara tertulis. Masih tidak cukup, Ahok terus dipaksa untuk minta maaf, dan Ahok pun meminta maaf lewat video dan belum sempat terdengar adanya pertemuan langsung antara dua orang ini. Salah tidaknya ucapan Ahok, biarlah pembaca yang menilai sendiri. Tapi Ahok setidaknya sudah gentleman mau meminta maaf meski saya yakin banyak yang akan ngeles dengan mengatakan bahwa Ahok tidak tulus, minta maaf pun karena ingin mengamankan suara karena sedang dalam masa kampanye. Terserah mereka lah. Tidak minta maaf, dikecam habis-habisan. Minta maaf, dibilang pencitraan. Terserah mereka asal mereka senang dan puas.

Padahal Ma’ruf Amin sudah memaafkan Ahok. Meski belum mendengar langsung permintaan Ahok yang disampaikan melalui media, pada prinsipnya dia sudah memaafkan Ahok yang sudah bersedia meminta maaf. “Namanya orang sudah minta maaf masa tidak dimaafkan,” ujar Ma’ruf.

Ma’ruf juga tidak ingin memperpanjang masalah dengan mengimbau kepada semua kader PBNU di tanah air untuk bersedia memaafkan Ahok. Menurutnya kader PBNU harus tenang dan bisa menahan diri. “Kami nggak ada musuh-musuhan,” kata Ma’ruf.

Kalau yang sudah bersangkutan sudah meminta maaf dan satunya lagi sudah memaafkan, lantas mau apa lagi? Nah, sayangnya kasus ini seolah tidak bisa dipadamkan karena ada beberapa pihak yang seolah sedang menyiram bensin agar apinya tetap membara. Ahmad Baso yang juga mantan komisioner HAM masa periode 2007-2012 mengatakan, isu ini berlanjut karena disinyalir ada pihak-pihak yang melakukan politisasi, dan terang-terangan menunjuk orang-orang di sekitar SBY. Sebuah pernyataan yang berani dan lantang namun tidak terlalu mengejutkan.

Jika meneliti konpers SBY dengan penjelasan super aneh, kita semua sudah tahu maksud dari SBY. Sikapnya sebagai mantan negarawan sangat tidak cocok saat itu. Sangat pesimis, tampak jelas sedang bermain peran sebagai korban yang dizolimi, reaksi panik seperti cacing kepanasan, membuat asumsi disadap yang belum terbukti jelas hingga berencana menggulirkan hak angket yang mengada-ada. Melihat ini saja sudah jelas ada yang tidak beres dari isu ini.

“Orang-orang sekitar SBY sudah matang dalam politisasi agama sejak Gud Dur RI 1,” katanya yang juga menulis buku NU Studies dan biografi KH Ma’ruf Amin ini. Sebelumnya dia juga menduga isu FPI yang dipakai dalam berbagai isu tapi karena sekarang FPI sedang sempoyongan karena banyaknya kasus yang dilaporkan oleh banyak orang, terutama Habib Rizieq yang terkenal dengan skandal chat yang *sensor*.

“Kartu FPI sudah mati sejak banyak kasus numpuk di kepolisian. Tinggal mainkan kartu massa NU lewat settingan Ma’ruf Amin. Efeknya dahsyat kalau digoreng tiap hati,” tambahnya. See, tidak jauh beda dengan ulasan penulis. Terlalu tidak masuk akal kalau bilang kasus Ahok tidak dipolitisasi. Ucapan Ahok, jika ada celah, akan dimanfaatkan dengan potensi maksimalnya demi keuntungan pihak yang berkepentingan. Ini adalah salah satu strategi bagus tapi licik ala pengecut yang tidak berani bersaing dengan sehat sehingga pikirannya sakit.

Dulu ucapan Ahok mengenai Al Maidah dibenturkan dan GNPF MUI serta FPI begitu lantang melawan. Siapa pun tahu kalau aksi tersebut terlalu berlebihan dan tidak wajar. Sekarang pentolan GNPF MUI dan FPI sedang terkena kasus berlapis-lapis sehingga waktunya habis untuk membela diri. Seolah ada yang tidak senang, ucapan Ahok terhadap Ma’ruf Amin kemudian dipaksa goreng hingga menjadi heboh. Sasarannya, seperti yang dikatakan Ahmad Baso, membentukan NU dengan Ahok. Pokoknya begitu ada celah dan peluang, Ahok akan dibenturkan dengan siapa pun. Jika tidak ada cara lain lagi, mungkin Ahok akan dibenturkan dengan kebo sekalian, biar mantap. Sebuah pertanyaan kecil namun butuh renungan, jika Ahok muslim atau ini bukan masa Pilkada atau tidak mencalonkan diri jadi Gubernur, apakah isu ini akan diperbesar atau malah berlalu begitu saja?

Seperti yang pernah saya katakan politik dan agama adalah dua hal yang sangat sensitif untuk dibahas. Butuh pikiran sehat dan bijak untuk menyikapinya. Jika politik dicampur dengan agama dan disikapi oleh gerombolan sumbu pendek, maka silakan tanyakan pada cicak di dinding apa yang akan terjadi. Negara lain isunya mengenai urusan negara, Indonesia isu panasnya adalah urusan penistaan agama dan ulama.

Bagaimana menurut Anda?

@xhardy


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment