Sunday, January 29, 2017

Patrialis Akbar Munafik

DUNIA HAWA - Hari ini ingin sekali jari-jari saya menulis, tapi tidak memiliki ide ketika keinginan itu datang. Tiba-tiba saya diberi Ilham oleh Patrialis Akbar. Tertangkapnya Patrialis Akbar menambah jumlah artikel tidak berbobot saya untuk menjelaskan keluh kesah saya melalui tulisan. 


Hari ini rakyat Indonesia kembali disuguhi pemberitaan bagaimana kemunafikan pejabat kita mempergunakan wewenangnya untuk kepentingan pribadi maupun kelompoknya, Lagi-lagi suap-menyuap. Hakim MK kembali tertangkap tangan sedang menerima suap oleh KPK.

Disaat bangsa ini sangat berharap kepada penjaga Konstitusi, Patrialis Akbar diduga telah membengkokkan keadilan itu dengan menerima suap. Hari ini rakyat Indonesia harus legowo lagi, ternyata kemunafikan di negeri ini masih menguasai bangsa kita. 

Patrialis Akbar, yang selama ini kita ketahui sebagai tokoh Nasional yang agamis. Dengan menampakkan wujudnya seakan-akan menjadi yang terdepan dalam meneladani Nabi Muhammad SAW, memberikan nasihat kepada kita agar menjadi anak yang soleh, melarang memilih cagub yang tidak seiman.

Usut punya usut ternyata beliau jauh lebih busuk ketimbang orang yang beliau panggil Kafir tersebut. Yang dia teriakkan si penista Agama, ternyata dia sendiri yang menistakan Agama Islam.

Tentunya yang teriak bela Agama akhir tahun lalu, sudah pasti ada yang tetap akan membela pak Hakim ini. Ada yang diam. Ada yang pura-pura tidak tahu atau malah makin menunjukkan kedunguannya dengan teriak-teriak si Bapak di Kriminalisasi.

Duta besar Palestina yang sudah jelas memberikan sikap resmi menyatakan kekecewaannya karena bendera Negaranya dikibarkan seenak jidat, bilangnya bukan sikap resmi bangsa Palestina. Sehingga ketika akal sehat konslet, sikap duta besar-pun dianggapnya bukan sikap yang mewakili secara resmi, Prihatin!

Allah yang Maha Kuasa sepertinya kembali menunjukan satu per satu aib para munafikun. Masalahnya para munafikun ini kurang ajar, mereka menganggap mayoritas masyarakat Indonesia masih bodoh. Dengan mengatas--namakan agama untuk kepentingan politik kelompoknya.

Ternyata pak Patrialis Akbar menutupi sikap korupnya dengan membalut diri terlihat agamis. Sudah seenaknya menafsikan kalimat Allah sesuai selera, beliau juga berani melanggar sumpahnya didepan kitab suci Al-Qur'an ketika dipercaya untuk menjadi Hakim MK. 

Alih-alih diberi amanah Hakim MK, Pak Patrialis Akbar malah mengkhianati amanah itu sendiri. Padahal Pak Patrialis baru saja ceramah mengenai amanah sebuah jabatan. Hehehehe sakit gigi saya. Mungkin amanah itu berlaku untuk orang lain, bukan dirinya.

Orang lain tidak boleh membengkokan keadilan, tapi beliau boleh. Tertangkapnya pak Patrialis Akbar menjadi contoh dari sekian banyak pejabat kita berusaha menutupi sikap korupnya dengan Agama.

Masih ingat politisi Muhammad Sanusi? Penerima suap Raperda Reklamasi ini sebelum kebusukannya dibongkar KPK beliau dengan meletup-letup menyatakan siap apabila diusung menjadi calon Gubernur DKI Jakarta ketika itu. Dengan lantang mengatakan akan mengusung konsep syariat Islam di Jakarta, begitu katanya di acara Matanajwa. Penulis pikir, kita harus sudah mulai bisa membedakan siapa penista agama yang sesungguhnya.

Apabila hal ini terus terjadi, sangat berbahaya untuk rakyat yang masih polos. Mereka akan terus disuguhi munafikun agama memainkan aksi panggungnya dengan menarik-narik agama untuk sebuah kebatilan.

Negara jangan diam, Negara harus terus turun tangan untuk melenyapkan kemunafikan ini. Jika tidak, bangsa kita bisa terus ditertawakan Negara lain karena rakyatnya selalu dipergunakan seperti pion dengan sentimen Agama.

Semoga setelah ini tidak ada propaganda Islam sedang diserang, tokoh agamis di kriminalisasi, Negara kok menjadi kacau atau Indonesia sedang dikuasai asing aseng dan wahyudi. Dan yang paling lucu, berhalusinasi PKI sedang bangkit tanpa membaca dan memahami sejarah Indonesia membuktikan kebencian memang sering menunjukkan kebodohan kita, ketidak-tahuan yang mempermalukan diri sendiri.

Harapan penulis, semoga setelah ditangkapnya Patrialis Akbar, kedepan tidak terjadi lagi Hakim tertangkap basah sedang menerima suap. Sebagai pengadil, sungguh sangat berat tugas sebagai Hakim.

Tanggung jawabnya sangat dipertaruhkan di akhirat kelak. Jika ia memutuskan sebuah perkara dengan hukum yang menyelisihi keadilan dan nilai-nilai syara, tempatnya adalah di Neraka. Begitulah nasihat Kiai kepada penulis ketika kecil. Jadi, hati-hati ya pak Hakim.


@bintang pamungkas


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment