Sunday, January 29, 2017

Memahami Hayalan Anies si Pemimpi

DUNIA HAWA - Geram  rasanya bicara dengan penyaji ide dan program yang terus menerus saja melantur tanpa pijakan, apakah ada yang kurang dari kami masyarakat, sehingga paslon yang satu ini terus saja melantur kemana-mana disetiap materi yang dipertanyakan, orang menuduhnya sebagai penghayal  karena menerawang di selasar masa depan, menyajikan ide-ide yang  menjadi  keyakinan si  Anies.


Teringat saat kita menyelesaikan masa  pendidikan kita dibangku kuliah, bukankah ketika karya tulis tersebut dibuat apakah itu skripsi, tesis maupun disertasi  bermula  dari sesuatu permasalahan dan ada mengandung ketertarikan untuk dibahas dan memang mengandung nilai manfaat apakah itu untuk skala yang kecil atau besar.  Namun ketika Anies sebagai politisi yang mempunyai latar belakang seorang akademisi dengan terus-menerus membahas permasalahan dan melontarkan hal-hal yang menarik  untuk dibicarakan dan dibahas namun tanpa ada usulan nyata entah itu berupa idea atau program yang dapat didiskripsikan utuh dan bermanfaat untuk masyarakat, ini terkesan lebih sebagai hasrat pribadi namun tidak mengandung nilai manfaat sebab tidak dapat dirasakan relevansi  ide dan program tersebut.

Sudah banyak para politisi yang mempunyai berbagai macam latar belakang yang cukup baik dan berakhir sangat mengecewakan ketika masuk kedalam dunia politik, awalnya ada harapan ketika sosok akademisi yang diwakili oleh Anies untuk masuk kedunia politik untuk dapat berperan agar budaya dan etika “kotor” politik dapat digeser ke tempat yang bersih.  Namun dengan memutuskan untuk berdekatan dengan para kaum sesapian dan tokoh yang keras kepala tidak mau move on dan selalu saja main presiden-presidenan  dengan mengendarai kuda tunggangannya  terus menerus mengisi kesehariannya dengan mimpi menjadi presiden, generasi tua adalah generasi yang selalu bicara masa lalu, sementera generasi muda selalu bicara masa depan….itu salah satu kata-kata motivasi yang dilontarkan Anies, jika saja Anies masih ingat kata-kata tersebut, harusnya dia bisa mewarnai lingkungannya dan tidak terpengaruh oleh generasi “tua” yang selalu bicara masa lalu tentang  kebesaran dan kesuksesan segala pencapaiannya dahulu, Anies sangat mengecewakan dengan bergaul intens dengan golongan tersebut dan tidak dapat mewarnainya (berpengaruh).

Dalam debat selalu saja Anies menyajikan  partisipasi masyarakat dan kepemimpinan gerakan, dalam tema-tema debat tidak lupa melontarkan kata-kata, ini adalah kepemimpinan gerakan, dan kita akan bersama-sama dengan masyarakat untuk bersama-sama bergerak. Disetiap perilaku organisasi bukankah memang seharusnya seperti itu dan memang setiap pemimpin yang sudah ada sekarang juga telah melakukan hal tersebut, sebut saja prabowo, apakah dia  hadir sendirian menungga kuda  di tengah lapangan upacara, kan ada partisipasi dari masyarakat untuk dengan sadar atau tidak/paksaan untuk juga hadir dan menerikan yel-yel, yang sadar atau tidak/paksaan mereka lakukan…itu kan termasuk partisipasi masyarakat.

Tampilnya  pemimpin dengan slogan baru namun dengan prilaku yang sama, dimana dengan “pembodohan” model  baru kepada masyarakat, dengan memberikan ide-ide dan program dengan slasar atau lorong ruang mimpi yang menerawang…..ini sih pemimpin yang pemimpi…, stop mimpi dan kembali sadarkan diri sendiri…

Masalah Jakarta dengan segala kesemerawutan korupsinya , para bandit dan elit-elit yang terus saja tidak tahu malu dan selalu memutarbalikan fakta dan menyebarkan permusuhan dan dengan keji memecah belah, antar teman karib, antar sahabat sejati, kawan satu kamar kos, teman satu sekolah, teman kuliahan, tetangga (FPI yang ngeroyok kader PDIP), teman satu profesi, teman masa lalu dan lain-lain, dan yang keji adalah membawa isu agama dan kafir mengkafirkan orang dengan sembaranganya saja, kayak udah suci itu orang atau golongan tersebut, segera dong selesaikan dengan langkah-langkah kongkret.

Jika Anies menuduh Ahok dengan kinerja DKI, penilaian BPK dengan Wajar Dengan Pengecualian (WDP), dan lain sebagainya, tunjukkan dengan langkah kongkret/nyata baik dengan program nyata, visi dan misi yang nyata dan gerakan nyata, dan tidak lagi hanya berargumentasi dengan melibatkan stakeholder untuk turut mengatasi permasalahan-permasalah birokrasi, pelayanan publik dan tata perkotaan, lah wong…..memang disitu permasalahannya, budaya korup tersebut melanda masyarakat, jika tidak ada kepemipinan yang kuat seperti Ahok, dan hanya penampilan “lembek” model Anies, ya…. Budaya korupsi yang melanda dan budaya Intoleransi yang sedang dihembuskan oleh golongan “makar” tidak mungkin dapat diatasi.

Kepemipinan gerakan, kita memberdayakan keiikutsertaan pegawai DKI dan DPRD untuk bersama-sama…..bersama-sama dalam korupsi dan merampok uang rakyat…..apakah itu yang disebutkan kepemimpinan gerakan?

@dudi akhbar


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment