Monday, January 30, 2017

Ahok Kampanye Di Pulau Seribu, RS Tegang, Haters Kejang

DUNIA HAWA - Satu hari sebelum dilaksanakannya sidang ke delapan (Selasa, 31 Januari 2017) dugaan penistaan agama berlangsung, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menyempatkan diri pergi kampanye dengan cara island hoping dari satu pulau ke pulai lain. Kepulauan yang bernama Thousand Island alias Kepulauan Seribu ini, merupakan TKP (Tempat Kejadian Perkara) penistaan agama, khususnya Pulau Pramuka. Ahok tentu tidak akan pergi ke Pulau Pramuka, karena begitu panasnya tempat itu bagi dia. Seluruh umat tidak menerima Bapak disana.

Kok begini…?

Hahhh?? APAHH? (Sambil melotot dan mulut terbuka sehingga mengeluarkan bau yang sangat sedap)


Ahok pergi ke Pulau Pramuka? Ngapain? Mau cari musuh lagi dia? Jangan lah Pak Ahok, jangan mencederakan dirimu Pak. Orang-orang disana tidak menerima Bapak. Cari pulau yang dekat-dekat saja. Jangan cari pulau yang panas! Hati-hati orang disana tidak suka dengan Bapak!

Sotosop kali? Eh maksudnya Photoshop…

Waduh bagaimana mungkin? Oh ada satu kemungkinan! Kemungkinan foto di atas itu editan! Tidak mungkin Pak Ahok setelah menista agama disana, diterima oleh warga yang tinggal disana, bahkan diberikan bunga leher! Atau orang itu taruh bunga di leher karena mau menggantung Ahok! Pak Ahok memiliki tim media sosial yang ahli, sehingga seolah-olah seluruh orang disana diedit pakai sotosop sehingga seluruh orangnya dibuat tersenyum. Take beer!

Kenyataannya…

Respon-respon di atas mungkin merupakan respon yang akan diucapkan oleh orang-orang yang termakan isu dan teror yang dilontarkan dari mulut Rizieq Shihab yang dikendalikan secara jarak jauh oleh Sang Titik Titik. Saya tebak respon ini muncul di malam hari setelah Ahok pergi.

Percaya atau tidak percaya, Pak Basuki Tjahaja Purnama sangat diterima disana, setiap pulau yang ia lewati dengan speed boat secara wajar, tanpa berenang seperti Sandiaga Uno, sangat menerima Bapak dengan antusias. Bahkan tim media sosial melakukan live streaming (jika versi HR: Love Chatting hehehe) di akun media sosial Facebook Pak Ahok ini. LIVE STREAMING, bukan live chat ya.. Ingat… Hehehe (lagi).

Boleh main film nih sama Bang Yayan…

Mengapa boleh bermain film dengan Bang Yayan? Mungkin jawabannya ada pada gambar di bawah ini…

“Foto di sini dong. Jadi ini namanya ‘numpang spanduk orang’, ha-ha-ha,” – Basuki Tjahaja Purnama, 30 Januari 2017 sambil disambut antusias riuh warga Kepulauan Seribu (tuh saya kasih tanggalnya biar greget)

Andaikan saya jadi tim kuasa hukum Pak Ahok, saya akan jadikan foto-foto di atas dan respon-respon warga disana sebagai barang bukti untuk Pak Ahok, untuk menguatkan posisinya bahwa ia tidak sedang menista agama sewaktu ia berbicara di Pulau Pramuka. Bapak boleh main film The Raid 4 – Jakarta The Gotham City dan boleh disandingkan dengan Sang Greget Yayan Ruhayan.

Hal yang sangat langka terjadi di Indonesia: Batman, The Dark Knight Rises. Sekembalinya dari “kekalahan” (ingat kekalahan yang dibuat italic dan diberi tanda petik) yang dialaminya setelah didemo beberapa kali di Monas, Bunderan HI, dan jalan protokol di Jakarta, ia justru muncul di tempat yang paling panas. Lebih mengherankan lagi, bagaimana bisa orang-orang disana malahan menerima Pak Ahok dengan senang dan sukacita? Bahkan disana, Bapak disambut oleh marbut yang tahun 2016 kemarin di-umrah-kan oleh Pemprov yang ada di bawah pimpinan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di tahun 2016.

Ah ini kan Ahok doang, bisa aja Pak Djarot gak diterima…

Di tempat lain, Pak Djarot juga melakukan kampanye yang tentunya tidak kalah ramai dengan kunjungan Pak Ahok, di Kelurahan Semper Barat, juga disambut oleh Keroncong, musik tradisional Betawi. Sumber dapat diklik disini.

Kita dapat melihat sampai sekarang Mbak Mega belum secara langsung turun gunung untuk mendukung pasangan ini, di sisi lain Pak Mantan dan Pak Mantan v.2 juga sudah melakukan itu untuk mendukung Agus dan Anies.

Vox Populi Vox Dei


Satu kalimat yang sudah muncul dari abad ke 12…

Vox Populi Vox Dei – William of Malmesbury

…dengan arti: “Suara rakyat adalah suara Tuhan”.  Mungkin tidak berlebihan jika saya membuat kalimat ini kontekstual dalam kejadian ini. Tidak perlu Mbak Mega sebagai ketua partai turun gunung, naik gunung, ke bawah, membumi, maupun pegang gunung versi titik-titik untuk memenangkan pasangan ini. Warga Jakarta-lah yang akan memenangkannya! Wong sudah terbukti kok hasil kerjanya….

Giliran Sang Penista Menista Pelapor


Kunjungan “Sang Penista” (lagi-lagi kutip dan miring) ke Pulau Seribu adalah sebuah tamparan bagi pelapor. Bukan sampai sini saja, namun dengan diterimanya sang terdakwa di Kepulauan Seribu dengan antusiasme warga yang sangat tinggi, tentunya membuat mereka kejang-kejang lebih hebat lagi. Inilah kehebatan Pak Ahok, sekali bergerak, dua-tiga juta pipi tertampari. Tidak seperti Sandiaga yang sekali berenang di Pulau Seribu, dua-tiga orang saja yang dadah-dadah unyu. Kita melihat perbedaan secara kualitas dari pasangan nomor dua dengan pasangan satu dan tiga.

Akhir kata…

Pak Ahok, tidak usah lah kita pakai kacamata kuda untuk coblos nomor 2 yang ada di tengah agar tidak lihat kiri dan kanan. Dengan mata terbuka lebar, wawasan terbuka lebar, mata yang melihat ke kiri dan kanan-pun, membuat kami tetap memilih Bapak dan Djarot. Tenang saja Pak! Kami mendukungmu!

Betul kan yang saya katakan?


@hans sebastian


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment