Monday, December 19, 2016

Sang Pengendali Dunia

DUNIA HAWA - Saat Barack Obama terpilih sebagai Presiden Amerika, banyak orang di wilayah Asia dan Afrika yang ikut bergembira dan bereuphoria serta berharap Amerika akan menjadi lebih ramah serta membawa kebaikan bagi hubungan kerjasama Amerika dengan negara negara di Asia dan Afrika mengingat latar belakang Obama yang memiliki ayah seorang muslim Afrika serta masa kecilnya di suatu negara Asia dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Tapi ternyata setelah Obama menjadi presidenpun tidak banyak yang berubah dalam hal kebijakan luar negeri Amerika.


Saat Donald Trump terpilih sebagai presiden Amerika banyak yang meramalkan bahwa kebijakan luar negeri Amerika juga akan mengalami perubahan yang signifikan tapi saya yakin hal itu juga tidak akan terjadi. Siapapun yang menjadi presiden Amerika tidak akan bisa merubah kebijakan luar negeri Amerika secara total karena sesungguhnya ada suatu “Pemerintahan Bayangan” ataupun “Tangan Tak Terlihat” (Invicible Hand) yang ditakuti oleh semua kalangan politisi Amerika baik dari Partai Demokrat maupun Partai Republik, anggota Senat dan Kongres Amerika bahkan oleh Presiden Amerika sekalipun.

Saya tidak sedang bicara soal teori konspirasi konyol bin abal-abal tentang Illuminati dan Freemasonry yang bahkan dipercaya dan disebarkan oleh (yang katanya) “ilmuwan” muslim Harun Yahya sekalipun. Saya bukanlah penggemar mitos teori konspirasi abal-abal yang bahkan juga dipercaya oleh seorang mantan presiden partai agama di negeri ini. Tapi apa yang saya tuliskan ini adalah suatu fakta yang benar-benar ada meskipun “disembunyikan” dan tidak diakui oleh hampir semua politisi di Amerika. 

Di Amerika terdapat sebuah lobby politik bernama American-Israel Public Affair Committee (AIPAC), yang dikenal sebagai organisasi lobi yang paling kuat dan paling berpengaruh di Washington dengan anggaran per tahunnya yang bisa mencapai lebih dari 70 juta dollar. Dibandingkan dengan lobby politik yang pro Arab di Amerika, lobby pro Israel ini memiliki kekuatan 145 : 1 sehingga bisa dikatakan bahwa lobby ini tak bisa ditandingi oleh lobby politik manapun yang ada di Amerika.

Kaum Yahudi sebenarnya hanya mempunyai populasi sekitar 6 juta orang saja di Amerika atau hanya sekitar 2,3% populasi Amerika, dimana sekitar 89% di antaranya tinggal di 12 negara bagian yang terpenting di Amerika Serikat. Sehingga dengan kebijakan politik electoral votes yang berlaku di Amerika maka di 12 daerah pemilihan penting itu saja sudah cukup untuk memilih seorang Presiden Amerika Serikat. 

Itulah sebabnya tidak ada satupun politisi, anggota Senat, anggota Kongres bahkan Presiden Amerika yang berani mengkritik dan bersuara lantang terhadap Yahudi karena hampir bisa dipastikan karir politik mereka akan segera habis, contohnya adalah Paul Findley, mantan anggota Kongres dari Partai Republik asal Illinois, dan James Atkins, mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk Arab Saudi, yang langsung habis karir politiknya karena pernah berusaha membongkar kedok AIPAC ini.

Sejak tahun 1976 terdapat 124 Komite Aksi Politik (PAC) yang pro Israel di Amerika. Para pelobi politik pro-Israel juga melakukan tugasnya bagaikan ''perang suci agama'' (seperti halnya kaum militan dan radikal di negeri ini). Hasilnya, banyak kalangan non-Yahudi yang kemudian bersikap lebih pro-Israel daripada kaum Yahudi sendiri. Setiap jajak pendapat menjelang pemilihan umum menunjukkan, kaum Yahudi dan non-Yahudi pro-Israel hampir selalu menjadi kelompok penentu kemenangan pemilu di Amerika Serikat.

Kaum Yahudi di Amerika sadar bahwa posisi negara Israel senantiasa terancam dan sangat rentan untuk diserang oleh negara negara Arab. Oleh karena itu mereka berusaha memastikan kelanggengan keberadaan negara Israel dengan cara memastikan kuatnya cantolan politik mereka di Amerika sebagai negara terkuat di dunia saat ini. Maka jangan heran jika kaum Yahudi Amerika sangat mencintai politik lebih dari kaum yang lain. 

Seorang politisi ataupun kandidat senator yang pro-Israel bisa menerima uang sumbangan dari kaum Yahudi sebanyak 10-20 kali lipat lebih banyak ketimbang kandidat lain. Mereka juga akan berusaha memastikan kandidat yang pro Israel tersebut menang dengan cara apapun termasuk dukungan media, donasi kampanye, akses politik dan sebagainya.

Mereka juga bisa memboikot seorang politisi yang dianggap kurang pro Israel untuk mematikan karir politiknya. Tapi boikot yang mereka lakukan bukan dengan cara teriak teriak di jalanan, melakukan kekerasan dan aksi konyol kelas amatiran dan level rendahan seperti di negeri ini yang justru membuat kedok mereka terbongkar dan ditertawakan orang. Mereka melakukannya dengan cara yang sangat cerdas, halus, canggih, tersembunyi, diam-diam dan sulit dibuktikan. Raja media dan salah satu orang terkaya di dunia, Ted Turner boss CNN, pun sempat ketakutan dan minta ampun kepada mereka hanya karena CNN pernah satu kali menayangkan iklan kemanusiaan yang menunjukkan rasa simpati terhadap rakyat Palestina.

Kesaktian lobby ini juga pernah terlihat saat Presiden Bill Clinton hampir dipecat (impeachment) gara gara kasus skandal sex dengan sekretarisnya yang bernama Monica Lewinsky. Bahkan untuk mengalihkan isu dan tekanan tersebut, Bill Clinton pernah mengirimkan bom ke Irak namun tetap saja tidak berhasil mengalihkan isu pemecatan atas dirinya tersebut. Baru setelah dia “sowan” dan merunduk kepada para pemuka agama Yahudi / Rabbi di Amerika dan mencium tangan mereka maka kasus tersebut menguap dan langsung hilang begitu saja sehingga posisinya sebagai Presiden Amerika tetap aman.

Diantara bukti tekanan dan kemampuan lobby ini dalam mengendalikan kebijakan luar negeri Amerika (terutama yang berhubungan dengan wilayah Timur Tengah) adalah : menekan pemerintah Palestina melalui surat yang ditandatangani oleh 259 anggota kongres dan 79 senator untuk memaksa Uni Eropa dan Amerika Serikat tidak memberikan bantuan kepada Otoritas Palestina sebelum mencapai persyaratan internasional, menjamin perolehan bantuan luar negeri untuk Israel yang mencapai US$2.52 triliun pada tahun 2006 dan dukungan ekonomi serta militer, melarang bantuan dan kontak Amerika Serikat dengan Hamas sampai pemimpinnya mengakui keberadaan negara Israel, mencap stasiun televisi Hezbollah sebagai agen teroris melalui surat Presiden Bush yang ditandatangai oleh 51 senator dan meningkatkan bantuan militer kepada Israel mencapai US$ 1 triliun dalam bentuk bantuan pemerintah.

Kasus Suriah juga ditengarai tidak luput dari operasi intelijen yang melibatkan lobby politik yang sakti mandraguna ini. Hal ini terbukti saat Menteri Pertahanan Israel mengatakan bahwa Bashar Asaad adalah musuh yang harus digulingkan. Negara negara di Timur Tengah akan selalu diadu domba, dipecah belah dan dilemahkan agar mereka tidak bisa bersatu sehingga menjamin stabilitas dan keamanan Israel di kawasan tersebut. 

Terbukti saat ini Libya, Irak, Suriah, Yaman dan Mesir yang merupakan musuh musuh yang potensial bagi Israel dibuat hancur dengan strategi Perang Saudara yang dipicu oleh isu sektarian dan SARA. Dimanapun orang-orang yang bodoh dan keras kepala memang akan selalu menjadi korban kepintaran, kecerdikan dan kelicikan dari orang orang yang memiliki IQ yang jauh lebih cerdas dan lebih canggih daripada dirinya.

Saya tidak membenci Yahudi, Israel atau manusia manapun. Bagi saya semua orang memiliki kedudukan yang sama di hadapan Tuhan apapun agama, suku, bangsa, ras maupun warna kulitnya. Saya hanya berusaha membela keadilan dan kemanusiaan. Rakyat Palestina yang dijajah dan ditindas oleh Israel harus dibebaskan sebagaimana rakyat Tibet juga harus dibebaskan dari penindasan Cina. Saya membela hak rakyat Palestina dengan kadar yang sama dengan pembelaan saya terhadap rakyat Tibet. 

Tapi saya juga membela Israel saat ada orang yang jingkrak jingkrak kegirangan karena Israel terkena kebakaran hebat kemarin dan menganggapnya sebagai hukuman Tuhan. Sungguh hanya orang yang sakit jiwa saja yang bisa berbahagia dengan penderitaan sesamanya yang lain. 

Saya menuliskan hal ini karena rasa prihatin saya dimana masih sangat banyak orang di negeri ini yang selalu mencampuradukkan antara agama yang sebenarnya bersifat ruhaniah dengan politik yang sebenarnya bersifat duniawiah sehingga keduanya malah menjadi kotor dan semakin kacau.

Salam Cerdas. Beda pendapat boleh, Goblok jangan.......

@muhammad zazuli


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment