Friday, December 9, 2016

Sandiaga Gelontorkan Rp 17,2 Miliar Untuk Kampanye, Ahok Malah Dapat RP 18 Miliar

DUNIA HAWA - Demokrasi berarti dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat. Hal ini seharusnya bukan hanya sekedar slogan, tetapi diimplementasikan dengan baik dalam sistem demokrasi. Karena itu, dalam pesta demokrasi Pilkada, keterlibatan rakyat seharusnya menjadi subjek bukan hanya objek. Rakyat harus ikut berpartisipasi mendukung dan mengusahakan calonnya, bukan menjual dan menggadaikan suaranya.


Politisi yang memahami sistem demokrasi dimana rakyat adalah pusat dan porosnya, akan melibatkan rakyat supaya rakyat tidak buta dan bisu politik, melainkan melek dan lantang berpolitik. Elektabilitas tinggi tidak ada gunanya jika rakyat yang akan memilih kita tidak mau terlibat langsung dalam Pilkada. Dukungan yang pasti jelas terlihat dari sukungan suara dan bahkan dana yang diberikan.

Inilah yang membuat Ahok meski elektabilitasnya menurun dalam beberapa survei, tetap menjadi cagub dengan potensi menang melebihi calon yang lain. Bukan hanya karena tingkat kepuasan publik yang tinggi, tetapi juga karena para pendukung Ahok terlibat langsung dalam mengkampanyekan Ahok dari segi promosi maupun pendanaan.

Karena itu, tidak heran jika kita melihat Laman www.ahokdjarot.id hingga 6 Desember 2016 sudah terkumpul dana Rp 18 miliar yang merupakan sumbangan dari 4.000 orang. Jumlah ini diyakini akan terus bertambah karena masih banyak pendukung Ahok-Djarot yang akan memberikan bantuan dana kampanye.

“Melalui program “Kampanye Rakyat”, bersama Pak Djarot, kami akan bertanggung jawab sepenuhnya kepada rakyat dalam masa kepemimpinan kami selanjutnya,” kata Basuki dalam siaran pers, Kamis.

“Kalau biasanya dana kampanye itu diberikan oleh pihak-pihak tertentu, maka dalam program ini, dana kampanye berasal dari warga. Saya yakin, kalau kita jujur, kerja betul, rakyat pasti akan dukung, bahkan rela keluar uang,” katanya.

Berbeda dengan Ahok yang disumbangi rakyat 18 miliar, salah satu pesaingnya yang ngotot jadi cagub tetapi cuman bisa jadi cawagub, Sandiaga Uno, harus mengeluarkan uang pribadi yang jumlahnya mencapai Rp 17,2 Miliar untuk dana kampanye. Hal ini berarti Sandiaga menjadi sumber dana utama dana kampanye Anies-Sandiaga yang sudah mengeluarkan dana kampanye sebesar Rp19,08 miliar. Dengan kata lain, Sandiaga menyumbang 90 persen dana kampanye.

“Dana yang kami keluarkan memberikan hasil yang memuaskan dalam hasil kampanye. Hal tersebut terlihat dari hasil survei internal yang ada dan tidak pernah kami umumkan. Jadi kami tahu mana survei yang hasil gorengan itu,” kata Sandiaga.

Hebat memang Sandiaga ini. Uang keluar banyak tetapi hanya berhasil meningkatkan elektabilitas mereka di survei internal. Entah apa maksudnya survei internal ini, apakah survei di antara mereka saja atau memang survei kepada masyarakat umum. Terlepas dari hasil survei internal yang mereka buat, bagi saya nampak jelas bahwa Sandiaga dan tim berusaha mencari dukungan warga, dimana Ahok saat ini malah didukung oleh warga.

Perbedaan yang sangat mencolok ini menunjukkan bahwa saat ini semakin banyak rakyat yang sudah melek politik. Sudah banyak rakyat yang tidak jual suara, melainkan memperjuangkan suaranya untuk bisa memiliki pemimpin yang bisa menjadikan daerahnya lebih baik, terlepas apa suku dan agamanya. Jakarta yang menjadi barometer dinamika politik Indonesia sudah membuktikan perubahan itu sejak 2012 ketika dukungan rakyat terhadap Jokowi-Ahok sangat massif dan partisipatif.

Kini kita bisa melihat, mana yang benar-benar didukung dan diusung oleh rakyat. Kasus-kasus aneh yang dipakai menjegal Ahok tidak berpengaruh kepada warga yang sudah melek politik. Sumbangan Rp 18 Miliar adalah bukti sahihnya. Gerakan rakyat yang sudah melek politik ini bukan hanya memberikan sumbangan, melainkan juga secara massif melakukan promosi dukungan di media sosial. Apalagi sekarang kondisi Jakarta semrawut sejak Ahok cuti menjadi sebuah promosi gratis yang sangat kuat.

Marilah kita sebagai pemilih semakin dewasa dalam berpolitik. Tidak perlu terikut oleh isu dan kasus yang tidak benar dan digoreng menjadi besar hanya karena ketidaksukaan terhadap seorang calon. Tetapi pilihlah seorang calon yang dukungan rakyat kepadanya sangat nyata dan kondisi birokrasi serta pelayanan yang sangat baik ketika dia tidak cuti. Supaya Jakarta tetap baik dan semakin baik ke depannya.

Salam Melek Politik.

@palti hutabarat


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment