Thursday, December 15, 2016

Mengambil Untung dari Kasus Ahok

DUNIA HAWA - Kasus dugaan penistaan agama yang menimpa gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Thahaja Purnama atau Ahok ini banyak sekali manfaatnya bagi masyarakat Indonesia. Entah itu ulama, pengusaha, atau politikus. Untuk melihat keuntungan yang diperoleh para "pejuang Islam" itu, diperlukan teori penilaian status strata sosial yang pernah ditawarkan beberapa sosiolog.


Dalam buku In Seacrh of Middle Indonesia yang disunting oleh Gerry Van Klinken dan Ward Berenschot (215-254) dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan posisi strategis di masyarakat, setidaknya ada dua hal yang menjadi tolak ukur; pertama kinerja di ruang publik, kedua gaya hidup berbasis religius.

Teori ini tampaknya sangat cocok jika kita terapkan dalam kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok. Pasalnya, banyak sekali tokoh yang dulunya meredup, kemudian mengambil momentum membela Islam untuk menaikkan status sosialnya lagi di kalangan masyarakat.

Dalam konteks percaturan dunia dakwah Islam di Indonesia, nama Aa Gym dalam beberapa tahun belakangan cukup redup karena kasus poligami yang dia lakukan. Banyak jemaahnya yang hengkang.

Namun belakangan, nama Aa Gym kembali melejit. Dia kembali menjadi idola bagi sebagian Muslim Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari keterlibatannya dalam aksi bela Islam jilid pertama (411) dan kedua (212), maupun aksi salat subuh berjemaah nasional yang diselenggarakan di Bandung, pada 12 Desember 2016 atau yang dikenal dengan aksi 1212.

Hal ini memang diakui Aa sendiri ketika ia menyampaikan pidatonya pada kesempatan aksi 1212 itu. Seperti yang dilansir dari laman Detik.com bahwa Aa Gym kini merasa kejayaannya kembali berkat Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

"Eh tidak menyangka sekarang seperti ini lagi. Ini gara-gara Cep Ahok, kita doakan agar Cep Ahok dapat hidayah. Karena Cep Ahok saya ikut aksi 411 trus ke ILC jadi kenal Mas Tito (kapolri)," ujar Aa Gym.

Keuntungan yang lain juga dirasakan oleh produk-produk bisnis yang mendukung aksi bela Islam. Sebut saja Rabbani, produk pakaian muslim ini yang menawarkan diskon kepada para alumni 212 untuk menaikkan angka penjualan. Dan celakanya, produk yang tidak setuju dengan aksi bela Islam ini siap-siap akan diboikot oleh peserta aksi. Lihat misalnya kasus Sari Roti.

Keuntungan lainnya juga didapatkan oleh TV One. Dulu stasiun TV ini selalu diejek ketika musim pilpres RI 2014 silam karena sikapnya yang berlebihan dalam mendukung pasangan Prabowo-Hatta. Namun siapa sangka sekarang, berkat liputannya yang "objektif" terhadap rentetan aksi bela Islam, stasiun TV milik perusahaan Aburizal Bakrie ini mendapat tempat istimewa di hati pemirsa.

Dan celakanya, bagi jurnalis yang dituduh curang dalam meliput aksi bela Islam tersebut, bisa kena sanksi sosial dari peserta aksi. Masih ingatkan pengusiran yang dilakukan oleh peserta aksi terhadap Metro TV dan Kompas TV tempo hari lalu. Oleh sebabnya, kasus penistaan agama dan rentetan aksi bela Islam itu banyak sekali ekor-ekornya. Ke politik ya, ekonomi ya, dan mencari kedudukan strata sosial yang tinggi di masyarakat juga ya.

Jika nanti ada aski bela Islam lagi karena sidang Ahok memutuskan bahwa ia tidak bersalah dan tidak dipenjara, ada baiknya untuk kepentingan dan keuntungan sesaat kita ikut juga aksi bela Islam. Tapi perlu dicatat, orang yang seperti itu adalah orang yang tidak berpendirian. Tidak punya prinsip. Terakhir, terima kasih Ahok.

@hanafi al rayyan

Mahasiswa Jurusan Pengkajian Islam di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment