Friday, December 2, 2016

Buat Ahok dan Umat Kristen ; Membandingkan Dua Kasus Penistaan Agama

DUNIA HAWA - Mencermati sejak awal dan perkembangan teranyar kasus Ahok tentang sangkaan penistaan agama dan ulama, imajinasi saya berkelana menuju kejadian sekitar dua ribu tahun yang lalu di Yerusalem. Massa yang sudah dipengaruhi oleh pemimpin-pemimpin agama, dengan teriakan keras akhirnya berhasil memaksa Pilatus untuk menjatuhkan hukuman mati kepada seorang "penista" agama.


Tersangkanya adalah Yesus, pendakwanya adalah pemuka agama (bersama dengan massa) yang begitu membenci dan menyimpan dendam kepada Yesus karena kemunafikan mereka terkuak dan dibongkar habis oleh Yesus. Massa yang sudah terhasut oleh pemimpin agama kala itu, dengan garang menuntut Pilatus supaya Yesus disalibkan, suatu bentuk hukuman yang lazim bagi pelaku kejahatan berat di masa itu.

Yesus yang datang dengan misi dari Bapa-Nya, sebagaimana yang selalu Ia katakan kepada khalayak, akhirnya harus berhadapan dengan tuduhan penistaan agama dari pemuka agama, beserta massa dan saksi-saksi yang mereka ajukan.

Jadi kita tidak perlu heran, urusan penistaan agama ini sejak dahulu memang sudah kerap terjadi. Dalam beberapa kasus, tuduhan penistaan agama sering kali dipakai untuk "melenyapkan" orang, atau kelompok tertentu yang dianggap bisa mengganggu atau mengusik eksistensi dan kekuasaan dari pihak yang berseberangan dan menjadi seteru mereka.

Kasus yang dihadapi Yesus tentu tidak terjadi begitu saja secara tiba-tiba. Sebelumnya, Alkitab mencatat sudah ada upaya untuk "melenyapkan" Yesus oleh pemuka agama yang begitu dengki kepada-Nya. Upaya tersebut selalu gagal, namun  akhirnya mereka mendapatkan momentum ketika Yesus berada di Yerusalem, dan melalui tindakan dan perkataanNya, Ia pun dituduh telah melakukan penistaan agama.

Dari beberapa tuduhan, yang paling berat adalah perkataan-Nya menyangkut Allah dan Bait Suci, yakni ketika Yesus mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya, dan juga pernyataan-Nya yang menantang massa untuk meruntuhkan Bait Suci, dan klaim bahwa Ia sanggup  membangunnya kembali dalam tempo tiga hari.

Perkataan Yesus ini kemudian menjadi pintu masuk bagi para pemuka agama untuk menuduh dan mendakwa Yesus telah melakukan penistaan agama. Sebelumnya, guna menghalangi orang banyak tertarik  kepada Yesus, para pemuka agama ini berusaha meyakinkan mereka untuk tidak mempercayai Yesus dengan berbagai tuduhan yang mereka  dasarkan dari Kitab Suci, di antaranya:

1. Asal usul Yesus


Yesus bukanlah siapa-siapa, Ia bukan imam karena Ia bukan keturunan suku Lewi. Yang boleh menjadi imam haruslah Suku Lewi dan juga harus keturunan Harun, saudaranya Musa. Apa yang dilakukan  Yesus justru  melebihi para imam, dan guru agama. Bahkan Ia memberi tafsir Kitab Suci melalui pengajaran dan khotbahnya kepada khalayak yang sangat menyebalkan pemuka agama.

Nazareth, dari mana Yesus berasal, bukanlah tempat yang diperhitungkan dan tidak mungkin sesuatu yang baik berasal dari sana. Apalagi seorang pemimpin, sulit diterima bahwa seorang pemimpin berasal dari tempat yang tidak dipandang dan juga tidak ada petunjuk akan datangnya seorang pemimpin dari Nazareth. 

Walaupun Yesus lahir di Betlehem di Yudea akan tetapi, Ia tinggal dan besar di Nazaret, sehingga ia dikenal sebagai orang Nazareth (Nasrani). Hal ini dikarenakan pertimbangan keselamatan oleh Yusuf saat kembali dari pengungsian di Mesir, sehingga mereka memutuskan untuk menyingkir ke Nazareth, wilayah Galilea guna menghindari ancaman Herodes.

2. Otoritas Yesus


Ketika Yesus melakukan banyak mukjizat, asal dari kuasa-Nya dipertanyakan. Bahkan ketika Ia membebaskan seseorang  dari cengkeraman setan, Ia dituduh melakukannya dengan kuasa setan. Para pemuka agama menyimpulkan semau mereka  bahwa Yesus bukan  berasal dari Allah, karena Ia melakukan mukjizat di hari Sabat. Dengan demikian, sudah pasti  Yesus bukan berasal dari Allah, karena Ia tidak menghormati hari Sabat.

Sebenarnya, akar masalah kebencian dan kedengkian mereka adalah: mereka tidak bisa melakukan apa yang dilakukan oleh Yesus. Kemudian, apa yang mereka ucapkan ternyata berbeda  dengan apa yang mereka lakukan, walaupun mereka selalu menutupinya dengan baju dan perkataan agama.

Keberadaan Yesus tidak bisa dibantah telah menyingkap kemunafikan mereka selama ini, dan juga dengan jelas telah membuka aib mereka yang selalu berhasil mereka tutupi dari pandangan umat dengan menggunakan baju agama.

Yesus melakukan  tindakan nyata, bukan hanya sekadar kata. Bahkan, Yesus telah melakukan banyak mukjizat---sesuatu yang mereka tidak bisa lakukan---yang membuat begitu banyak orang tertarik kepada Yesus. Hal ini mengakibatkan popularitas pemuka agama menjadi turun. Bahkan, sangat mungkin pada satu ketika, pemuka agama dipandang sebelah mata oleh umat.

Mereka sangat khawatir bahwa satu ketika, mereka  tidak lagi bisa memegang kendali atas umat, karena tidak lagi didengar. Mereka lebih mempercayai Yesus, yang bisa membuktikan kualitasNya yang sangat jauh beda dengan mereka.

Para pemuka agama hanya bisa berkata-kata, namun tidak bisa melakukan apa-apa. Beda dengan Yesus, yang mempunyai kuasa untuk membuktikan apa yang dikatakann-Nya. Dan situasi ini semakin lama semakin menyebalkan mereka. Dan Alkitab mencatat, kebencian dan dengki mereka begitu hebat sehingga dalam beberapa peristiwa mereka berupaya untuk "menghabisi" Yesus.

Di samping alasan agama, penolakan terhadap Yesus juga disebabkan oleh alasan politik. Yesus  menolak keinginan kelompok massa untuk bisa mewujudkan ambisi politik mereka yakni mengusir penguasa Romawi yang saat itu memegang kendali atas bangsa mereka.

Yesus sama sekali tidak tertarik dengan hasrat politik mereka, sekalipun mereka sudah memberi isyarat untuk itu ketika Ia memasuki Yerusalem. Ia dielu-elukan oleh banyak orang dengan melambai-lambaikan daun palem, dan juga dengan kain dan pakaian yang dihamparkan layaknya menyambut seorang pemimpin atau raja.

Penolakan Yesus ini akhirnya membuat mereka berubah pikiran. Mereka yang sebelumnya mengelu-elukan Yesus, kini berubah dengan teriakan: "Hukum, salibkan Dia!" Alkitab mencatat, Pilatus, yang saat itu menjadi penguasa negeri tidak mampu menolak tuntutan massa, sekalipun ia tidak menemukan salah pada Yesus untuk hukuman sebagaimana yang dituntut para pendemo ketika itu. Pilatus pun cuci tangan dalam kasus ini.

Massa tersenyum puas karena mereka berhasil memaksa Pilatus memenuhi tuntutan mereka. Demikian juga dengan pemimpin dan pemuka agama, mereka sangat senang dan gembira, karena Yesus, musuh besar mereka berhasil dilenyapkan untuk selamanya dari panggung kekuasaan yang seharusnya menjadi wilayah mereka.

Dengan lenyapnya Yesus, tidak ada lagi yang akan mengusik dan mempersoalkan tindak-tanduk mereka dalam menjalankan apa yang selama ini sudah menjadi kebiasaan mereka.

****

Tentu kasus Ahok beda dengan Yesus, walaupun sama-sama menyangkut penistaan agama. Namun ada satu hal yang sangat perlu kita cermati atas apa yang sedang terjadi di kasus Ahok dalam kaitannya dengan hasil akhir dari drama hukum kasus ini.

Tentu tidak bermaksud mendahului proses hukum, namun mencermati perkembangan yang ada, bisa saja apa yang terjadi dan hasil akhir dari kasus penistaan agama di Yerusalem 2000 tahun yang lalu juga bisa terjadi di sini. 

Andai proses hukum ketika itu berjalan tanpa tekanan massa, Pilatus tidak akan pernah memutuskan Yesus bersalah dan disalib. Pilatus tahu bahwa Yesus tidak melakukan apa yang dituduhkan, yakni menista dan merendahkan agama. Substansi dari pernyataan Yesus adalah kritik terhadap pemahaman dan laku beragama mereka.

Dengan demikian, bukan agama yang dinistakan oleh Yesus, namun pemahaman dan laku beragama merekalah yang hendak dikoreksi oleh Yesus lewat berbagai tindakan dan pernyataan-Nya. Namun, mereka tidak menerima hal itu. Mereka tersinggung dan marah, ketika sisi terdalam di mana mereka bisa bersembunyi dan berlindung serta menyimpan kemunafikan mereka akhirnya dibongkar.

Catatan pengandaian: Bahwa peristiwa tersebut harus dipahami dengan mengesampingkan tafsir teologis tentang maksud kedatangan Yesus ke dalam dunia.

@omri l toruan


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment