Monday, December 19, 2016

Jalan Menuju Perang Dunia III

DUNIA HAWA - Perang Dunia I terjadi pada tahun 1914 – 1918 yang dipicu oleh pembunuhan Pangeran Franz Ferdinand dari Austria oleh seorang nasionalis Yugoslavia. Hanya dalam hitungan minggu semua kekuatan besar terlibat dalam perang ini dan terus menyebar ke seluruh dunia. Dunia terbagi menjadi dua kekuatan besar yang bertentangan, yaitu Sekutu (yang terdiri dari Inggris, Prancis, Rusia dan Amerika) serta Blok Sentral (yang terdiri dari Jerman, Austria, Hongaria, Italia dan Kekhalifahan Turki Utsmani) beserta semua sekutu dan koloni koloni mereka. Perang ini melibatkan 68 juta pasukan dan mengakibatkan 39 juta orang tewas. 


Perang ini dimenangkan oleh pihak Sekutu sekaligus mengakhiri kekaisaran Jerman, Turki, Austria-Hongaria serta terbentuknya negara-negara baru di Eropa dan negara-negara baru di Timur Tengah (yang semula termasuk ke dalam wilayah Kekhalifahan Turki yang kemudian menjadi koloni dan jajahan Barat) serta berdirinya Liga Bangsa-Bangsa. Pada masa ini Indonesia masih masuk ke dalam jajahan Belanda.

Perang Dunia II terjadi pada tahun 1939 – 1945 yang dipicu oleh invasi NAZI Jerman terhadap Polandia. Perang ini melibatkan sebagian besar negara di dunia yang pada akhirnya membentuk dua aliansi militer yang saling bertentangan yaitu Sekutu (yang dipimpin Franklin D. Roosevelt, Winston Churchill dan Joseph Stalin) dan Poros (yang dipimpin Adolf Hitler, Bennito Mussolini dan Kaisar Hirohito). Perang paling dahsyat sepanjang sejarah dunia ini melibatkan 100 juta pasukan dan menewaskan sekitar 70 juta orang. 

Perang ini berakhir dengan kemenangan Sekutu dan kehancuran Jerman Raya (Third Reich / Kekaisaran Ketiga), Fasisme Italia dan Kekaisaran Asia Timur Raya / Jepang. Perang ini juga memunculkan dua kekuatan Super Power baru yaitu Amerika dan Uni Soviet serta terbentuknya Perserikatan Bangsa-Bangsa. Indonesia merdeka setelah Hiroshima-Nagasaki dibom nuklir oleh Amerika yang menyebabkan Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.

Pasca Perang Dunia II, dunia memasuki Fase Perang Dingin dimana persaingan pengaruh antara Amerika Serikat dan Uni Soviet semakin meningkat dan menciptakan konflik dan ketegangan di seluruh dunia. Dunia seolah terbagi menjadi dua kekuatan besar yaitu Blok Barat (Kapitalisme) yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya, dengan Blok Timur (Komunisme) yang dipimpin oleh Uni Soviet beserta sekutu-sekutunya. 

Perang Dingin ini mengakibatkan ketegangan tinggi di berbagai penjuru dunia yang pada akhirnya memicu berbagai konflik militer regional seperti Blokade Berlin yang menciptakan Jerman Barat dan Jerman Timur (1948–1949), Perang Korea yang menciptakan Korea Utara dan Korea Selatan (1950–1953), Krisis Suez (1956), Krisis Berlin 1961, Krisis Rudal Kuba (1962), Perang Vietnam antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan (1959–1975), Perang Yom Kippur di Israel (1973), Perang Afganistan (1979–1989) dan juga pemberontakan G 30 S PKI di Indonesia yang meruntuhkan Orde Lama (rezim Soekarno) dan memunculkan Orde Baru (rezim Soeharto).

Perang Dingin bisa saja membawa dunia menuju Perang Dunia yang ketiga. Tapi keruntuhan Uni Soviet pada tahun 1991 sempat menghapus kekhawatiran tersebut. Pada tahun 1993 Profesor Samuel Huntington dari Harvard University mengemukakan teori Clash of Civilization yang mengatakan bahwa setelah Perang Dingin berakhir (dimana Uni Soviet runtuh dan Amerika tampil sebagai pemenang tunggal) maka perang berikutnya yang akan terjadi adalah antara dunia Barat dengan kelompok radikal berbasis agama. 

Kebencian Dunia Islam terhadap Barat sudah dimulai sejak era Perang Salib (1095 – 1274 M), kekalahan dan kehancuran Kekhalifahan Turki Utsmani pada Perang Dunia I, dendam karena penjajahan dan kolonisasi negara negara Timur Tengah oleh Barat pasca Perang Dunia I serta pendudukan paksa tanah Palestina oleh Israel yang didukung oleh negara negara Barat yang memicu solidaritas muslim sedunia.

Kebencian Dunia Islam terhadap Barat inilah yang melahirkan radikalisme dan terorisme Islam yang anti terhadap Barat. Tragedi WTC pada 11 September 2001 yang dilakukan oleh kelompok teroris global Al Qaeda pimpinan Usamah bin Ladin yang menewaskan sekitar 3.000 orang membuka babak baru dalam konflik global antara Barat dan Dunia Islam. Amerikapun menyerukan Perang Global terhadap terorisme yang berlanjut pada penyerangan terhadap Afghanistan untuk menangkap Usamah dan penyerangan terhadap Irak dengan dalih palsu untuk menghancurkan senjata kimia pemusnah massal. Peristiwa ini justru semakin menambah kebencian dunia Islam terhadap Amerika dan membangkitkan jutaan generasi militan dan radikal di berbagai penjuru negara Islam.

Krisis Suriah pada tahun 2011 dan terpilihnya Vladimir Putin menjadi Presiden Rusia pada tahun 2012 membawa babak baru dalam hubungan antara Islam, Barat dan Rusia. Di bawah kepemimpinan Putin, Rusia ingin kembali tampil sebagai kekuatan penyeimbang bagi Amerika. Krisis Suriah menjadi semakin melebar dan berkepanjangan karena banyaknya intervensi asing yang turut bermain didalamnya termasuk keterlibatan “jihadis” dari 83 negara (yang sebagian besar tergabung dalam kelompok teroris ISIS) . 

Banyak pengamat yang menganggap Konflik Suriah ini merupakan Perang Proxy antara Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat (beserta NATO, Israel, Arab Saudi, Turki dan Qatar) melawan Blok Timur yang dipimpin oleh Rusia. Berkaca dari pengalaman sejarah sebelumnya, konflik Suriah ini sebenarnya bisa saja membuka jalan bagi terjadinya Perang Dunia III.

Untunglah konflik Suriah yang melibatkan banyak negara yang bermain di belakangnya tersebut tidak terjadi pada 60 tahun yang lalu dimana internet, tehnologi informasi digital dan era keterbukaan informasi belum ada. Di jaman dahulu, sentimen, asumsi, prasangka, opini dan kebencian bisa dengan cepat menyebar dan menciptakan konflik yang meluas serta berkepanjangan. Tapi dengan adanya keterbukaan informasi di jaman ini maka orang akan bisa secara bebas mendapatkan informasi dari berbagai sudut pandang (termasuk informasi sampah dan hoax sekalipun) sehingga bisa lebih memilih dan memilah serta mengambil kesimpulan dan keputusan yang lebih tepat sebelum semuanya menjadi terlambat.

Sekarang semuanya kembali kepada kita. Apakah kita bisa memilih dan mencerna seluruh informasi yang bertebaran di sekitar kita kemudian mengambil sikap serta langkah yang tepat yang bisa membawa dunia ini menjadi lebih baik, lebih damai dan lebih adil ataukah kita justru akan terjebak pada berbagai informasi salah yang sengaja ditebarkan oleh pihak pihak tertentu yang memiliki agenda untuk merusak dan mengadu domba serta menciptakan perpecahan.

Ancaman menuju Perang Dunia akan selalu ada selama ego, ambisi, keserakahan dan kebencian masih bisa bersarang di hati manusia. Kitalah yang bisa memilih apakah kita akan berdamai dengan diri sendiri, sesama, seluruh alam dan seluruh makhluk (rahmatan lil alamin alias menjadi terang bagi dunia) ataukah kita memilih akan menjadi agen kegelapan bagi kehancuran dunia. Tuhan menghendaki kedamaian dan bukannya permusuhan. Perang bukanlah sesuatu yang ditakdirkan oleh Tuhan tapi diciptakan oleh manusia itu sendiri. Konsep “Permusuhan Abadi” hanyalah mitos jaman kuno yang terus digaungkan meski sebenarnya tidak sesuai dengan kebenaran yang hakiki dan universal.

Perdamaian dan permusuhan sesungguhnya hanya berasal dari hati. Kasih dan benci juga berasal dari hati. Iblis dan malaikat juga tercipta dari hati. Bahkan surga dan nerakapun sebenarnya muncul dari dalam hati. Pertanyaanya adalah masihkah kita peka dan bisa mendengar Suara Hati Nurani kita sendiri?

Salam Damai

@muhammad zazuli


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment