Tuesday, November 22, 2016

FPI Tegaskan Tidak Ada Niat Makar, Ini Aksi Super Damai, Sumpeh Loe??!!

DUNIA HAWA - Jika tidak patuh hukum sekali, maka akan sangat sulit diterima akan menjadi orang yang taat hukum. Apalagi jika orang tersebut sudah terus melakukan perbuatan melanggar hukum. Adalah kemiringan logika dan nalar jika kita mempercayainya. Seperti sebuah lagu yang mengatakan,


SATU KALI KAU SAKITI HATI INI, MASIH KUMAAFKAN
DUA KALI KAU SAKITI HATI INI, JUGA KUMAAFKAN
TAPI JANGAN KAU COBA TIGA KALI, JANGAN OH JANGANLAH
CUKUPLAH SUDAH, CUKUPLAH SUDAH, JANGAN KAU ULANG LAGI

Menanggapi pernyataan Kapolri yang mengindikasikan akan adanya aksi makar pada Aksi Bela Islam III, FPI mejawab dengan tegas bahwa hal itu tidak benar. Mereka tidak ada niat untuk melakukan makar dalam aksinya. Bahkan dengan sangat yakin dan percaya diri, FPI mengatakan ini adalah akis SUPER DAMAI.

“Dari GNPF MUI itu tidak pernah mengagendakan tanggal 25. Tanggal 2 Desember GNPF MUI itu mengagendakan, tapi aksi super damai itu kegiatannya istighotsah, zikir, untuk kedamaian bangsa disambung dengan maulid,” kata Sekretaris Jenderal DPP FPI Jakarta Novel Chaidir Hasan Bamukmin kepada detikcom, Selasa (22/11/2016).

Percayakah anda dengan pernyataan FPI di atas?? Bahwa tidak akan ada aksi makar?? Baiklah kita lihat bagaimana mereka selama ini melakukan aksi damai.

Aksi Bela Islam I, 14 Oktober 2016…


Saat FPI melakukan unjuk rasa di depan Balai Kota, hari ini, Iriawan bersama Panglima Komando Daerah Militer Jaya Teddy Lhaksmana berusaha menenangkan massa FPI. Keduanya naik ke atas mobil dan ikut mendampingi Rizieq berorasi. Setelah itu, kedua perwira itu bergantian mengimbau agar massa tidak berbuat anarkis.

Ketika itu, massa sempat memanas karena polisi memutar lagu islami di saat mereka sedang berorasi. Mereka melemparkan botol bekas air minum kemasan ke mobil polisi. Ketegangan sempat terjadi beberapa saat tapi berhasil diredam.

Aksi Bela Islam II, 4 November 2016…


“Pukul 13.50 WIB ada pelemparan oleh massa pada polisi, lalu setelah pelemparan tersebut, polisi membacakan Asmaul Husna, dan massa tenang lagi,” ujar Awi di Mapolda Metro Jaya, Senin (7/11/2016).

Ricuh kedua tersebut terjadi pukul 14.41 WIB. Bahkan, massa menarik security barier atau kawat berduri. “Security barier-nya sampai melewati konblok (median jalan dari beton), menarik menariknya,” ujar Awi, sembari memperlihatkan beberapa rekaman CCTV dan video.

Massa makin beringas, lemparan tak lagi hanya botol air mineral. Tapi sudah berganti dengan batu, kayu, bambu, kelereng, bahkan anak panah. “Kami enggak mengada-ada, memang ditemukan itu (anak panah, kelereng, dan batu) di lokasi,” tegas Awi.

Aksi Bela Islam III, 2 Desember 2016… Segera (Rusuh)


Perlukah ditambahkan aksi-aksi FPI sebelum-sebelumnya?? Saya pikir tidak perlulah. Aksi FPI identik sekali dengan ricuh dan rusuh. Mereka entah kenapa suka sekali main lempar-lemparan. Mereka sangat senang lempar-lempar botol, batu, dan benda apa saja untuk memancing kemarahan aparat. Ketika aparat marah dan mengamuk, maka mereka akan gunakan hal tersebut untuk menyerang pemerintah. Namun, strategi itu terbca dan polisi tidak melawan bahkan menjadi pihak yang menang karena berhasil menahan emosi.

Pernyataan FPI tidak ada niat makar menurut saya sah-sah saja disampaikan. Bukan apa-apa, hal ini dilakukan supaya tetap dapat ijin dan massa tetap mau hadir. Massa yang dibayar maupun yang berhati murni (baca >>> https://seword.com/politik/tersinggung-disebut-terima-bayaran-500-ribu-ahok-dilaporkan-oleh-seorang-pendemo-berhati-murni/). Dan tidak ada sejarahnya memang orang mau melakukan makar dengan polosnya mengakui hal tersebut. Aneh rasanya kalau ada orang mau maling melapor dulu ke polisi dia mau maling.

FPI identik dengan kekerasan dan pemaksaan kehendak. Merasa diri paling benar dan menjadi hukum itu sendiri. Tindakan anarkis sudah melekat kepada FPI sehingga sulit rasanya mempercayai kalau mereka akan aksi damai. Apalagi kini aksinya mereka katakan Aksi SUPER DAMAI. Semakin tidak percayalah polisi.

Polri sendiri sudah mengeluarkan maklumat untuk dipatuhi oleh GNPF MUI. Selain poin makar makar terhadap Presiden dan atau Wakil Presiden RI, makar hendak memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan makar dengan menggulingkan Pemerintah Indonesia. Polri juga melarang membawa senjata tajam, senjata pemukul atau benda-benda yang membahayakan. Dilarang juga mengganggu ketertiban umum, merusak fasilitas umurn, melakukan perbuatan yang mengakibatkan gangguan fungsi jalan raya/arus lalulintas melakukan provokasi yang bersifat anarkis maupun yang mengarah kepada SARA dan pelaksanaan kegiatan penyampaian pendapat di muka umum di tempat terbuka dibatasi mulai pukul 06.00 WIB sampai maksimal Pukul 18.00 WIB.

Maklumat ini harus dipenuhi oleh GNPF kalau memang aksi yang mau dilakukan adalah aksi SUPR DAMAI. Tetapi meski sudah berjanji, menandatangani surat perjanjian, polisi tetap saja tidak akan percaya begitu saja. Melalui pengamatan intel di lapangan, Polri sudah mengindikasikan adanya perbuatan makar.

“Rapat-rapat kita tahu sudah beberapa kali dilakukan. Rapat untuk menguasai gedung DPR, rapat untuk menggerakkan massa-massa yang lain. Kita paham,” kata Jenderal (Pol) Tito dalam jumpa pers bersama Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta, Senin (21/11/2016).

“Ada upaya-upaya, ada rapat-rapat yang kita pelajari dengan agenda politik lain. Dan agenda politik lain itu di antaranya melakukan makar,” ujar Tito.

Mengamini adanya ancaman makar tersebut, Panglima TNI Gatot Nurmantyo juga menyiapkan pasukannya untuk melakukan “Jihad” melindungi NKRI.

“Prajurit saya juga siap berjihad mempertahankan NKRI berdasarkan Pancasila, bersama masyarakat, kita bersama-sama mempertahankan Pancasila,” katanya.

FPI sendiri menyatakan bahwa aksi 25 November bukan digerakkan oleh GNPF MUI. Mereka melakukan aksi dmai tanggal 2 Desember.

“Tanggal 25 itu bukan demo kami. Kami GNPF MUI aksi damai tanggal 2 Desember,” kata Sekretaris Jenderal DPP FPI Jakarta Novel Chaidir Hasan Bamukmin saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (21/11).

Novel menegaskan tak ada satu elemen pun dari GNPF MUI yang akan ikut demo 25 November. “Kami tidak bertanggung jawab atas demo 25 November.”

Memangnya ente bertanggung jawab waktu demo 4 November berlangsung rusuh?? Meski memang elemen di GNPF MUI dijamin tidak ikut, apa iya berani menjamin kalau orang-orang GNPF MUI tidak ikut?? Kan tinggal ganti daster saja?? Apalagi kalau bayarannya sesuai dengan tarif yang berlaku.

Entahlah bagaimana caranya supaya FPI ini bisa membuat kita percaya. Perkataan tidak ada guna lagi jikalau perbuatan sering tidak sejalan dengan ucapan. Katanya damai, tahu-tahunya sudah memancing rusuh dari awal. Cukuplah Aksi Bela Islam I yang mau dipancing rusuh, Aksi Bela Islam III yang berakhir rusuh. Jangan sampai 3 kali bawa label bela Islam tetapi yang ada kata-kata provokatif anarkis dan tindakan anarkis.

Bukankah Ahok sudah diproses hukum dan menjadi tersangka?? Kalau Ahok minta ditahan, cukup pakai pengacara anda yang jumlahnya ratusan itu. Mari perang argumen, bukan perang otot dan senjata. Ini bukan lagi jaman batu dimana semua diselesaikan dengan kepala batu. Ini jaman intelektual dimana segala sesuatu harus didudukan dengan logika dan nalar sehat. Polisi sudah menjelaskan mengapa Ahok tidak ditahan dengan dasar hukum yang ada. Pemaksaan kehendak hanya mengindikasikan ketidaktaatn pada hukum dan tidak mencerminka sikap benar orang beragama.

Semoga saja Polri dan TNI diberikan terus kekuatan dan ketabahan menghadapi kelompok berkepala batu yang selalu merasa paling berhak mengatur hukum di negara ini. Ketegasan Polri dan TNI untuk mengamankan ketertiban umum dan hak-hak rakyat lainnya diperlukan supaya mereka tidak lagi hidup seenak janggutnya.

Salam SUPER DAMAI.

@palti hutabarat


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment