Saturday, October 29, 2016

Ahok dan Nurcahaya di Mata FPI dan MUI

Sebut Prabowo Titisan Allah SWT, Ketum Srikandi Gerindra Minta Maaf. FPI dan MUI Mengapa Diam Seribu Bahasa


DUNIA HAWA - Pengguna jejaring sosial tengah ramai membicarakan orasi Ketua Umum DPN Srikandi Partai Gerindra Nurcahaya Tandang saat halal bihalal Prabowo-Hatta di Rumah Polonia, Jakarta, Minggu (3/8/2014). Pembicaraan itu merujuk pada pidato Nurcahaya dalam video yang beredar di media sosial.

Dalam pidato sekitar 6 menit, Nurcahaya lantang menolak penetapan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden terpilih periode 2014-2019 oleh Komisi Pemilihan Umum. 

Dalam orasinya, Nurcahaya berbicara mengenai intervensi asing, negara yang sudah dijual ke asing, boneka asing, wacana pembentukan panitia khusus pemilu presiden di DPR, perselisihan hasil pilpres di Mahkamah Konstitusi, pemimpin komunis, hingga ancaman membuat peradilan jalanan jika aparat penegak hukum tidak berlaku adil.


Namun, fokus pembicaraan publik bukan soal itu. Publik terganggu dengan pernyataan Nurcahaya bahwa Prabowo "titisan Allah SWT". Awalnya, Nurcahaya bercerita tentang alasan mereka harus mendukung Prabowo. Perempuan lulusan S-3 Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada itu menyebut mendukung Prabowo sebagai jihad.

"... Bukan cuma jihad nasionalisme. Kita tidak hanya mendukung Bapak Prabowo, tetapi hanya visi besar Pak Prabowo sebagai titisan Allah SWT...," ujar Nurcahaya berapi-api disambut tepuk tangan hingga teriakan para simpatisan Prabowo-Hatta yang hadir.

Beragam komentar kemudian bermunculan. Akun Pelangie Indah menulis, "Menit ke 3.48 sy ga salah dengar nich???? Pak Prabowo sebagai titisan Allah Swt ???? Sejak kapan Allah punya titisan?? Astaghfirullah, benar2 dah keblinger. Para pendukungnya diam saja ??"

Sementara akun Ratna Hastuti berkomentar, "...cuma bisa ngelus dada n isthifar lihat tingkah prahara n pendukungnya."

"... ini sudah S3 bodohnya minta ampun, stres apa gara2 g masuk parlemen," tulis pemilik akun @Chabibi07.

Setelah ramai dibicarakan publik, Nurcahaya mengaku dirinya "keseleo lidah" saat berorasi.

"Saya sebenarnya tidak bermaksud mengatakan Pak Prabowo sebagai titisan Allah. Saya saat itu ingin mengatakan Pak Prabowo adalah sosok 'titipan' Allah untuk membawa rakyat Indonesia jadi sejahtera. Tapi saya keseleo lidah," kata Nurcahaya ketika dihubungi seperti dikutip Tribunnews.com.

Nurcahaya mengatakan, ia beberapa kali keseleo lidah saat berorasi, misalnya, ia mengatakan bahwa sidang perdana MK digelar pada 6 Juli 2014. Padahal, sidang itu digelar pada 6 Agustus 2014.

"Saya, Nurcahaya, adalah seorang muslimah. Saya benar-benar mengerti dalam Islam tidak ada 'anak Tuhan' atau titisan Tuhan. Jadi, soal pidato saya itu benar-benar disebabkan keseleo lidah," akunya.

"Saya minta maaf kalau ada pihak yang kurang nyaman atas kata 'titisan' Allah. Itu karena saya keseleo lidah, seharusnya saya ingin bilang Pak Prabowo 'titipan' Allah di zaman ini yang bisa membawa visi besar Indonesia," tutur Nurcahaya.

Perempuan yang sempat menjadi caleg DPR dari Gerindra di dapil Banten III itu juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat yang mau mengoreksi kesalahannya.

"Itu artinya, mereka masih peduli dan menginginkan saya bertata bahasa yang benar. Jadi, sekali lagi, saya meminta maaf karena keseleo lidah menyebut Pak Prabowo sebagai titisan Allah," tandasnya.

Sama halnya dengan Gubernur Ahok. Yang terbiasa ngomong ceplas - ceplos namun dirinya tak bermaksud menghina Agama Islam. Logikanya demikian. Bagaimana mungkin, seorang yang hendak mencalonkan diri lalu menghina Agama yang mayoritas?


Namun, untuk mengkukuhkan Ahok sebagai penghina agama. Serta merta sejumlah ormas memberi tagline pada nama Ahok, si penista agama. Jadilah ramai, buak serta merta omongan Ahok yang selip lidah tapi tagline yang sudah dipatenkan pada nama Ahok. Sang Penghina dan penista agama.

Ahok Gubernur DKI Jakarta, ia telah menertipkan prostitusi, lokalisasi, pungli, bangunan liar ilegal, membersihlan kali dan sungai dengan mengerahkan anak buahnya, menutup Diskotik megah, memberangkatkan umrah para penjaga Musholah, rutin menyumbang hewan sapi dihari Idul Qurban, rajin bersedekah dan rutin mengeluarkan zakat menjelang Idul Fitri (meskipun tdk dianggap zakat), membuat program kuliah gratis di 56 Universitas ternama untuk anak tak  mampu, berobat gratis bagi warga tak mampu.

Walau telah meminta maaf seperti halnya Nurcahya, Namun tetap saja, Ahok masih terus diburu oleh gerombolan FPI dan sejumlah ormas. Tidak ketinggalan Fadli Zon, Fahri Hamzah, Ahmad Dhani, Ratna Sarumpaet, Cs.

Itu karena Nurcahya adalah bagian dari kongsi Prabowo Subianto. Maka Nurcahya dimaafkan dan termaafkan. Salahnya Ahok adalah terlahir kedunia ini menjadi bagian dari Jokowi. Dan siapapun yang menjadi bagian dari Jokowi, sampai kapanpun tetap akan diburu oelh 'gerombolan siberat' demi untuk mengembalikan kejayaan mereka untuk berpesta pora. Setelah sekian puluh tahun berpesta pora dan harus berhenti di era kekuasaan Jokowi. Itu menyakitkan.

Apapun caranya, Ahok harus berhenti. Jokowi harus turun. Itulah tujuan akhir dari perjuangan Gerombolan 'siberat'...

Tidak heran bila ketika selip lidah Prabowo adalah Titisan ALLAH SWT, FPI tidak protes. MUI tidak berfatwa.

Beda dengan ahok. Inilah faktanya.

[kompasiana]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment