Thursday, October 20, 2016

Bukti Gerindra dan PKS Partai Sakit Jiwa


DUNIA HAWA - “Sekarang Koalisi Merah Putih sudah tidak ada. Yang di oposisi cuma kami dan PKS. Sebagai oposisi, kami juga punya ‘shadow cabinet’. Jadi di seluruh dunia, oposisi itu punya kabinet bayangan, karena harus siap mengambil alih baik secara konstitusional maupun tidak, karena kita harus mempersiapkan diri mana tahu kekuasaan itu harus digantikan,” kata Wakil Ketua Umum Partai Gedindra Ferry Juliantono dalam diskusi Diklatnas Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) IV, di Gedung Panca Gatra Lembaga Ketahanan Nasional, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Sabtu (15/10/2016).

Pernyataan Ferry ini menarik untuk kita kupas dan renungkan bersama. Ini tentang partai politik, politisi dan kondisi negara kita.

Pilpres 2014 lalu memang merupakan Pilpres paling emosional. Atmosfirnya masih terasa sampai sekarang. Fitnah dan segala hoaxnya masih terus berlanjut, meski tensinya tak terlalu tinggi.

Kekecewaan terbesar bagi kubu Prabowo adalah karena dibohongi survey abal-abal. Prabowo mendeklarasikan kemenangannya, bahkan sempat juga sujud syukur berjamaah. Kemudian setelah ditetapkan oleh KPU, kubu Prabowo masih memprotes ke MK, meminta Pilpres diulang karena banyak kecurangan.

Respon kekesalan tim Prabowo adalah menguasai DPR MPR. Saat itu banyak yang memprediksi Jokowi akan segera lengser, kurang dari satu tahun. Banyak juga politisi yang menyerukan pemakzulan.

DPR juga sempat memanggil kabinet kerja, namun tidak diijinkan oleh Presiden. Sebagian orang menilai itu pernyataan nekat Jokowi, namun saya berpikir itu cara menunjukkan wibawa agar tak diinjak-injak.

Pada upacara Agustus, semua politisi KMP, Gerindra, Golkar, PAN, PKS dan PPP semua kompak hadir di Hambalang. Mereka membuat upacara sendiri yang juga ditayangkan live dari tvoon. Waktu itu ada yang bilang, upacara tandingan, main presiden-presidenan.

Namun saya enggan berpikir negatif seperti itu. Kalaupun benar mereka melakukan “tandingan,” bisa dipastikan itu hanya kekesalan sesaat. Tidak untuk jangka panjang dan serius.

Pemeritahan Jokowi dengan kabinet kerjanyapun terus berjalan. Tak peduli orang mengkritik atau menakut-nakuti, semua tetap dalam kontrol positif. Kebijakan-kebijakan krusial memantik konflik tetap diambil. BBM tidak disubsidi, PSSI dibekukan dan Petral dibubarkan. Dengan negara luar, pun tak kalah garangnya. Terpidana kasus narkoba dihukum mati, kapal asing ditenggelamkan. Presiden Jokowi menunjukkan betapa dirinya tak peduli dengan ocehan oposisinya.

Setahun pertama selesai, rencana pemakzulan hanya omong kosong atau mimpi siang bolong. Namun upaya-upaya itu masih jelas terlihat. Contoh saja saat dollar menyentuh angka 14,000 semua mereka kompak ingin agar Jokowi mengumumkan bahwa Indonesia darurat ekonomi.

SBY sok bijak menyarankan agar membuka posko, meminta Jokowi menjelaskan dan mengakui bahwa Indonesia darurat krisis. Amien Rais meminta MPR DPR segera melaksanakan musyawarah nasional. Suara-suara Jokowi lengser juga kembali bergema.

Namun Presiden bilang “tenang tenang saja lah.” Tak ada posko darurat ekonomi atau sebagainya. Semua terus berjalan seperti biasanya, pembangunan infrastruktur tidak berhenti atau mangkrak seperti sebelumnya.

Dan benar, seperti yang kita rasakan sekarang, dollar sudah di bawah 13,000. Apakah ada krisis? Tidak ada. Bensin lancar, tak ada antrian panjang. Bahkan pameran mobil juga ramai pengunjung. Semua biasa-biasa saja.

Dari sinilah kemudian saya mulai paham, bahwa SBY dan Amien Rais itu sama liciknya. Yang membedakan hanyalah soal cara. SBY sok bijak karena pernah jadi Presiden, sementara Amien Rais mengiginkan revolusi lagi dengan cara rembuk nasional. Namun keduanya sama saja, tujuannya agar Jokowi mengaku gagal memimpin Indonesia. Andai Jokowi terjebak dengan nasehat licik mereka, mungkin waktu itu kondisinya akan berbeda.

Setelah dua tahun, KMP bubar. Hanya tersisa Gerindra dan PKS. Praktis suara-suara pemakzulan sudah nyaris tidak ada. Namun sepertinya mereks masih punya cara lain untuk menyerang, yakni melalui Ahok. Menggunakan sentimen SARA, mereka menolak Ahok dan mengait-ngaitkannya dengan Jokowi. Lihat saja demo beberapa waktu yang lalu, Amien Rais jelas mengatakan agar Jokowi tidak melindungi Ahok. Ancaman FPI juga tak kalah provokatif, mau menduduki Istana dan DPR jika Ahok tidak ditangkap. Mereka mau mengambil alih negara. Amien Rais dan FPI sepanggung dalam demo tersebut. Sementara perwakilan Gerindra ada Habiburohman.

Lalu tepat sehari setelahnya, muncul pernyataan kontroversial dari wakil ketua umum Gerindra, seperti yang saya kutip di awal artikel ini. Mereka menyatakan punya kabinet dan APBN tandingan. Saya ulangi, kabinet dan APBN tandingan.

Anggota Dewan Penasehat Partai Gerindra, Muhammad Syafi’i alias Romo Syafi’i yang mengatakan bahwa sudah semestinya Jokowi diganti karena Indonesia telah dibawa menuju pintu kehancuran.

Sampai di sini saya jadi paham, bahwa Gerindra dan PKS sangat berambisi menguasai Indonesia. Semuanya menjadi masuk akal dan saya percaya adanya kabinet tandingan. Toh sebelumnya sudah ada Gubernur DKI tandingan versi FPI. Apalagi ini bukan sekedar isu, ini pernyataan serius oleh wakil ketua umum Gerindra.

Jadi, soal kesan upacara hambalang main presiden-presidenan itu sepertinya bukan sekedar pemikiran negatif. Sekarang jadi terkonfirmasi bahwa yang hadir di sana adalah menteri-menteri dari kabinet bayangan, sementara Prabowo jelas Presidennya. Siapa lagi kalau bukan Prabowo? Masa Fadli Zon?

Pernyataan Ferry jelas memberi tahu pada kita semua, bahwa memang ada sekelompok orang sinting yang menginginkan Jokowi lengser. Saat Pilpres selesai, ternyata mereka menyiapkan kabinet dan APBN tandingan, bukan mendukung pemerintah yang sudah sah dan diakui oleh seluruh rakyat Indonesia.

Kalau seperti ini ceritanya, menjadi masuk akal kenapa KMP bubar. Sebab PKS dan Gerindra tidak mendukung proses demokrasi, mengingkari kesepakatan seluruh rakyat Indonesia. Sementara Golkar, PPP dan PAN Hatta Rajasa pastinya tidak mau terlibat dalam proses makar atau melawan konstitusi seperti itu.

Kalau Amien Rais selalu terlibat dalam upaya pelengseran secara halus, bergabung dengan FPI, sepertinya itu tidak mewakili PAN. Sementara SBY? entahlah, bagaimanapun dia pernah berkuasa dan sepertinya masih haus kekuasaan. Lihat saja anaknya yang belum selesai di TNI, sudah disuruh berhenti untuk maju sebagai Cagub DKI.

Hal ini penting untuk kita sadari bersama bahwa di Indonesia ini memang ada kelompok orang yang gila kuasa. Sampai-sampai sakit jiwa. Mereka adalah PKS dan Gerindra. Dua partai ini sangat berbahaya bagi keberlangsungan demokrasi di Indonesia. Untuk itu sebaiknya jangan berikan mereka ruang untuk berkembang.

Begitulah kura-kura

[seword]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment