Monday, October 31, 2016

Bharatayudha Politik Jilid II


DUNIA HAWA - Ternyata Bharatayudha politik saat Pilpres lalu masih belum usai dan berlanjut saat menjelang Pilkada DKI kali ini. Inilah momentum yang tepat bagi barisan sakit hati untuk bersatu kembali dan melawan kekalahannya pada Pilpres kemarin. Sebenarnya isu rasis dan SARA sudah gencar mereka tebarkan sejak Pilkada DKI 2012 dimana Jokowi-Ahok dicalonkan sebagai Cagub Cawagub DKI dan mereka mengalami kekalahan. Dua kali kekalahan berturut-turut memang menyakitkan. Itulah sebabnya kini mereka berjuang sekuat tenaga agar jangan sampai kalah dan dipermalukan lagi untuk yang ketiga kalinya.

Apalagi Ahok yang berkarakter seperti tokoh Bima dalam epik Mahabharata memang cenderung tidak suka basa basi, ceplas ceplos, tanpa tedeng aling-aling, suka bicara kasar & apa adanya, berani dan tanpa rasa takut menghajar semua maling, koruptor dan perampok duit rakyat. Dan inilah kelemahannya yang memang sedang dijadikan sasaran tembak oleh para musuhnya. Sikap Ahok yang tegas dan pemberani rupanya tidak disukai dan telah merugikan beberapa oknum yang kini terbukti memusuhi dan berusaha menjegalnya.

Salah satu musuh terbesar Ahok adalah FPI yang memang tidak pernah suka dengan orang non muslim seperti Ahok yang double kafir (Cina Kristen). Lagipula Ahok sudah terlalu lancang menghilangkan sumber-sumber pendapatan mereka selama ini seperti lahan parkir, setoran dari PKL liar dan pungutan liar dari perusahaan-perusahaan yang tidak mau disweeping. Ahok juga tak mau lagi mengucurkan dana-dana hibah dari Pemrov DKI untuk organisasi mereka sebagaimana kebiasaan gubernur2 sebelum Jokowi dan Ahok. Hal ini jelas menggangu stabilitas ekonomi dan kondisi keuangan kelompok radikal tersebut. 

Juga ada Muhammad Taufik dan Abraham Lunggana (tokoh2 DPRD DKI) yang terus mengobarkan perseteruan dengan Ahok. Mereka melawan karena lahan basah Lulung di Tanah Abang yang bisa menghasilkan banyak uang, telah dikeringkan habis oleh Ahok. Ahok telah mengikis habis dana-dana anggaran siluman pada APBD DKI Jakarta yang membuat perusahaan fiktif dan abal-abal mereka juga terkena imbas. Dan ini sangat memukul batin dan kemapanan ekonomi Lulung dan Taufik. Juga masih ada Ratna Sarumpaet, Ahmad Dhani, Yusril Ihzra Mahendra, Habiburohman dan Amin Rais yang ingin menarik simpati rakyat dan ikut nebeng popularitas Ahok untuk mengangkat citra mereka yang semakin redup. Juga masih ada cukup banyak pejabat ataupun mantan jendral TNI Polri yang merasa terancam akan keberadaan Ahok dengan prestasi dan sikap anti korupsinya. 

Sebagai manusia mungkin Ahok marah karena isu SARA yang terus diarahkan pada dirinya karena mereka sudah tidak bisa lagi bersaing secara fair dalam hal misi visi dan program kerja nyata. Ahokpun keseleo lidahnya dan kesempatan ini digunakan dengan sangat baik oleh para lawan politiknya. Kesalahan Ahok itu dilipatgandakan, dibesar-besarkan dan dibumbui lagi lebih banyak. Hasilnya dari setitik, kini menjadi sebukit. Jadilah predikat Ahok sekarang Penista Agama, Penista Al-Quran, Penghina Ulama, pemecah-belah NKRI. Padahal itu hanya fitnah belaka demi mencapai ambisi mereka. Selain untuk melawan Ahok yang sudah mengeringkan pundi2 pendapatannya, FPI pun kembali bisa mendapatkan untung dari bisnis pengerahan massa mereka. Isu kucuran dana 10 miliar pada demo 14 Oktober yang ditenggarai dibiayai oleh pihak terntentu (para lawan dan pesaing Ahok) adalah salah satu contohnya. 

Rencana Demo 4 November 2016 adalah langkah untuk menumbangkan Ahok sekaligus membidik Jokowi. FPI berusaha menarik perhatian masyarakat. Tujuannya adalah menunjuk Jokowi agar dicap sebagai pembela Ahok padahal Jokowi hanyalah sebatas membela apa yang benar. Dengan demikian publik akan terpancing amarahnya dan berbalik menyerang Jokowi. FPI juga meminta anggotanya untuk membikin surat wasiat untuk berjaga seandainya mereka mati dalam demo. Sesungguhnya ini hanyalah taktik provokasi untuk semakin memanaskan suasana. Tujuannya adalah agar aparat melakukan represi hingga ada korban dari pihak mereka dan saat itulah mereka akan memanfaatkan momen tersebut dan kembali menyebarkan kebencian dengan isu “Umat Islam telah dizalimi oleh pemerintah” yang akan membuka pada Skenario Suriah jilid II dimana negara akan dihancurkan melalui perang saudara agar mereka bisa berkuasa. Konspirasi yang sungguh luar biasa jahat dan bejatnya !!!

Lalu apa yang dilakukan Jokowi menghadapi situasi ini? Jokowi beda dengan Ahok. Jokowi satu tingkat lebih tinggi dari Ahok. Dalam dunia pewayangan Jokowi ibarat Yudhistira kakaknya Bima yang lebih sabar, diam, pasif tapi terbukti ampuh dan efektif. Dia tidak gampang terpancing emosi dan bersikap reaktif yang ujungnya akan merugikan dirinya sendiri. Secara diam-diam Jokowi sudah berkoordinasi dengan Menkopolhukam, TNI, Polri juga NU dan Muhammadiyah untuk memberi reaksi balik kepada para pion cuti nalar Geng Senggol Bacok FPI maupun kepada mereka para tokoh yang ada "di belakang layar". 

Dan hari ini Jokowi juga bertemu dengan Prabowo sekedar untuk memberikan sinyal bahwa segala sesuatunya baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan apalagi dibesar-besarkan karena itulah yang sebenarnya diharapkan oleh pihak musuh. Jokowi tidak seperti mereka para lawannya yang cenderung berangasan tapi nalarnya dangkal. Jokowi berusaha memadamkan api dengan air, bukan dengan api yang justru akan membuat situasi tambah runyam. Media nasional juga sudah diberi tahu untuk tidak ikut membesarkan demo sehingga pengaruhnya menjadi sangat kecil. Media nasional akan lebih fokus pada berita lain yang mungkin juga sudah dirancang.

Jadi mari kita saksikan saja dagelan Bharatayudha politik jilid II kali ini. Biarlah mereka yang kurang cerdas dan kurang waras saja yang ribut dan teriak-teriak kayak orang kesurupan setan. Lagipula mereka hanya dimanfaatkan sebagai pion dari permainan politik yang lebih tinggi yang mana otak mereka tidak bakalan mampu untuk memahaminya. Tanggal 4 November nanti lebih baik kita tidur siang bareng2 saja daripada nonton berita demo Kaum Gagal Paham yang justru akan bikin mereka jadi ke-Ge Er-an ibarat anak nakal dan manja yang selalu cari perhatian.

Toh akhirnya nanti tetap saja pihak Pandawa yang akan menang. Para Kurawa, Sengkuni dan Mukidi Gagal Paham paling juga akan kalah dan gigit jari lagi. Dan pasti sakit hati mereka akan menjadi lebih parah lagi. Kekalahan telak 3-0 secara berturut-turut pasti akan bikin mereka tambah kejang-kejang lagi.

Salam Waras

[muhammad zazuli]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment