Monday, October 31, 2016

Hindari Jebakan "Politik Rasisme"


DUNIA HAWA - Perkembangan sosial-politik dewasa ini di Indonesia sepertinya sudah mulai mengarah pada "politik rasisme": "anti Cina" atau "anti Arab". Masyarakat harus hati-hati dan tetap waspada, jangan mau diadu-domba dan digiring oleh para "pecundang kesiangan" dan tokoh-tokoh "bermental Hitler" karena merekalah biasanya yang hobi bermain dengan isu-isu rasisme. 

Kaum rasis ada dimana-mana, di suku-bangsa manapun: Arab, Cina, Jawa, dlsb. Oleh kelompok rasis ini, rakyat hanyalah dijadikan sebagai "kayu bakar" belaka yang tidak akan mendapatkan apa-apa di kemudian hari. Di mana-mana, rakyat hanyalah dijadikan sebagai "tumbal" oleh sejumlah "kelompok tengil" yang rakus bin serakah dengan kekuasaan dan keduniaan.  

Masyarakat hendaknya melihat orang dari "tindakan" bukan dari "etnik". Memang ada tokoh-tokoh China yang "bermental Eddy Tansil" alias Tan Tjoe Hong yang mengemplang trilyunan uang rakyat yang entah dimana rimbanya dia sekarang kok lenyap seperti Bang Tayyip gak pulang-pulang. Tetapi ada pula tokoh Tionghoa seperti Pak Kwik Kian Gie yang kita tahu tidak diragukan lagi jiwa nasionalisme, keindonesiaan, dan kerakyatannya. 

Dulu pada masa penjajahan Belanda, ada seorang tokoh Tionghoa bernama Liem Koen Hian yang sangat nasionalis dan anti-kolonialime. Ia mendirikan Partai Tionghoa Indonesia untuk membantu proses kemerdekaan RI. Ia juga memimpin surat kabar Sin Tit Po sebagai "corong gerakan nasionalisme". Tetapi ada pula kelompok Tionghoa yang bergabung di Chung Hwa Hui yang pro-Tionghoa dan Belanda. 

Kubu Arab juga sama. Dulu ada tokoh bernama Syaikh Salim bin Abdullah bin Sumair, kakeknya Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi di Surabaya yang sangat masyhur itu, yang sangat anti-penjajah kolonial Belanda. Tetapi juga ada tokoh bernama Sayyid Usman bin Abdullah al-Hussaini yang pro-Belanda. Atas usulan Christian Snouck Hurgronje, Sayyid Usman diangkat sebagai penasehat Belanda untuk mengurusi masyarakat Arab di Hindia Belanda yang sekarang bernama Indonesia. 

Dewasa ini juga banyak para habib seperti Habib Luthfi bin Yahya, Habib Syech Abdul Qadir Assegaf, Habib Acin Muhdlar, dlsb yang sangat toleran, humanis, nasionalis, dan masya Allah lembutnya. Tetapi ada juga sejumlah habib yang tergabung di "Kelompok Petamburan" yang assudahlah...

Jadi, sekali lagi, lihatlah atau fokuslah pada "tindakan" mereka bukan "etnis" mereka. Politik rasisme hanya akan merugikan kita dan anak-cucu kita semua. 

Jabal Dhahran, Arabia

Prof.Dr.Sumanto al Qurtuby, MSi, MA
Staf Pengajar Antropologi Budaya di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment