Wednesday, April 6, 2016

Sensitif Saat Hamil dan Cara Mengatasinya


Dunia Hawa - Saat kehamilan datang, banyak hal yang akan berubah seperti perubahan hormon, perasaan, hingga bentuk tubuh. Oleh karena itu, tidak jarang bagi beberapa Mama yang baru pertama kali mengalami kehamilan akan sedikit merasa kaget dan sulit mengontrol diri.

Emosi kadang naik dan turun secara tiba-tiba. Melihat baju bayi yang lucu, Mama merasa kagum luar biasa. Detik berikutnya ketika melihat harganya, Mama mungkin kesal karena langsung teringat keharusan menghemat demi tersedianya dana buat si kecil. Merasakan gerakan janin, Mama mungkin langsung terharu bahagia karena merasakan adanya kehidupan di rahim Mama. Lalu tiba-tiba Mama cemas luar biasa karena khawatir tak bisa menjadi Mama yang baik untuk si kecil. Perubahan emosi naik dan turun ini kita sebut sebagai mood swing, dan sangat wajar dialami Mama yang sedang hamil.

Mengapa Mama yang hamil dapat mengalami mood swing? Salahkan hormon, itu yang mungkin dikatakan oleh dokter obgin Mama. Ya, perubahan hormon selama kehamilan memang salah satu penyebab utama terjadinya mood swing. Namun bukan hanya itu. Adanya berbagai perubahan dalam tubuh Mama membuat Mama mengalami perubahan metabolisme dan cepat lelah. Berbagai tekanan sosial juga ikut berpengaruh. Contohnya, semua orang akan berusaha menasehati Mama, bahkan membuat kecemasan Mama meninggi karena mereka menyampaikan mitos ataupun kisah kehamilan dan melahirkan yang tak selalu nyaman didengar. Tekanan dari orang-orang terdekat juga dapat berpengaruh, contohnya suami yang jadi lebih sering pulang malam demi mendapatkan tambahan penghasilan, membuat Mama merasa sendirian menjalani kehamilan. Di luar kebahagiaan meluap karena kehadiran si kecil, ada banyak masalah yang dapat menimpa Mama hamil.

Lalu, bagaimana cara Mama mengatasi emosi yang naik turun selama kehamilan?

Beberapa hal berikut bisa Mama lakukan untuk mengontrol perubahan suasana hati dan menjaganya supaya tetap stabil selama kehamilan:

1. Melakukan hal-hal yang menyenangkan

Salah satu hal yang dapat membuat suasana hati kembali baik adalah dengan melakukan berbagai hal yang Mama sukai. Misalnya saja, berjalan-jalan dengan Papa, melakukan pijat kehamilan, menonton film dengan teman atau pasangan, serta beberapa hal lain yang dapat menghilangkan perasaan sensitif . Bagi Mama yang bekerja, manfaatkan akhir minggu sebaik-baiknya untuk sekadar santai dan tidur siang.

2. Mengelola stres

Daripada membiarkan diri Mama terlibat dalam stres dan frustrasi, ada baiknya untuk mengelolanya supaya tidak berkembang menjadi lebih parah. Caranya adalah dengan istirahat cukup. Makan dengan teratur, olahraga, dan bersenang-senang. Mama bisa mencoba kelas yoga kehamilan, berlatih meditasi, atau berkonsentrasi dengan konselor profesional. Curhat deh ke sahabat dan cari solusi untuk masalah-masalah yang Mama hadapi. Jika terus merasa stres, ada baiknya Mama berkonsultasi dengan psikolog klinis dewasa atau psikolog keluarga.

3. Melakukan ‘bonding’ dengan suami

Bermanja-manja dengan Papa merupakan hal yang dapat menurunkan tingkat sensitivitas Mama selama kehamilan. Pastikan Mama menghabiskan banyak waktu dengan Papa. Mama bisa merencanakan liburan bersama sehingga dapat memperkuat ikatan dengan Papa.

4. Membicarakannya

Untuk menghindari suasana hati yang lebih parah, ada baiknya Mama membicarakan hal yang membuat Mama menjadi sangat sensitif. Membicarakan kepada orang yang dipercaya dapat menenangkan diri, sekaligus membuat Mama melihat masalah dengan lebih jelas, sehingga menemukan pencerahan. Satu lagi, menjaga komunikasi yang baik dengan Papa tentu akan membuat Mama merasa nyaman dan tenang dalam menjalani kehamilan.

Karena normal saja mengalami mood swing dan sensitif selama hamil, maka daripada membuat Mama tambah kesal, lebih baik nikmati saja. Walaupun demikian, apabila mood swing terasa sangat mengganggu, dan dialami terus-menerus selama lebih dari 2 minggu, ditambah dengan perubahan nafsu makan dan pola tidur, coba berkonsultasi dengan psikiater (dengan ijin dokter obgin Mama), dan dilanjutkan dengan penanganan psikolog.

Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Si, Psi. AHLI PSIKOLOGI ANAK

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment