
"Makanan junk food seperti ayamnya itu dikasih antibiotik sebagai growth promotenya," ujar Prof Iwan Dwi Prahasto dalam acara jumpa pers seminar 'Antimicrobial Resistance-Containment and Prevention' di Balai Kartini, Jakarta.
Prof Iwan menuturkan sekitar 20-25 persen, antibiotik digunakan untuk binatang seperti ayam yang berfungsi sebagai growth promotenya dan antibiotik ini juga terdapat di dalam telur ayam. Padahal antibiotik adalah salah satu jenis obat yang digunakan untuk memerangi penyakit akibat bakteri.
"Jadi kalau seseorang makan ayam maka ia dengan tidak sadar mengonsumsi antibiotik secara gratis. Padahal penggunaan antibiotik untuk binatang ini tidak relevan," ujar Prof Iwan yang merupakan Guru Besar Farmakologi FK UGM ini.
Antibiotik ini tidak hanya berbahaya bagi binatang tersebut tapi juga pada orang yang makan daging atau telur hewan ternak yang diberi pakan antibiotik. Kondisi ini bisa memicu terjadinya resistensi terhadap antibiotik, karena semakin sering seseorang terpapar antibiotik maka akan semakin cepat pula terjadinya resistensi.
"Kalau tidak diperlukan
maka antibiotik ini akan mengganggu bakteri
normal yang ada di dalam tubuh manusia dan bisa menyebabkan bakteri baik
ini berubah menjadi bakteri yang menyebabkan penyakit, sehingga orang
tersebut menjadi gampang sakit," ungkapnya.
Setiap kali seseorang mengonsumsi antibiotik, maka bakteri yang sensitif akan terbunuh dan bakteri yang kebal akan terus hidup, tumbuh dan berkembang biak. Penggunaan antibiotik yang berulang-ulang dan tidak tepat adalah penyebab utama peningkatan jumlah bekteri yang kebal terhadap antibiotik.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat bisa menyebabkan terjadinya kekebalan pada kuman sehingga nantinya membutuhkan antibiotik satu tingkat diatasnya yang tentu saja memiliki efek toksisitas yang lebih tinggi.
Di Eropa antibiotik telah dilarang digunakan untuk tambahan pakan ternak selama bertahun-tahun dan larangan serupa akan dilaksanakan di Korea Selatan tahun depan.
sumber : http://www.flucard.blogspot.com
artikel terkait :
Setiap kali seseorang mengonsumsi antibiotik, maka bakteri yang sensitif akan terbunuh dan bakteri yang kebal akan terus hidup, tumbuh dan berkembang biak. Penggunaan antibiotik yang berulang-ulang dan tidak tepat adalah penyebab utama peningkatan jumlah bekteri yang kebal terhadap antibiotik.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat bisa menyebabkan terjadinya kekebalan pada kuman sehingga nantinya membutuhkan antibiotik satu tingkat diatasnya yang tentu saja memiliki efek toksisitas yang lebih tinggi.
Di Eropa antibiotik telah dilarang digunakan untuk tambahan pakan ternak selama bertahun-tahun dan larangan serupa akan dilaksanakan di Korea Selatan tahun depan.
artikel terkait :
No comments:
Post a Comment