Wednesday, April 26, 2017

Fitnah Hingga Perusakan Karangan Bunga, Bukti Penduduk Bumi Datar Kejang-Kejang


DUNIA HAWA - Warga Jakarta yang mencintai Ahok tidak menunjukkannya dalam bentuk aksi dan demo tapi dalam bentuk karangan bunga. Inilah bukti Ahok dicintai karena karakter dan karya-nya, bukan karena agamanya. Karena banyak yang beragam Islam tapi orang seperti Ahok sangat jarang. Ternyata karangan bunga ini memancing emosi kaum bumi datar sehingga kabarnya ada beberapa karangan bunga yang sengaja dirusak oleh mereka. Inilah tanda bahwa sebenarnya Ahok adalah pemenang sejati dari Pilkada ini.

Dikabarkan ada ratusan hingga ribuan karangan bunga yang dikirimkan oleh pendukung Ahok. Bahkan sampai tidak muat didalam area balai kota. Karangan bunga berjejer hingga disepanjang jalan dekat balai kota. Tidak ada gubernur yang kalah lalu mendapat penghormatan seperti ini dari warganya. Bentuk kecintaan tulus dari warganya yang tersentuh oleh aksi nyata Ahok bukan oleh kata-kata manis namun kosong.


Seperti yang saya duga, pasti sumbu datar akan tidak kuat melihat ini. Benar saja mereka kejang-kejang, bingung kenapa bisa banyak orang yang mencintai Ahok. Apalagi fenomena ini tentu akan menggoyahkan pendukung mereka yang hanya memilih Anies karena agamanya atau karena terintimidasi. Jadilah para sumbu datar melakukan banyak hal untuk mencoba menghilangkan fenomena kecintaan warga Jakarta terhadap Ahok. Saya yakin sekali jenis bumi datar ini adalah mereka yang tidak tinggal di Jakarta dan pembaca setia media abal-abal.

Salah satu yang paling kocak adalah ini, pesan whatsapp rekayasa mereka. Seolah-olah Ahok memesan ribuan karangan bunga. Tapi lucu sekali karena terlihat sangat maksa sekali, tanpa tanggal, tanpa ada foto, dan sebagainya.

Banyak juga bertebaran status-status konyol di medsos yang mengatakan bahwa pemesan bunga tersebut tidak mencantumkan alamat. Lah, saya juga pernah mengirim bunga tanpa mencantumkan alamat. Emang kenapa? Ada orang-orang yang merasa privasinya terganggu kalau sampai mencantumkan alamat. Apalagi penduduk bumi datar kerap mengirimkan ancaman-ancaman kepada pendukung Ahok.

Dan masih banyak argumen-argumen mereka yang diungkapkan melalui media sosial yang justru semakin membuat saya tertawa dan puas. Mereka panik, panik sekali. Karangan bunga untuk Ahok yang jumlahnya ribuan bahkan kabarnya masih ada ribuan lagi yang waiting list, menampar dengan telak wajah mereka.

Mereka juga bingung kenapa banyak tulisan yang seolah-olah becanda. Ya inilah bumi bulat, kita santai, rileks, senang bercanda, mirip Pak Ahok yang bisa stand up comedy. Kalau bumi datar nampaknya hanya tau teriak-teriak demo, ngancem mayat, jual ayat hingga tamasya intimidasi itu.

Selain karangan bunga, balai kota padat dengan pendukung Ahok hingga kabarnya ada yang pingsan segala gara-gara desak-desakan. Wah ini Ahok apa artis luar negri yah? Udah kayak Justin Beiber aja lo hok. Pandji aja gak pernah bisa seperti itu, padahal katanya Pandji itu artis loh. Peace ah Dji.





Satu hal yang pasti kenapa bisa seperti ini, Ahok dicintai dengan tulus oleh warganya. Orang-orang mencintai Ahok karena karyanya, ketegasan beliau melindungi uang APBD meski harus bonyok-bonyok hingga harus di cap penista agama. Ahok dicintai juga karena kelembutannya terhadap rakyat kecil yang selalu dicoba untuk dihapus oleh stempel-stempel kaum sumbu pendek. Mereka menggunakan cara-cara seperti Nazi kata Ahok saat dipengadilan kemarin, mengulang-ulang kebohongan hingga dianggap kebenaran.

Tapi kekalahan kemarin seperti menyadarkan warga Jakarta. Kelak mereka akan kehilangan salah satu Gubernur terbaik yang pernah mereka miliki. Kelak orang yang paling depan menjaga APBD sudah tidak ada lagi di Jakarta. “Pemahaman nenek lo!” tidak akan ada lagi karena kelak nanti mereka akan sepaham.

Bayang-bayang rusaknya Kalijodo mulai terlihat, kesemerawutan Jakarta, sungai yang akan kotor kembali, hingga menghilangnya pasukan berwarna yang fenomenal itu.

Benar kata orang, bukan Ahok yang rugi tapi warga Jakarta lah yang rugi.

@gusti Yusuf


SHARE ARTIKEL INI AGAR LEBIH BANYAK PEMBACA


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment