Thursday, February 9, 2017

Siasatnya Makin Terlihat, Sudah Dilarang, 112 Tetap Ngotot

DUNIA HAWA - FUI dan FPI memang tidak berubah dan tidak mau disalahkan. Ternyata dengan ditetapkannya Rizieq Shihab dan Munarman sebagai tersangka. Tidak membuat ormas ini kapok untuk membuat gaduh suasana perpolitikan. Rencana aksi 112 yang sudah jelas dilarang, tetap tak diindahkan dengan lagu lama dan sumbang yaitu aksi damai, kemudian tidak ada hubungannya dengan Pilkada DKI. Inilah kebohongan mereka yang kembali diutarakan. Bagaimana mungkin tidak ada hubungan dengan Pilkada, sementara tentang kasus terduga “penodaan agama” versi mereka tetap akan dibawa.


KH Ma’ruf Amin yang juga Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat tersebut menambahkan, untuk menjaga negara perlu ada kerjasama yang baik antara ulama dan umara. Agak sulit rasanya menjaga Negara tanpa adanya kesatuan kekuatan antara ulama dan umara tadi.

Ia memuji peran Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian yang mampu mengendalikan situasi politik nasional beberapa waktu ini, dengan mendekati dan melibatkan para ulama. Kiai Ma’ruf juga mendukung imbauan Kapolda Banten, Brigjen Polisi Listyo Sigit Prabowo agar masyarakat Banten tidak ikut aksi 112.

“Atas nama Rais Aam PBNU, saya instruksikan warga NU tidak turun aksi 112,” tegasnya

Bukan hanya dari kalangan ulama saja, aparat kepolisian pun dengan tegas menyatakan larangan aksi 112. Karena dalam suasana minggu tenang Pilkada DKI dan Pilkada serentak secara Nasional.

Meski ada larangan dari Polda Metro Jaya karena aksi 112 digelar dalam masa tenang pilkada, Forum Umat Islam (FUI) memastikan akan tetap menggelar aksi tersebut. Mereka menilai, aksi dijamin undang-undang.

Di samping itu, aksi ini dipastikan damai, seperti dua aksi bela islam sebelumnya. “Insya Allah aksi 112 tetap jalan karena aksi itu dijamin Undang-undang Dasar 1945. Kan aksi kami selalu damai, bahkan Kapolri bilang gak ada satu ranting pohon yang jatuh dalam aksi 212,” ungkap Sekjen FUI M Al Khaththath.

Menurutnya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan Aksi 112 tersebut.

Pasalnya, kata dia lagi, aksi itu hanya jalan sehat dan doa bersama. “Aksi 112 itu kan jalan sehat, jadi gak perlu khawatir. Kami paham waktunya dalam masa tenang Pilkada, kami berkomitmen untuk ikut menjaga ketenangan dan kedamaian sampai Pilkada dilaksanakan,” tuturnya.

Justru dengan adanya aksi 112 menjelaskan bahwa FUI dan FPI tidak paham masa tenang Pilkada, bukan paham. Karena aksi tersebut rentan dengan isu Pilkada. Yang berpeluang besar untuk mendiskreditkan dan diskriminasi terhadap salah satu calon Gubernur, yang dalam hal ini adalah Paslon No.2, karena aksi 112 disebut juga spirit dari 212. Bagaimana bisa FUI sebut tidak ada hubungannya dengan Pilkada.

Yang lebih dangkal lagi, FPI tidak mau disalahkan padahal ikut terlibat. Juru Bicara Front Pembela Islam Slamet Ma’arif mengatakan, aksi jelang Pilkada yang rencananya digelar pada 11 Februari mendatang berada di bawah komando Forum Umat Islam (FUI). Dia meminta pihak kepolisian bertemu Sekjen FUI Muhammad Al-Khathath sebelum aksi diadakan. FPI ungkap FUI otak Dibalik aksi demo 112. Sementara FPI sendiri adalah bagian dari FUI.

Aksi jalan santai, lihat saja nanti, kalau semua pada berjubah dan teriak takbir. Maka jalan santainya mending di padang pasir aja sekalian. Aksi 112 jelas punya siasat terselubung yang tentunya berhubungan dengan pilkada. Sudahlah FUI dan FPI, karakter kalian itu sudah digenggam oleh polisi. Sudah dilarang tetap saja mau dijalankan, maka saran saya bersiaplah. Tidak menutup kemungkinan yang terselubung itu akan muncul kepermukaan juga, yang pada akhirnya senjata makan tuan. Status tersangka Rizieq dan Munarman bukannya dijadikan pelajaran oleh para anggotanya dan simpatisannya tapi malah tetap setia memelihara kedunguan. Pion-pion yang malang mau mencoba garang, eh akhirnya masuk jurang.

Cuitan SBY saja yang berkeluh kesah di twitter bisa berdampak pada suhu politik yang memanas, meski kita tahu kalau hal itu adalah memuakkan. Apalagi jika ada aksi 112 yang jelas dalam suasana tenang pilkada, maka bagaimana mungkin bisa dikatakan aksi tersebut tetap menjaga ketenangan dan kedamaian Pilkada. Jelas aksi ini sudah penuh perhitungan yang tujuannya adalah menjatuhkan lawan politik. Sudah dilarang, masih ngotot. Maka buktikan saja tak ada kaitan dengan Pilkada, saya rasa sangat kecil kemungkinan untuk terbukti. Apalagi akan ada aksi kembali setelah 112. Memanfaatkan detik detik terakhir.

Ternyata bagi mereka, demokrasi hanya seluas asumsi.

@losa terjal


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment