Sunday, February 12, 2017

Mengawal Pengantin Lalu Memukul Wartawati

DUNIA HAWA - Lagi-lagi kekonyolan FPI dipertontonkan. Kadang dalam hati saya berharap mereka jangan sampai dibubarkan. Kalau bubar bisa berkurang bahan untuk menulis. Juga bisa sebagai contoh buat anak-anak kalau orang gak pernah sekolah jadinya seperti apa (Pragiwaksono, 2016).


Ramai beredar di media sosial ketika aksi 112 ada pasangan pengantin yang hendak menuju Katedral untuk menikah kemudian diberi jalan. Tak hanya itu, pasangan itu juga dikawal bahkan dipayungi. Kejadian tersebut juga dimuat di detik.com. Seketika warga planet bumi datar bersorak sorai, mereka bangga memperlihatkan bagaimana FPI itu sesungguhnya toleran. Sampai Jonru pun membuat status:

“Anggota Aksi Bela Islam 112 Memayungi Pengantin Nasrani dan Mengiringi Mereka Hingga ke Gereja Katedral. Dan Ente Masih Menuduh Islam Teroris, Intoleran dan Anti Kafir? Ayo BELAJAR ISLAM yang benar agar Anda paham dan tidak lagi gagal paham.”


Saya tertawa terbahak-bahak, sampai kucing saya lompat karena kaget, bulunya berdiri pupilnya membesar mirip Raja Singa yang ketakutan dipanggil polisi.

Inilah pencitraan dan terlihat sekali pencitraannya, padahal setiap tindakan Jokowi selalu mereka katakan pencitraan. Gini yah para ontatroopers, Jokowi itu bukan pencitraan, kenapa? Karena beliau konsisten melakukannya, beliau memang lebih suka tampil sederhana, seneng pakai sarung, dan suka blusukan. Dia lakukan hal tersebut sejak dulu hingga sekarang meskipun sudah jadi Presiden. Pencitraan itu seperti HNW nyemplung ketika Jakarta banjir, kemudian HNW gak pernah lagi nyemplung setelah gagal nyagub. ….sebentar, Jakarta pernah banjir?? Kapan itu???

Seperti pasangan calon Gubernur no.1 yang hobi mengatakan “Saya bergerilya menemui puluhan ribu RW”. Apa jika terpilih jadi Gubernur dia masih bergerilya ke puluhan ribu RW? Saya sangsi, jumlah RW di Jakarta aja gak sampai tiga ribu.

Nah sama persis dengan FPI ini. Biasanya geruduk ibadah orang kok tiba-tiba ngawal pengantin ke Katedral? Biasanya menghina Banser yang jaga gereja saat Natal, kok sekarang? Nah itu pencitraan. Dan apapun yang ontatroopers katakan, semua juga tau itu pencitraan.

Ontatroopers berkata “Yang kita benci itu bukan agamanya, tapi orangnya. Kalau kita benci agamanya, nggak mungkin mereka (pengantin -red) kita kawal,” Lucu sekali. Kalau tidak benci agamanya, kenapa takut dengan ornamen Natal? Lalu kenapa mesti membubarkan acara-acara ibadah agama lain. Atau waktu istri alm. Gus Dur yang ingin buka puasa di Gereja, kenapa dilarang hingga diusir? Sungguh inkonsistensi FPI ini lucu sekali.

Pernyataan diatas juga menunjukkan bahwa sebenarnya FPI itu benci Ahok. Ini bukan soal pemimpin non-muslim dan Al Maidah 51 tapi persoalan kebencian terhadap Ahok. Padahal tema aksi 112 itu apa? Tegakkan Al Maidah 51. Semakin jelas semua ini soal kebencian berlebihan yang ditanamkan kedalam kepala para Ontratroopers. Efek langsung dari kebencian yang disebarkan secara intensif. Kemudian kebencian mereka dimanfaatkan oleh pihak lain.

Setelah mengawal pengantin lalu foto-foto, kemudian ramai-ramai dipamerkan ke berbagai media sosial. Namun masih disekitar Istiqlal, wartawati dipukul saat meliput aksi 112.


“Desi mengaku dipukul menggunakan bambu atau kayu pada bagian kepala. Rekannya, Ucha, juga mendapat pukulan.Akibat kejadian ini, Desi mengalami luka memar pada bagian kepala dan sakit di sekujur badan.”. Dan si Mister penjual seprei, pemotong sumbangan 30% (Jonru) itu diam saja, pura-pura gak denger. Cuih! Memukul wanita? Dikepala saya terbayang pria-pria berdaster memukul wanita….ada yang lucu disini.

Jadi sebuah kejadian sok toleran itu tidak mengubah apapun, FPI tetaplah ormas yang suka bertindak menggunakan kekerasan. Rekam jejak kekerasan dan intoleransi mereka tersebar dimana-mana. Satu foto tidak mengubah apapun dan sama sekali tidak dapat digunakan sebagai bukti bahwa FPI toleran. Justru ini menunjukkan bahwa FPI suka memanfaatkan situasi demi mengangkat namanya, istilah populernya pencitraan. Jangan salahkan masyarakat jika kegiatan-kegiatan sosial yang FPI lakukan juga dicemooh sebagai pencitraan.

Tapi ada satu hal yang menarik, mereka melakukan hal tersebut lalu memamerkannya, secara langsung menunjukkan bahwa tindakan yang benar adalah seperti itu. Semoga kedepannya mereka bisa lebih memahami apa itu toleransi dan mempraktekannya dengan sungguh-sungguh, bukan sekedar pencitraan.

@gusti yusuf


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment